BABY
Haha, aku datang dengan sebuah fic stress XD
Humor garing yang dipaksakan, action geje,
Dan semua adalah kali pertamaku.
Makanya, mohon kritik ya. . . . m(_ _)m
Disclaimer: Square Enix, Tetsuya Nomura, Disney
Pair: AkuRoku
Rate: T
WARNING: SHO-AI! HUMOR GARING! ACTION ABAL! MAYBE OOC! DON'T LIKE DON'T READ!
-XXX-
CHAPTER 1: BABY
Kehidupan biasa yang diarungi oleh sepasang kekasih, Axel dan Roxas yang telah menjalin hubungan mereka selama 7 tahun, semenjak Roxas masih berumur 15 dan Axel berumur 22 tahun. Kini mereka telah dewasa, dengan umur Axel yang 29 tahun dan Roxas yang 22 tahun.
Namun tiada yang berubah. Mereka masih seperti pasangan muda. . .
Malam ini. Terdengar jeritan-jeritan dari dalam kamar pasangan itu. Jeritan yang lebih sering terdengar keluar dari mulut Roxas.
Axel tengah sibuk dengan bagian bawah tubuh Roxas. Berusaha memasukkan sesuatu. Namun Roxas terus mengerang kesakitan.
"Ah. . . Ax, Axel. . . Sa, sakit. . ." Keluhnya.
"Sabarlah, sedikit lagi," Ujar Axel seraya terus memaksa masuk.
Roxas menghentakkan kakinya. "Sa, sakit! Hentikan! Nanti lecet! Aku tak mau jika sampai berdarah!" Teriaknya.
Axel mendesah. "Terlalu sempit sepertinya. . . mungkin digoyang sedikit bisa masuk. . ."
Roxas menjerit tertahan. "Hentikan Axel! Cabut! Sudah cukup!"
Axel tak mau menyerah. Ia terus menggoyangkannya, berusaha memasukkannya secara sempurna. "Sedikit lagi. . ." Ujarnya.
"Hentikan Axel, kumohon. . . Sakit. . ." Pinta Roxas.
Axel menghela nafasnya dan segera mencabutnya.
"Ok, berarti besok akan kubelikan sepatu ukuran 40, bukan 39. . ." ujarnya.
Hm, ternyata lagi nyoba sepatu. . . .
-XXX-
Pagi harinya. Axel hendak pergi bekerja. Saat ia membuka pintu rumahnya, ia melihat sebuah kotak kardus berada dibawah kakinya. Iapun membukanya.
Terdapat seorang bayi manis yang sedang tertidur disitu. Bayi tersebut sangat imut. Rambutnya berwarna brunette.
"Anak siapa ini?' Batin Axel. Iapun menggendongnya. Terdapat sebuah surat disitu. Iapun mengambilnya.
"Dear Roxy dan Axel. Ini aku, Demyx. Kalian masih ingat, bukan? Tentu saja, hohoho. Awas kalau kalian lupa, akan kukirimkan bom kentut kerumah kalian.
Lupakan. Anak ini adalah hasil buah cinta terlarangku dengan Zexion.
Kaget? Tentu saja. Kami mengadopsinya.
Namun sayang, Zexy-ku tercinta tengah epilepsi. Dan aku harus mengantarnya kerumah sakit.
Kutitipkan anak ini padamu, setelah Zexy lumayan sehat aku akan mengambilnya.
Oh ya, dan masalah mengapa anak ini ditaruh didalam kardus, aku hanya ingin mendramatisir saja, 'kan seru, seperti di sinetron itu loh!
Namanya Sora.
Salam cinta,
Demyx dan Zexion.
Mmuaaaachhh. . . ."
'Huek,' Batin Axel ingin muntah. Namun ia urungkan, setelah melihat wajah manis milik makhluk tak berdosa yang tengah digendongnya. Ia tersenyum dan membawanya masuk kedalam.
Roxas menghampiri Axel yang tengah memakai dasinya.
