Fic pertama saiaa!! Selamat menik-matii-!
Warning! : OOC
Genre : Horror/Angst
Prologue *kali??*
Tobi's POV
Namaku Tobi, aku mau cerita… tentang keanehan-keanehan yang terjadi di kota tempat aku tinggal. Aku tinggal di rumah sendirian, di kota yang terkutuk ini… Keluargaku, entah kemana, bahkan aku tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak.. Sejak berumur 4 tahun, aku memang sudah terbiasa hidup sendiri, walau begitu, aku punya 'teman'…
Hari Senin, 7 Maret, aku pergi menjemput saudara jauhku, di bandara, untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun. Ya, dulu dia sering menemuiku, tetapi entah mengapa, sepertinya telah ada sesuatu yang 'terjadi' padanya.. Dan dia pun tidak menemuiku lagi… Ya, walau aku penasaran, tapi aku malas untuk mencari tahu..
Aku pun pergi ke Bandara, aku menunggu untuk beberapa saat.. Lalu seseorang berambut merah spikey dengan kaos hitam yang bertuliskan 'I kill you' dan memakai celana jeans hitam itu, berlari ke arahku dan langsung memelukku dan berkata,
"Tadaima".
Aku pun terdiam sejenak, dan menjawab,
"Okaerinasai".
Setelah itu, kami pun langsung pulang dengan mengendarai mobil Avanza hitam kesayanganku, yang diwariskan orang tuaku, tanpa berkata sepatah kata pun.
Di Depan Rumah…
Kami pun sampai di rumah yang besar nan mengerikan yang menjadi saksi bisu akan kejadian – kejadian yang 'terjadi' kepada keluargaku.
"Tadaima" bisikku dengan suara yang hampir tidak kedengaran.
Lalu aku duduk di sofa yang sederhana namun lembut dan berkesan mewah, yang didepannya terdapat meja kayu ukiran yang diatasnya terdapat sebuah vas bunga biru langit dengan serangkaian bunga mawar putih yang segar dan telah tertata rapi. Ruangan itu sungguh menghangatkan hati, seolah – olah mengubur dalam sederetan 'kejadian'.
"Huff.. sudah lama ya.." ucap saudaraku itu tiba – tiba.
"Ya.. begitulah" jawabku.
"Bagaimana kabarmu di rumah? Baik –baik saja 'kan?" tanyanya agak cemas
"Ya.."
"Syukurlah, di sini selalu mendung ya…"
"Hn.." jawabku singkat sambil menganggukkan kepala.
Kami berdua terdiam beberapa saat.
' Entah apa yang ada di benaknya, tapi sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Entahlah..' pikirku dalam hati.
"Ternyata kamu hebat ya… Bisa bertahan selama ini.." ucapnya, sambil tertawa tipis
"Ya, aku mengerti maksudmu.."
"Tidak, kamu tidak mengerti,"
Suasana pun berubah menjadi tegang.
'Aku tidak mengerti? Hah… bagian mana yang aku tidak mengerti? Sudut mana dari kota yang terkutuk ini yang tidak aku mengerti? Aku… tidak tahu..' batinku.
"Ayo, kita pergi dari kota ini dan tinggal di tempat yang lebih baik. Kamu bisa gila, bila terus –menerus tinggal di sini."
"Kenapa kamu bicara seperti itu?" responku yang sama sekali tidak mengerti.
"Hehe… ternyata kamu tidak berubah ya, masih saja polos, autis, lemot atau apalah.." ucapnya sambil menepuk – nepuk kepalaku dengan tangannya yang entah mengapa berubah menjadi dingin.
"Hn" jawabku yang entah dari kapan sering mengatakan 'hn'.
"Sebenarnya, aku tidak pernah datang ke rumahmu untuk beberapa tahun itu ada alasannya," kata – katanya terhenti, dia menghela nafas untuk sesaat. Aku menahan nafas, menanti ucapannya.
"Kota ini aneh"
"Kalau itu sih aku sudah tahu" jawabku.
"KAMU TIDAK MENGERTI!" ucapnya dengan kata yang sama untuk kedua kalinya.
"….." aku terdiam sambil menundukkan kepala.
"Apa kamu tidak lihat? Ayo, aku tunjukkan" ucapnya sambil menyeretku keluar rumah dan menuju bukit.
Di Bukit…
"Apa maksudmu? Mengapa kamu membawaku ke sini?" tanyaku.
"Bukit ini… dari sini kita bisa lihat kota tempat kamu tinggal!"
"Ya… aku…" kata - kataku terhenti.
