Tales of Zestiria (c) Bandainamco


I

Batu

Warning: setting pada sebelum cerita di mulai


Sorey kecil adalah tipe anak yang sangat murah pelukan dan kecupan. Hal pertama yang dilakukannya begitu bangun pagi, gosok gigi, mandi, dan membersihkan kamar adalah berlari keluar menemui setiap penghuni Elysia untuk memberi mereka peluk dan cium. Masing-masing 3 kali setiap hari, pada pagi hari, siang hari, dan malam sebelum tidur.

Mikleo, sebagai kawan yang tumbuh besar dan sudah seperti saudara sendiri mendapat kehormatan menjadi korban pelukan dan kecupan paling banyak. Rasanya bukan pemandangan yang aneh melihat Sorey cilik berlari menerjang Mikleo dalam pelukannya lalu menciumnya. Pipi, pelipis, tangan, puncak kepala, perut, bahkan bibir seraph mungil itu sudah jadi korban cium Sorey—yang bisanya dibalas oleh Mikleo karena 'supaya adil!'.

Dari semuanya, Sorey paling suka mencium kening Mikleo karena dia dapat kesempatan dua kali. Sekali, untuk mencium keningnya setelah melepaskan circlet yang biasa dipakai Mikleo, lalu sekali lagi, pada batu hijau yang menjadi hiasan circlet itu begitu dia memakaikannya lagi. Mikleo tak pernah bertanya apa alasannya melakukan itu, mungkin karena dia sudah pasrah.

Tapi dengan beranjaknya umur, Sorey mulai berhenti melakukan itu. Mungkin tidak sepenuhnya, karena bagaimanapun Sorey memang sudah terbiasa melakukan itu. Tapi sekarang setiap orang hanya mendapat satu-dua pelukan, yang namanya mencium sudah jarang. Hanya pada Mikleo pengecualian itu dibuat karena Sorey masih juga suka mencium pipi atau pelipisnya. Ciuman pada kening, anehnya, tak pernah absen dia lakukan.

Suatu hari, Mikleo akhirnya bertanya setelah keduanya berguling-guling saling menggelitik karena perdebatan tentang era asgard.

"Hei," Mikleo bertanya dari tempatnya di atas dada Sorey. "Kenapa kau suka sekali mencium circletku? Aku mengerti sih kalau kau melepasnya untuk mencium keningku, tapi buat apa mencium circletnya juga?"

"Hngg...?" Sorey membalas dengan suara pecah khas remaja yang dalam pubertas. "Karena... Itu jimatnya Mikleo?"

"Huh?"

"Aku ingat Jiji pernah bilang itu jimatmu'kan? Benda yang penting untuk Mikleo, yang katanya melindungi Mikleo?"

"Uh-huh?" Mikleo mengerjapkan mata, masih tidak paham. "Lalu?"

Sorey menyampingkan poni Mikleo dan mengelus batu permata itu. "...Tidak mau ah. Kalau kubilang kau tertawa nanti."

"Apaan sih? Sudah katakan saja!" Mikleo merengut. "Kalau tidak kukelitiki nih."

"Iya, iya—jangan kelitiki aku!" Sorey terkekeh. "Um.. Jadi.. Yah, aku.. Er... Kau bisa bilang aku semacam.. Berterimakasih?"

"Huh?"

"Ung.. Jadi... Semacam.. Aku berterimakasih karena jimat itu sudah melakukan tugasnya untuk menjagamu? Yah.. Seperti itu deh!"

Mikleo terkikik seketika.

"Ahaha! Apa-apaan itu! Sorey, kau ini konyol sekali!"

"M-Mikleo! Kan kamu yang tanya!" suara Sorey melengking di suku kata terakhir, membuat wajah si manusia memerah seketika. "Aah, Mikleo bodoh!"

"H-habisnya—hahah-! Sorey jangan kelitiki aku—!"

"Masa bodoh!"

Pecakapan mereka terlupa begitu saja ketika keduanya kembali saling menggelitik. Toh sebelum tidur, Sorey kembali mencium kening Mikleo dan batu circletnya.