A Voce

Cast : Super Junior

.

.

Panasnya terik matahari yang membakar kulit. Udara kering yang menembus kerongkongan serta banjir peluh yang membuat keringat dicumbui oleh berbagai jenis bakteri. GREAT! Disinilah dia. Seorang Nathan Kim, atau lebih kita kenal sebagai Kim Ryeowook. Putra sulung professor Kim yang terhormat. Sedang apa?

Entah sudah berapa ratus kali Ryeowook mengusap peluh yang menetes dari dahinya. Hal ini sama sekali tak membuat niat pria di awal 20 tahunan ini menyerah menghadapi ganasnya udara Fukushima. Dia sedang mencari sesuatu yang hidup. Em- saksi hidup dari kecelakaan nuclear yang terjadi beberapa tahun lalu. Bukankah berbahaya?

Tentu saja! Oh, dia harus membuat Dadynya terkesan dengan skripsi yang ia ajukan, agar ia bisa menembus jalur menuju MIT secara mulus. Sudah hampir 5 jam ia mencari tapi tak kunjung mendapat objek yang ia inginkan. Sesuatu yang unik, objek yang sama dan berjumlah banyak dengan berbagai variasi

"nyamuk sialan!" pria itu geram saat beberapa nyamuk mulai mengerubungi kepalanya, membuat dengungan tak berarti yang membuatnya risih. Tunggu!

"bukan hal buruk" sekelebat senyum terbit di susut bibirnya. Sepertinya Kim Ryeowook baru saja dapat ide untuk skripsi gilanya

.

.

.

Ryeowook berjalan dengan riang menyusuri koridor laboratorium keluarganya. Entah apakah tempat ini bisa dikatakan rumah atau tidak, yang pasti disinilah ia, Dady dan dongsaengnya tinggal. Anggaplah ini rumah!

"kuharap kalian betah tinggal disini" Ryeowook tersenyum simpul memandangi toples toples yang berisi ratusan nyamuk yang baru saja ia tangkarkan. Menjijikkan!

"kau sudah menemukan idenya Kim?" suara barithone yang tenang mengalur merdu menyapa indra pendengaran Ryeowook. Disusul suara sruputan teh yang hangat. Terlihat dari asapnya yang masih mengepul juga aroma jasmine yang kuat

"kau akan terkesan dad" Ryeowook enggan untuk menoleh. Kelebatan hal hal menabjupkan rasanya berseliweran dengan bebas saat ia memandang nyamuk nyamuknya.

"dari mana kau dapat nyamuk nyamuk itu? Berisik sekali" Ryeowook hanya memutar bola matanya bosan mendengar kata 'berisik' dari ayahnya. oke! Ia memang salah dalam hal ini. Ayahnya terkena paparan radiasi yang membuatnya bisa mendengar dengan frekuensi suara dibawah 20 Hz.

"Fukushima" Yesung menegang. Seketika ia memandang putra sulungnya yang masih asyik bercengkrama dengan peliharaan barunya itu. Jasmine tea yang semula di genggamanya jadi tak menarik. Perasaan kalut, takut dan waspada! Itulah yang kini menggerayangi seluruh panca indranya

"jangan kesana lagi Ryeowook. Berapa kali lagi Dady harus ingatkan padamu!" Ryeowook diam. Ia tahu betul apa yang sedang menghantam memory Dady nya saat nama kota itu disebut. Kota yang bernasip sedikit lebih beruntung dari Chenobyl.

"dan berapa kali harus ku katakan pada Dady bahwa ini pasion ku!" Ryeowook pergi. Meninggalkan Dady nya begitu saja. Batinya juga bergemuruh takut. Tapi ia sulung keluarga ini, apapun yang pernah terjadi di tempat itu bukanlah hal yang harus dilupakan. Ia harus mencari celah dari ketakutan yang memenjarakan hidupnya

.

.

