KONOHA-BANZAI!-A MATSURI AND A CHAOS

Fanfiction of Naruto by Nekoman.

Disclaimer : Naruto is manga by Masashi Kishimoto. The Title and the character belong to its respective owner. This fanfiction is created to non-profit orientation and used for fair use.

Please back your seat and enjoy the Matsuri, the flying black fish, The Blitzboy, the kissing, sandal slap, Drunk kung-fu and the naked dance.

Prologue.

Tsunade mendesah panjang, terkubur di belantara laporan dan surat-surat penting yang harus ditandatangani. Inilah kenapa dia membenci menjadi Hokage; laporan, laporan dan laporan. Sedikit sekali aksi seru seperti yang dibayangkan para ninja Konoha. Jika birokrasi belum membuatmu gila, masih ada konflik politik di mana orang-orang tua selalu saja berdebat satu dengan yang lain. Dia jadi ingin memberitahu seorang 'anak' untuk berfikir duakali sebelum dia mendaftar menjadi Hokage.

Yang paling dia benci dari menjadi Hokage adalah tidak ada arak, tidak ada main-main dan tidak ada judi. Paling parah adalah tidak ada judi. Hokage harus menjaga citranya di hadapan publik ;begitu para tetua desa. Halah! Semua juga tahu kebiasaan Hokage berjudi, sampai sekarang belum menjadi masalah besar. Orang-orang itu selalu membesarkan.

Anbu memang selalu mengawasinya dari segala macam bentuk perjudian. Judi kartu, Judi kuda pacuan, Pachinko, judi apapun. Mereka akan selalu mengawasi Hokage siang dan malam. Sayangnya mereka pikir siapa dirinya. Semua orang tidak akan menyebut 'Tsunade Penjudi berdada besar' bukan tanpa alasan.

Tsunade mampu melakukan Genjutsu tingkat tinggi kepada beberapa Anbu miliknya. Mereka mengira itu adalah majalah harian wanita, padahal itu adalah majalah dengan pengumuman lotere negeri Hi.

"Nona Tsunade? Ini laporan dari perencanaan Matsuri." kata

Tsunade segera terburu-buru memasukkan pengumuman loterenya ke dalam laci meja. Cepat kilat dan tangkas. Bersiap melakukan Genjutsu kepada asistennya itu bila perlu.

"Ngg, nona Tsunade apa yang anda sembunyikan?"

"Tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong bagaimana dengan persiapan perayaan api biru tahun ini." kata Tsunade.

"Semua sudah siap Nona Tsunade, penjagaan di perbatasan sudah diperketat. Pasukan pengawal festival juga telah dikerahkan dan ditempatkan dengan baik. Rasanya tak perlu khawatir."

"Yah, aku tak perlu khawatir jika kau yang jadi pengurusnya. Memang desa kita akan rawan pada saat festival. Karena itu kita selalu memiliki penjagaan dengan kekuatan dua kali lipat tiap festival. Sayangnya menurut pengalamanku, yang menjadi sumber bahaya dalam setiap perayaan adalah dari dalam konoha sendiri. Kau harus waspada." Tsunade letakkan sebelah tangannya ke meja dan menopang dagu, menerawang entah ke mana.

"Maksud anda kejadian 50 tahun .."

"Tolonglah. Jangan ingatkan aku dengan kejadian itu, kadang aku masih bermimpi buruk dengan hal itu." Tsunade manyun, air mukanya menggelap.

"Tapi nona Tsunade, sebenarnya apa yang terjadi? Yang kudengar berkaitan dengan Orochimaru dan Tuan Jiraiya?"

Tsunade memalingkan wajah ke jendela, mengamati awan yang berlalu perlahan. Semakin lama semakin menjauh. Air mukanya mengekerut, persediaan cakra di dahinya menjadi tidak stabil. Perasaan-perasaan bercampur di bawah perutnya.

"Lebih baik kau tak perlu tahu, lebih baik tidak." Tsunade bergetar.

Dia kemudian tidak bertanya lagi. Kekosongan di mata sang Hokage telah cukup menjadi bukti bahwa kengerian pada malam itu masih membekas di hidupnya. Melihat pengalaman nona-nya melawan penyakit-penyakit yang mengerikan dari ninjutsu-ninjutsu yang diluar akal sehat, Tahu bahwa itu bukan hal yang remeh.

"Ba.. baiklah nona Tsunade. Kalau begitu saya permisi dahulu. Saya akan memeriksa persiapan festival sekali lagi.."

Pintu ditutup dan akhirnya dia pergi.

"Hahh.. Akhirnya anak itu pergi juga."

Tsunade tersenyum mesum. Akhirnya dia bisa sendiri dengan kupon lotere miliknya. Pertama di bukanya majalah untuk mengetahui apakah yang terjadi dengan kupon lotere miliknya. Dia membaca perlahan sambil bersiul-siul senang.

Tiba-tiba siulannya terhenti.

Ah, tidak tidak mungkin. Katanya kepada pikirannya sendiri. Dibacanya lagi. Tidak salah! dia berhasil menang. Tangannya bergetar. Sudah lama sekali dia tidak menang. Dan itu selalu saja merupakan pertanda buruk.

Hadiah spesial! Menyambut hari festival api biru. Hadiah dilipatgandakan 10 kali lipat.

Tsunade menelan air liurnya sendiri. Seumur hidup baru sekali dia berhasil mendapatkan hadiah spesial. Itu adalah 50 tahun yang lalu.

Tragedi limapuluh tahun lalu akan segera terulang.