"Roxas, lihatlah anak ini, lucu 'kan?" Ujarnya pada Roxas. Roxas menoleh. Ia menatap Axel dengan mata membelalak, ekspresinya menunjukkan jika ia sangat terkejut. Ia segera maju dan menerjang Axel.
"Dasar laki-laki bodoh! Sialan! Aku tahu aku tak dapat memberikan bayi untukmu tapi kau terlalu kejam! Katakan padaku Ax, siapa ibunya? Wanita jalang! Biar kubunuh dia!" Teriak Roxas tanpa kendali seraya terus memukuli Axel.
"He, hei! Calm down! Bagaimana jika kau memukul bayinya?" Teriak Axel seraya berusaha melindungi bayi tersebut dari amukan Roxas.
"Aku tidak peduli! Kenapa kau bawa dia kesini? Oh, kau mau bilang 'Roxy, aku punya anak bayi jadi kau tak mungkin bersamaku lagi', begitu? Oh, atau 'Roxy, aku tak lagi butuh kau', hah? Axel! Kau begitu keja-huft!"
Axel membungkam mulut Roxas. Roxas meronta.
"Kalau kau janji diam aku akan melepaskanmu. Izinkan aku menjelaskan semuanya dulu, Roxy," ujarnya. Gerakan berontak Roxas mulai berkurang. Axel pun melepas tangannya dari mulut Roxas.
"Haah. . . Merepotkan. Dengar, ini adalah Sora. Zexion dan Demyx menitipkannya pada kita. Zexion terkena epilepsi, dan Demyx akan mengambil Sora setelah Zexion sembuh. Paham? Jadi jangan bilang jika ini anakku lagi," Ujar Axel panjang lebar.
"Jadi itu bukan anakmu? Oh Axel aku benar-benar minta maaf," Ujar Roxas.
Axel tersenyum sinis. "Maaf tak menjawab semua, Roxy. Hm. . . Aku juga ingin punya bayi. . ."
"AXEL!" Teriak Roxas sebal. Axel tersenyum dan memepetkan tubuh Roxas dengan dinding.
"Makanya. . . Aku cinta kamu, Roxy," Ujar Axel dan segera mengulum bibir mungil yang ada didepannya dengan lembut. Bibir yang masih terasa manis dan akan terus terasa manis, tak berubah semenjak pertama kali mereka berciuman 7 tahun yang lalu. Roxas mengalah. Ia melingkarkan tangannya di leher Axel.
Lidah Roxas bermain, dan Axel sangat menyukai hal itu. Makin lama, bibir ranum yang ada di depannya itu makin mahir saja. Mampu memanjanya. . .
Axel memperdalam ciumannya, dan Roxas mulai kehabisan nafas. Lelah menggigit, mengulum, menjilat dan bertukar saliva. Ia butuh oksigen.
Axel menyudahi ciumannya. Ia turun di leher putih Roxas. Menghisap dan menggigitnya, membuat Roxas mendesah pelan.
'Yeah!' Pikir Axel senang.
Kenapa bisa sesenang itu? Alasannya gampang. Hanya satu. 7 tahun tinggal serumah, 7 tahun juga Axel menahan nafsunya untuk tak menyentuh Roxas. Mm, menyentuh dalam hal yang paling intim maksudnya. Mereka paling jauh hanya sampai dimana jika kau membaca sebuah fic akan ada warning "Lime" didalamnya. 'Tempat itu' belum pernah sedikitpun terjamah oleh Axel, bahkan dengan jarinya sekalipun. Roxas selalu menolaknya, entah kenapa. Dan Axel menghargainya. Axel merasa aneh, ia merasa lain jika bersama Roxas. Padahal dulu, sebelum ia bertemu Roxas, ia adalah pria yang sanggup memikat hati wanita dengan sekali pandang. Membuat mereka rela melakukan hal yang diminta Axel, dan Axel sangat mencintai hal itu.