Sebuah tangan kecil mendekap mata Yesung. Membuat ia terkejut sekaligus sadar dari lamunan mengerikanya. Ia tersenyum saat mendapati anak bungsunya tersenyum menggemaskan. Memberikan kekuatan untuk melupakan memory kelamnya

"Dady sedang apa?" Yesung tersenyum. Menarik pelan tangan jagoan kecilnya untuk duduk di pangkuannya

"tidak. Dady hanya sedang memikirkan bagaimana cara merayakan ulang tahun Kyu tahun ini" aroma yang ia rindukan. Begitulah bau Kyuhyun setiap kali Yesung menghirup ceruk leher putra bungsunya

"aku bukan anak kecil lagi Dady!" Yesung terkekeh. Sedikit mengacak rambut kriwil putranya. Ya! Kyuhyunya kini sudah 10 tahun. Waktu yang lama bukan? Banyak hal telah terjadi –keh

"sungguh?"

"iya! Aku akan minta pada wookie hyung untuk memberiku sedikit paparan agar aku bisa tumbuh setinggi Dady, bahkan melebihi Dady!" Kyuhyun bercerita dengan menggebu gebu. Pipi tembamnya ikut bergoyang saat ia bercerita dengan semangat

"ha ha ha…. Benarkah? Memang sehebat apa hyung mu itu Kyu?"

"Wookie hyung itu hebat Dady! Kenapa Dady tidak langsung meluluskanya saja, dia jadi sering bermain dengan nyamuk sekarang"

"Dady" Yesung dan Kyuhyun menoleh bersamaan saat suara itu menginterupsi kegiatan bercengkrama mereka. Suara lembut dari pria kecil yang tengah berdiri sembari mengucek matanya. Pertanda bahwa ia baru saja bangun tidur

"tetap di tempatmu Kim Kibum! Jangan bergerak!"

.

.

"kau harus melakukanya sayang….. Umma percaya padamu, Umma mohon lakukan sayang" peluh membanjiri wajah dan sekujur tubuh wanita yang kini tengah menggenggam tangan putranya. Rasa sakit yang benar benar mencengkeram seluruh syarafnya. Mata caramelnya memandang sang putra dengan pandangan memohon. Meyakinkah putranya bahwa yang akan mereka lakukan bukanlah suatu kesalahan

"tidak! Tidak, Umma… tidak akan pernah!" Ryeowook menggeleng dengan keras. Air mata membanjiri wajahnya. Ia masih terlalu kecil untuk melakukan ini, bahkan ia belum diperbolehkan melakukan ini oleh sang Dady. Ia tak akan melakukannya! Tidak atau ia tak akan melihat ibunya selamanya –hanya itu yang ada di fikiran Kim Ryeowook!

"kau bisa Kim Ryeowook, Umma mohon…. Selamatkan adikmu, selamatkan adikmu" Ryeowook menggeleng fruatasi, suaranya sudah habis untuk sekedar menggumamkan kata 'Umma'. Ibunya tengah kesakitan dan sekarat, tapi ia tak bisa melakukan apapun untuk itu. Ia bisa, tapi tak ingin!

"um-uma…. Bertahanlah, Dady dan hyung akan segera pulang… kumohon Umma…. Kumohon bertahanlah" Ryeowook ketakutan saat Ummanya hanya diam dan memejamkan mata. Rasa sakit sang ibu seolah sudah sampai pada puncaknya. Ryeowook ketakutan! Dengan tangan bergetar ia membelai pelan rambut ibunya, menyeka keringat dingin yang membanjiri wajah ibunya

"Ryeowook, selamatkan adik- adikmu. Umma akan selalu bersamamu sayang" suara lirih itu terdengar lagi. Seperti janji dan –sebuah pesan terakhir yang harus ia lakukan

"ma –ma –af kan aku Umma"

"UMMA!" Ryeowook berteriak panik. Nafasnya tersenggal senggal. Keringat dingin sudah membanjiri seluruh tubuhnya. pria itu mengurut pelan dadanya. Menetralkan detak jantungnya, meyakinkan bahwa itu semua mimpi. Mimpi yang sama yang selalu menghantuinya bertahun tahun lamanya. Entah apa ia masih bisa bermimpi hal lain atau tidak, bahkan ia lupa kapan terakhir tidur tanpa memimpikan hal itu.

.

.

.

TBC/ Delete?

.

.

Haloouuuu. Saya kembali dengan ff brothership. Gimana menurut kalian? Jika banyak yang review dan minat akan saya lanjutkan, tapi kalau tidak akan saya musnahkan dengan sekali klik #Hehe. Semoga kalian suka dan terimakasih semuanya, mohon dukungan dan reviewnya #DeepBow