"Different"

Disclaimer: Naruto dan kawan-kawan adalah milik Masashi Kishimoto-san. Saya hanya meminjam mereka secara illegal dan tanpa bayaran. #plak

Happy Reading! ^^


'Hei, apa yang kau rasakan saat orang yang kau sukai tidak tertarik padamu?'

'Tentu saja aku akan sedih.'

'Kalau begitu, bagaimana kalau ternyata dia tertarik pada laki-laki?'

'Hah? Maksudmu dia Gay?'

'He'em…'

'Hm…. Etooo, pasti aku akan lebih sedih lagi.'

'Begitu ya.'


Stasiun kereta bawah tanah Yokozawa.

Ketika itu sudah pukul 23.00 waktu setempat. Hinata bergerak bersama kerumunan orang-orang yang baru saja keluar dari kereta dan menaiki tangga keluar dari stasiun. Pekerjaannya hari ini benar-benar melelahkan. Bagaimana tidak? Ia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai asisten mangaka dan terpaksa menyelesaikan 17 halaman dalam semalam karena naskahnya harus diserahkan besok pagi. Salahkan saja sensei-nya yang selalu saja telat menyelesaikan name-nya dan akhirnya terpaksa mengerjakan sisanya dalam semalam.

Hinata menepuk-nepuk pundaknya dan mendesah. Sensei-nya itu memang harus dibuat disiplin!

"Ah!"

Hinata tiba-tiba berseru ketika teringat sesuatu. Ia buru-buru mengambil handphone di saku mantelnya dan mengetikkan sesuatu sambil tetap berjalan. Wajahnya terlihat berseri-seri ketika itu.

"Yosh! Kirim!"

Layar handphonenya menampilkan pesan sedang dikirim. Tak berapa lama, balasannya pun diterima.

Kau pulang cukup larut. Hati-hatilah di jalan dan segera beristirahat. Jaga kesehatanmu.

Senyum Hinata merekah dan wajahnya memerah. Saat ini, ia sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Tapi karena kesibukan masing-masing, mereka jadi jarang bertemu. Karena itu mereka akan saling memberitahu dan mengecek keadaan masing-masing lewat telpon atau pesan. Meski memang tidak senyaman saat bicara langsung dengannya, Hinata merasa balasan seperti itu sudah cukup membuatnya semakin menyukai laki-laki itu.

Ia kembali mengetikkan beberapa kata dan mengirimnya.

Terima kasih, Sasuke-kun.


Sasuke baru saja meletakkan handphonenya di atas meja. Ia melonggarkan dasinya dan bersiap mandi ketika benda itu tiba-tiba berdering lagi. Sasuke melihat ke layar yang menampilkan satu nama yang sedang menghubunginya.

"Naruto?"ucapnya setelah mengangkat panggilan itu.

"Yoo, Sasuke! Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan sekarang? Kau sedang sibuk? Ngomong-ngomong, aku baru saja tiba di Kanto. Aku sudah cukup lelah sekarang karena duduk seharian di bis dan aku ingin cepat-cepat istirahat. Kau ada di rumah sekarang? Aku boleh menginap? Kelihatannnya rumahmu lebih dekat dari sini."

Sasuke mendesah dan memijit-mijit pelipisnya. Ia baru saja mengucapkan satu kata dan si jabrik itu langsung menyambarnya dengan berbagai pertanyaan. Ia pasti masih punya banyak energy yang tersisa sampai-sampai bisa berbicara tanpa henti seperti itu. Bukannya lebih baik ia gunakan energinya itu untuk berjalan pulang ke rumahnya daripada menelponnya?

"Hei, Sasuke!"panggil Naruto tak sabaran.

"Aku mengerti,"Sasuke menjawab pasrah. "Dimana kau sekarang? Akan kujemput!"

"Yattaaaaaaaa!"

Naruto duduk di bangku panjang di tempat pemberhentian bis. Wajahnya terus menyengir bahagia karena berhasil membujuk teman stoicnya itu agar bisa menginap. Temannya itu bahkan bersedia menjemputnya. Memang tidak salah merepotkan orang itu, ujar Naruto bahagia.

Tak berapa lama, matanya pun menangkap sebuah mobil sedan hitam sedang menuju ke arahnya. Ia mengenali mobil itu. Naruto buru-buru mengambil tas besar di sampingnya dan berdiri di pinggir trotoar.

Tepat seperti dugaannya, mobil itu berhenti tepat di depannya. Kaca depan mobil itu diturunkan dan tampaklah sosok sahabat karibnya itu.

"Yoo, Sasuke!"

"Cepat masuk!"perintah Sasuke cepat. "Kau pikir sekarang jam berapa?"

"Hahahaha. Maaf, maaf."