Namun kini berbeda. Entah malaikat apa yang mampu membuatnya dapat bertahan selama 7 tahun tanpa menyentuh kekasihnya itu.
Dan sekarang?
Kesempatan terbuka lebar, tepat didepan matanya.
"Hu, huweee. . . Huweeee. . ." Terdengar suara tangis bayi. Axel merasa risih, namun ia terus melanjutkan aktifitasnya. Namun Roxas mendorongnya pelan.
"Axel, bayinya. . . Ia tak akan bisa bernafas jika tertindih kau seperti itu," ujarnya.
Axel menyudahi ciumannya dengan sedikit jengkel. Menatap bayi yang sudah bangun itu dengan 'deathglare' alanya, namun tatapan 'puppy eyes' milik Sora mampu meluluhkan hatinya.
"Bagaimana jika kita ambil cuti selama 1 minggu? Mungkin itu cukup," Ujar Roxas.
Axel menggeleng. "Aku tak bisa, ada clien baru di perusahaan kami dan hari ini harusnya aku mengadakan gladi resik. Namun biarlah, sudah telat, mungkin aku bolos saja," Ujar Axel santai seraya menimang-nimang Sora.
Roxas mengangguk. "Berarti sekarang juga aku akan ambil cuti. . ." Ujarnya dan segera menelepon kantornya.
Beberapa lama kemudian, Roxas pun menutup teleponnya. "Ok, izin selesai. Kalau begitu, mari, kita pergi ke Mall," Ujarnya seraya berjalan mengganti bajunya.
"Mall? Buat apa?" Tanya Axel.
"Tentu untuk keperluan bayi! Kita perlu susu, pampers, dot, mainan bayi, trolly bayi dan baju-baju bayi! Tak lupa kasur kecil untuk tidurnya!" Ujar Roxas.
"Lalu, seusai ia diambil Demyx, itu semua mau dikemanakan?" Tanya Axel.
"Tentu disimpan sampai ada bayi lagi datang kerumah kita," Jawab Roxas.
Roxas selesai mengganti bajunya. Pilihannya memang selalu bagus, meski simple. Ia mengenakan kaus hitam panjang polos dengan celana panjang berwarna putih. Dengan aksesoris simple berupa kalung berbandul angka XIII, sudah cukup membuatnya tambah terlihat keren.
"Apa aku menggunakan kacamataku saja ya," Ujar Roxas.
"Yeah, dan gadis-gadis bahkan pria-pria akan jatuh hati padamu," Ujar Axel.
"Jangan anggap semua orang sama sepertimu, tuan pedofil," Ujar Roxas datar. Axel tertawa.
"Namun kau suka aku yang pedofil ini, bukan bukan begitu?" Goda Axel.
Wajah Roxas memerah. Ia melempar Axel degan sebuah kaus berwarna merah. "Pakai!" Teriaknya.
Axel menggeleng. "Aku lebih suka baju resmi," Ujarnya seraya mengambil jas dan memakai dasinya.
"Let's go!" Teriaknya penuh semangat.
-XXX-
Di Mall. Tanpa Axel sadari, Roxas selalu berusaha untuk tampil mesra dengannya. Berusaha agar semua orang menatap mereka sebagai "Pasangan muda 'normal' yang baru saja memiliki anak". Namun Axel tak sadar akan hal itu.
Seperti yang sudah Axel katakan. Gadis-gadis menghampiri Roxas dengan antusias. Mereka tak mempedulikan bayi yang tengah digendong Roxas.
"Kyaaa! Kau pria tampan, siapa anak yang kau gendong itu? Adikmu? Atau anak paman ini?" Tanya mereka seraya menunjuk Axel. Kontan Axel pundung karena disebut 'paman'.
Roxas kewalahan, iapun segera menarik Axel menuju ruang elektronik. Mereka bersembunyi di barisan kulkas.
"Apa mereka sudah pergi?" Tanya Roxas pelan. Axel hanya diam saja.