'Hah? Apa ini? Seluruh sudut kota, sejauh mata memandang kotaku ini.. gelap… aneh… hanya kota ini yang yang seperti ini… Mengapa di sekitar kota ini tidak demikian? Apa aku harus pergi dari sini? Tapi ini tempat tinggal orang tuaku, begitu pula denganku. AKU BINGUNG!! SAKIT! DADA KU… SAKIIT!!' raungku di dalam hati. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi....
"Gelap…. Otousan, Okaasan?"
"Arrgh…" rintihku kesakitan.
'Dimana aku? Apa yang terjadi kepada telapak tangan kiriku.. Simbol? Apa ini?" batinku
"AHH!!" Aku jatuh ke dalam lubang yang dalam tanpa ujung.
'Tolong aku..'
"Uh… Sasori? Di mana aku?" ucapku. Aku pun melihat keadaan sekitar sambil megucek - ngucek mataku.
"Cuma mimpi, syukurlah" ucapku setelah mengetahui bahwa kini aku berada dalam kamarku. Segera aku memakai topeng lolli-ku kembali.
" Hah? Tanganku? Bukan mimpi?" ucapku sambil melihat simbol yang aneh terukir di tanganku yang mengeluarkan cahaya.
"Lalu… mana Sasori?...."
Aku pun segera mandi dan berangkat ke sekolahku dan segera pergi ke perpustakaan setelah pelajaran selesai….
Di Perpustakaan…
"Akhirnya! Ketemu!" ucapku sambil langsung membuka buku yang berisi tentang hal mistik tersebut sambil berdiri.
BUGG!! Buku yang aku pegang pun terjatuh. Masih terbaca jelas arti simbol yang ada di tanganku itu....
'Kematian' 'Apa artinya?' batinku.
Aku pun segera berlari ke mobil ku. Terdengar musik yang tidak asing di telingaku…
And if your heart stop beating
I'll be here wondering, did you get what you deserve?
The ending of your life
And if you get to heaven
I'll be here waiting, Babe, did you getting what you deserve?
"Hhe," aku pun tertawa miris.
"Kematian ya?"
Di Rumah….
"Padahal dulu… aku di kenal sebagai anak yang ceria… Tapi, kota ini merubahku…" ucapku kepada diri sendiri.
"Ya, aku kan sudah bilang.. kota ini aneh… ayo ikut pergi bersamaku…" ucap seseorang yang tiba – tiba datang mendekatiku.
"Uh? Sasori? Apa yang terjadi? Kemana saja kamu pagi ini?"
"Kenapa kamu bertanya kepadaku? Kamu yang tahu semuanya"
"…."
"Kalau begitu, selamat mencari tahu! Tobi kecilku"
Waktu itu, aku tidak memperdulikan kata – katanya… Setelah itu aku menjalani hari – hariku seperti biasa… walau aku tahu… banyak terjadi keanehan – keanehan… Sampai datang hari dimana tiba saatnya Sasori pulang ke rumahnya.
Di Bandara….
"Baiklah… selamat jalan Sasori-nii!"
"Tee-hee" tawa kecilku..
"Baiklah, selamat berjumpa lagi ya!" ucapnya sambil melambaikan tangan
Di Rumah….
"Haah… Aku sendirian lagi…" ucapku sambil merebahkan tubuhku di atas kasurku yang nyaman. Tidak lama… aku pun menutup mataku… mimpi yang menyeramkan… mimpi yang selama ini aku alami…. Kembali lagi…
Untungnya aku selamat…. Selamat dari mimpiku…. Ya, aku bangun…
"Whoaa…" Aku menguap dan langsung segera menggosok gigi sambil mencuci muka. Aku pun melihat diriku sendiri di cermin.
'Apa yang aku lihat?' batinku. Aku seolah – olah melihat apa yang aku lakukan dengan pisau itu….
'Aku… apa yang aku lakukan!?'
To be continued
Karikha's Note : Prolognya selesai!! Horee!! -authisnya kambuh- Gimana? GaJe ya? Aku emang nggak jago bikin cerita.. hheehe…. -sigh- Pernah bikin cerita juga paling bikin cerpen, terus dikirim ke PR, dapet duit, itu juga cuma sekali… Nggak Review juga gak pa-pa kok. Hehe...*megang pedang katana* Dalam hati, 'review ato nyawa?' *maksa mode ON* Terserahlah… soalnyahh emang fic aku ini gak bagus sich..*mojok* Tapi aku berharap banget buat para senpai-senpai buat ngasih review kritik dan saran, flame juga bole deh…
Aku mau special thanks buat Chika de Semut Rang - Rang-senpai yang udah mau bantuin ngedit 'dikit' *dibantai sama Chika*
Yupp... bagi yang nggak pelit dan baik hati, mohon klik tombol hijau bertuliskan "Review this Story/Chapter"
Makasiihhhh.... *menebar kiss bye*
*dibacok readers*