Naruto membuka pintu mobil di depannya dan duduk di bangku depan di samping Sasuke. Tas besarnya ia letakkan di bangku belakang dan ia mulai duduk dengan santai. Mobil pun kembali melaju.

"Yaahh~ lama tidak bertemu Sasuke. Kira-kira berapa lama yah? Satu bulan?"Naruto mulai bicara. Sasuke sedikit melirik ke arahnya dan kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

"Lalu, bagaimana pekerjaanmu?"

Naruto tidak segera menjawab. Raut wajahnya sedikit berubah, tapi itu tak lama karena setelah itu ia kembali bicara dengan nada seperti biasa.

"Aku gagal. Aku tidak menyangka anak-anak SMA itu sangat susah ditangani. Kelas yang kutangani benar-benar bermasalah. Isinya preman semua dan murid perempuannya hanya 3 orang. Bisa kau bayangkan? Pantas saja saat itu pak tua itu kelihatan lega sekali menyerahkan kelasnya padaku,"cibur Naruto. "Lihat saja! Kalau aku dapat kelas seperti itu lagi, aku tidak akan main-main!"

Sudut bibir Sasuke sedikit melengkung. Ia tersenyum. Sedikit tersenyum, tepatnya. Ia pikir laki-laki berisik di sampingnya ini akan berkata 'aku menyerah', tapi kalimat terakhirnya tadi menandakan bahwa ia masih akan mencoba lagi.

"Oia, kudengar kau punya pacar sekarang. Siapa dia? Apa dia manis? Dimana kau mengenalnya?"Naruto beralih topic.

Entah kenapa, Sasuke merasa kata-kata Naruto barusan terdengar seperti ibu-ibu yang baru saja mendapati anak laki-lakinya memiliki calon istri.

"Darimana kau mendengarnya?"

"Sakura. Kau tahu? Dia kecewa sekali karena kau menolaknya dan pacaran dengan orang lain."

"Hm, begitu."

Mobil yang dikendarai Sasuke memasuki area parkir sebuah apartemen yang cukup besar. Naruto sebenarnya ingin mendesak Sasuke menjawab pertanyaannya yang tadi terabaikan, tapi diurungkan karena ia merasa Sasuke sepertinya tidak ingin bicara lebih banyak lagi. Mungkin ia memang sudah sangat lelah sekarang, pikir Naruto.

Naruto pun tidak bicara lagi dan mengikuti Sasuke turun dari mobil menuju kamar apartemennya.


Pagi itu handphone Hinata berdering cukup nyaring. Hinata mengerang pelan dan dengan malas menggerakkan tangannya untuk meraih benda berisik itu yang terletak di meja di samping tempat tidurnya. Matanya terbelalak mendapati nama yang tertera di layar handphonenya. Ia mendadak bangkit dari posisi berbaringnya dan menjawab panggilan itu dengan gagap.

"I-Inuzuka-sensei? A-ada apa? Ada yang harus kubantu?"

"Hei, Hinata!", jawab suara laki-laki di seberang telpon. "Aku kan sudah bilang tidak perlu memanggilku sensei saat tidak sedang bekerja. Berapa kali aku harus mengatakannya padamu?"

"Ma-Maafkan saya,"jawab Hinata sedikit menyesal. Ia memang masih belum bisa memenuhi permintaan sensei-nya yang ini.

"Sudahlah. Ngomong-ngomong, apa kau senggang hari ini? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Eh?"Hinata memiringkan kepalanya. "Ke suatu tempat?"

"He'em,"laki-laki itu mengangguk, meski sebenarnya Hinata tidak akan melihat tindakannya itu. "Sebenarnya hari ini temanku mengajak bertemu kembali. Kami sudah tidak bertemu selama 1 bulan, kurasa. Katanya kali ini ia gagal lagi dan ingin bersenang-senang sementara untuk melupakan kegagalannya itu."

"Gagal?"

"Ah! Etoo~ dia gagal dalam masa uji coba pelatihan guru yang diikutinya."

"Hm…"Hinata menggumam. Guru ya?

"Katanya ia akan membawa seorang teman. Lebih banyak yang ikut lebih baik kan? Karena itu aku juga ingin membawa seseorang bersamaku,"jelas Inuzuka-sensei.

"Tapi kenapa tidak mengajak Shino-san saja?"

Orang di seberang telpon mendesah.

"Kau tahu dia kan? Kalau aku mengajaknya, dia pasti akan menolak dan melarangku pergi dengan alasan harus segera menyelesaikan naskah selanjutnya. Padahal baru kemarin kita bekerja keras menyelesaikannya kan? Kenapa harus buru-buru menyelesaikan yang selanjutnya? Aku juga perlu senang-senang kan?"

Hinata hanya membalasnya dengan tertawa garing. Sensei-nya ini benar-benar malas!

"Jadi bagaimana Hinata? Kau mau kan? Ayolah!"bujuk Inuzuka-sensei.