Roxas mendapati sesuatu yang aneh dalam diri Axel. Roxaspun mengibas-ngibaskan tangannya didepan mata Axel.
"Kau tak apa?" Tanya Axel.
"Paman. . . Paman katanya. . ." Ujar Axel murung.
Roxas tertawa kecil. "Tenang saja, meski kau dipanggil 'paman' atau 'kakek' atau 'gadis kecil' sekalipun, aku tetap mencintaimu kok," Ujar Roxas seraya tersenyum manis.
Axel menoleh dan memamerkan smirk khasnya, membuat pipi Roxas bersemu merah.
"A, ayo. . . Kita lanjut berbelanja," ujar Roxas pelan.
"Yeah," jawab Axel, "Tapi ngomong-ngomong dimana Sora?"
"Disini!" Ujar Roxas seraya menunjuk tangannya yang kosong.
Axel sweatdrop.
"Sora hilang!" Teriak Roxas dan segera kabur ke tempatnya tadi dikerubungi wanita-wanita. Axel hanya geleng-geleng kepala.
-XXX-
"Ax, kaupikir lebih bagus susu yang mana? Yang ini lebih murah, kandungannya juga bagus. . . Yang ini mahal, namun kandungannya sempurna. . . Yang ini merek terkenal, yang ini. . ." Roxas terus berbicara mengenai susu bayi untuk Sora. Sama seperti yang ia lakukan dalam memilih bubur, pampers bahkan baju Sora.
Axel mendesah. "Terserah kau saja," Ujar Axel.
"OK! Kita beli semua," Ujar Roxas seraya menaruh semua barang di trolly belanja. Axel sweatdrop.
Mereka tiba dirumah tepat jam 23.00. Axel yang kelelahan membawa semua barang belanjaan hendak tidur, sampai akhirnya terdengar suara tangis yang mengganggu tidurnya.
"Berisik! Roxas, diamkan dia!" Teriak Axel seraya menyumbat telinganya dengan bantal.
"Tidak bisa! Aku tak mengerti!" Teriak Roxas.
Axel bangun dari tempat tidur dengan malas. Iapun menghampiri Roxas yang tengah kebingungan menghadapi Sora yang tengah menangis.
"Ada apa sih? Aku lelah," Ujar Axel.
"I, ini, dia tidak berhenti menangis, kuberi susu tidak mau, kuberi bubur juga. . ." Ujar Roxas panik. Axel pun segera menghela nafasnya dan segera menggendong Sora.
"Cup-cup. . . Kau mengantuk ya? Mari, tidur bersamaku," ujar Axel lembut seraya membawa Sora menuju beranda belakang. Roxas mengikutinya.
Axel tengah menggendong Sora dengan penuh kasih sayang. Mengelus pipi Sora dengn lembut dan mencium pipi Sora dengan sangat perlahan, memperlakukan Sora bagai anak sendiri. iapun mulai bersenandung dengan suaranya yang khas.
"Don't cry sweety. . .
I'll be there and always be there. . .
Until you,
Fall asleep. . .
Don't cry honey. . .
I'll protect you and always protect you. . .
Until you,
Fall asleep. . ."
Tak lama kemudian, Sora pun tertidur. Roxas terkesima dengan suara Axel yang begitu merdu. Begitu lembut dan penuh penghayatan. Axel menghela nafas dan memberikan Sora kepada Roxas.
"Untung aku pernah menjadi Nanny," Ujar Axel seraya meninggalkan Roxas menuju kamar.
Roxas menikmati pemandangan yang diberikan oleh Sora. begitu tenang. Roxas pun mencium lembut kepala Sora.
Tepat saat itu, sesuatu terasa melintasi belakang kepalanya, dan menimbulkan bunyi kencang saat menabrak dinding. Roxas terkejut. Ia menoleh kearah dinding. Terdapat peluru menancap disitu.