Hinata berpikir. Sejujurnya ia tidak begitu suka mengikuti acara kumpul-kumpul. Ia adalah tipe yang sulit memulai pembicaraan, terlebih pada orang yang tidak ia kenal sama sekali. Di saat seperti itu, ia tidak mau memalukan dirinya sendiri dengan pembicaraan yang ternyata tidak menarik dan memilih menjadi pendengar yang baik. Apa harus kutolak saja? Tapi….

"Ba-baiklah,"jawab Hinata pelan. Dalam hati ia berharap kata-katanya itu tidak akan terdengar, tapi dugaannya meleset.

"Okey! Kalau begitu, kita bertemu di stasiun jam 10 ya!"

Dan telepon pun ditutup. Hinata mendesah. Ia bisa saja menolak ajakan itu, tapi setelah dipikir kembali ia memang harus ikut supaya bisa mengawasi sensei-nya agar tidak berbuat yang aneh-aneh yang nantinya berakibat pada penyelesaian naskahnya. Sensei-nya yang berjiwa kelewat bebas itu memang harus diawasi!


Sasuke menyeruput kopi panasnya. Di depannya, Naruto sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya sambil cengengesan. Saat ini, mereka berada di sebuah kafe langganan Sasuke. Sasuke biasa pergi ke kafe itu sekedar untuk sarapan pagi sebelum kerja atau beristirahat makan siang. Tapi kali ini ia bukan sedang sarapan pagi sebelum kerja atau beristirahat makan siang. Ia ke sini demi ajakan pemuda jabrik itu untuk mengadakan acara kumpul-kumpul dengan seorang temannya yang katanya juga tinggal dan bekerja di sini, di Kanto. Hari ini memang hari libur Sasuke dan ia sudah punya segudang rencana yang ingin dilakukannya di hari liburnya ini, tapi Naruto terus saja mengusik dan memaksanya untuk ikut dan di sinilah ia sekarang. Menunggu sahabatnya yang katanya 15 menit lagi akan sampai, tapi sekarang sudah hampir 15 menit. Apa temannya itu benar-benar akan datang?

"Hei, Sasuke,"panggil Naruto.

"Ada apa?"Sasuke melirik pemuda itu dan meletakkan cangkir kopinya.

"Bagaimana kalau kau mengenalkan aku pada pacarmu?"

"Hah?"

Sasuke terdiam sejenak. Ia tidak salah dengar kan?

"Untuk apa?"

"Kau tahu? Aku penasaran sekali padanya. Gadis seperti apa dia sampai-sampai bisa menaklukkanmu yang bahkan sudah menolah gadis secantik Sakura?"jelas Naruto penasaran dan bersemangat.

"Dia gadis yang biasa saja. Tidak ada yang perlu kau tahu tentangnya,"jawab Sasuke asal.

"Heh? Tenang saja. Aku tidak akan merebutnya darimu. Aku hanya ingin kenal saja. Sungguh!"

Sasuke menatap mata biru Naruto. Mata itu menatapnya ingin tahu. Bukannya ia takut Naruto akan merebut Hinata darinya seperti yang laki-laki itu katakan, hanya saja Sasuke merasa memang tidak ada yang perlu dikenalkan tentang gadis itu padanya.

"Tidak perlu,"balas Sasuke retoris.

"Cih! Kau ini keras kepala!"umpat Naruto.

"Itu mereka!"

Naruto melengahkan kepalanya ke belakang Sasuke saat mendengar suara yang sudah tidak asing itu, Ia pun mengangkat sebelah tangannya dan melambai ke arah laki-laki berambut cokelat yang baru saja memasuki kafe.

"Kiba! Kiba, di sini!"

"Naruto!"seru pria bernama Kiba itu.

Sasuke lalu memgikuti pandangan Naruto. Ia membalikkan badannya untuk melihat ke belakang, tapi ia terkejut melihat kehadiran sosok wanita yang dating bersama laki-laki bernama Kiba itu. Gadis itu juga tampak terkejut melihatnya.

"Sa-Sa-Sasuke-kun?"panggil gadis itu dengan gagap.

"Hinata?"ucap Sasuke pelan.

"HEH?"Naruto bergumam bingung.

"Eh?"Kiba menatap bingung Hinata.


Apa yang terjadi selanjutnya?


Akhirnya selesai juga. Fic pertama yang kupublish setelah hiatus sekian lama. Kelanjutan fic ini bergantung kepada Readers sekalian. Jika banyak yang mendukung dan meminta lanjutannya, saya akan berusaha membuatnya meski kesibukan saya masih menggunung.

Sepertinya chapter ini agak membosankan ya? Gomen nasai, saya masih bingung bagaimana membuat suasananya lebih greget lagi.

Akhir kata, Review, please…^^/