Roxas memandang ke sekeliling dengan tatapan horror, ia melirik kearah sekitarnya. Memeluk Sora dengan kencang, dengan jantung berdebar.
Lagi, ia rasakan sesuatu menggores lengannya. Ia makin yakin jika ada seseorang yang mengincarnya. Iapun segera berlari masuk kedalam rumah, masuk kedalam kamar.
"Axel! Bangun dan tatap mataku!" Teriaknya. Axel membuka matanya dengan enggan.
"Ada a-ngh," Roxas menyela ucapan Axel dengan ciuman sekilas.
"Aku cinta kamu. C'mon! Kita harus segera pergi! Bawa bajumu, uang, oh mungkin aku harus membawa pampers dan susu," Ujar Roxas seraya meletakkan Sora di kasur dan memasukkan barang-barang secara sembarang kedalam koper.
"Kau kenapa? Apa yang-"
"PRANG!" Terdengar suara kaca pecah, memotong perkataan Axel.
"Kita tidak punya banyak waktu! Seseorang menembakku! Cepat! Kita harus pergi!" Teriak Roxas.
"Angkat tangan kalian!" Tiba-tiba, seseorang berbaju hitam menodongkan senjatanya pada Axel, sedangkan yang berbaju Merah menodongkan senjatanya pada Roxas dan yang berbaju biru diam ditengah. Refleks, Roxas dan Axel segera mengangkat tangan mereka.
Seseorang yang berbaju biru mengambil Sora yang tertidur dikasur dengan kasar, membuat Sora terbangun dan menangis.
"Sora!" Teriak Roxas, namun orang yang berbaju merah menempelkan moncong senapannya di kening Roxas.
"Diam atau kutembak kau!" Teriak mereka seraya mundur perlahan-lahan, dan segera berlari meninggalkan Roxas dan Axel.
"Apa yang harus kita lakukan? Kenapa mereka menculik Sora?" Tanya Axel. Roxas menarik tangan Axel dengan kasar.
"Dengar! Ini rencananya," Ujar Roxas. Iapun segera membisikkan sesuatu di telinga Axel.
Axel mengangguk. "Untung aku pernah menjadi pencuri, loper koran dan tukang pos," ujar Axel bersemangat.
"Dan sekarang. . . GO!" Teriak Roxas bersemangat dan segera meloncat keluar jendela dengan menyilangkan tangannya, menghindari pecahan kaca yang menyembur tubuhnya. Sedangkan Axel berlari mengejar para penculik itu.
Nah, kita ikuti siapa? Author pilih Axel POV, tentu saja XD
Axel berlari tanpa suara. Saat ia melihat para penculik itu tengah membawa Sora, ia mendekati mereka dengan berhati-hati. Menghilangkan hawa kehadiran dan menyelinap dengan sempurna. Bahkan Author pun tak tahu ia ada dimana.
Lupakan. Kini, tanpa ada yang menyadari, Axel berhasil merebut Sora dari para penculik. Ia memeluk Sora kencang dan berlari menuju garasi.
"Kini semua tahu jika mencuri juga ada gunanya," Ujar Axel dan segera memutar kunci motor. Tanpa pemanasan, ia segera menancap gas motornya dengan kecang.
"WOOOHOOO!" Teriaknya antusias.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah mobil putih melaju dengan kencang. Roxas. Iapun segera mendekati Roxas dengan terburu-buru.
"Misi selesai?" Tanya Roxas.
Namun tepat setelah itu, terdengar suara motor melaju dari arah belakang.
"I don't think so!" Ujar Axel seraya hendak menancap gasnya lagi.
"Axel, tangkap!" Teriak Roxas seraya melemparkan sebuah pistol pada Axel. "Jaga! Isinya hanya 6! Kita bertemu di tempat itu!" Teriak Roxas dan segera ngebut menggunakan mobilnya.
"Gotcha!" Ujar Axel dan segera membelokkan motornya ke arah belakang. Ia menggendong Sora dengan tangan kirinya.
"Tutup telingamu nak, ini akan menjadi perjalanan yang berisik. God, untung aku pernah menjadi stuntman," Ujar Axel dan segera melepas tangan kanannya setelah menyeimbangkan motornya.
Ia ber smirk-ria dulu sebelum membidikkan pistolnya.
DOR!
1 kena. Tepat di kepala.
Axelpun segera menancap gasnya.
Dua orang yang lain mengejarnya dan mencoba menembaknya. Namun Axel mengendarai motor secara zig-zag dan gila-gilaan, membuatnya tak mudah untuk dibidik.
Pria yang berbaju hitam menembak Axel, menyerempet mengenai rambutnya.
Axel naik darah.
"Shit! Tak ada seorangpun yang boleh menyentuh rambutku (selain Roxas tentunya) dan kau tahu apa itu? TIDAK ADA SEORANGPUN!" Teriaknya marah dan segera menghentikan motornya. Ia meletakkan Sora diatas motor dengan hati-hati, dan memberikan pistol tersebut ketangan Sora.
"Anak baik, jika aku mati kau harus bunuh mereka semua," ujar Axel. Sora tertawa sambil mengayun-ayunkan pistol yang ada di tangannya.
Axel maju dan melemaskan tangannya terlebih dahulu. Seorang pria berbaju hitam berusaha membidiknya. Namun Axel berlari dan meraih kerah baju laki-laki berbaju hitam itu dan membantingnya jatuh dari motor dengan kasar. Masih dengan tangannya di kerah baju laki-laki tersebut, ia mengayunkannya kebelakang, tepat mengenai wajah seorang yang berbaju merah, membuatnya terjatuh dari motor dan terpelanting beberapa meter.
Orang berbaju merah tersebut tak lagi bergerak, entah pingsan atau mati. Namun yang bebraju hitam mengarahkan tinju kewajah Axel. Axel menahan tinju tersebut dengan tangannya. Pria berbaju hitam tersebut mengerang kesakitan dikarenakan cengkraman Axel yang terlalu kuat di tangannya.
Axel memutar tangannya.
"PRETAK!"
"AAAAAAAAHHHH!" Jerita pria berbaju hitam tersebut. Sepertinya tangannya patah.
Axel melepaskan pegangannya. Pria tersebut jatuh ketanah dengan memegang tangannya, masih dengan menjerit-jerit kesakitan. Axel melangkah menuju Sora dan mengambil pistol yang berada ditangan Sora.
"Terimakasih sudah menjaganya, anak baik," Ujar Axel seraya tersenyum. Sora tertawa riang. Ia mengangkat-angkat kedua tangannya, hendak mengambil pistol tersebut.
Axel mengelus rambut Sora pelan. Iapun berbalik dan berjalan menuju orang yang berbaju hitam.
Ia menodongkan pistolnya dikepala orang tersebut. "Goodbye," Ujarnya, dan bunyi tembakan pun terdengar. Mengakibatkan sesuatu yang anyir, kental dan berwarna merah pekat menyiprati wajah dan tubuhnya. Namun Axel tak peduli akan hal itu. Ia mengarahkan pistolnya menuju orang berbaju merah yang tadi terpelanting.
"Tak ada salahnya berjaga-jaga," Ujarnya dan menembakkan semua peluru yang tersisa pada laki-laki tersebut.
Axel menghela nafasnya. "Selesai. Saatnya pergi menemui Roxas. Geez, tubuhku kotor sekali," ujarnya dan segera berjalan menuju motornya.
TBC
Mwahahaha! Hahahaha! XD
Gimana? Beritahu aku apa yang kau pikirkan, dan pantas tidaknya fic ini dilanjutkan atau wajib kuhapus! XD
Dan masalah genre, tolong beritahu aku jika salah peletakan, karena aku bener-bener buntu!
Aku cinta Flame, karen 'FLAME' itu berarti AXEL! XDDD
RIPIUUUU!
