Disclaimer: BTS di bawah naungan Big Hit Entertainment, seluruh karakter yang muncul di ff ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan orangtua masing-masing, saya hanya pinjam nama.
Swag, Cute, and Hope © Kaizen Katsumoto
Warning: OOC, AU, Typo, BL, dan segala macam keabsurdan di dalam fanfic ini.
Pair: YoonxMinxHose, uke!center
.
Summary: Cerita lepas. Menggunakan setting yang sama dengan FREE. Bisa dibaca terpisah. Khusus kisah Yoongi, Hoseok, dan Jimin.
Jimin yang menjadi orang spesial bagi Yoongi dan Hoseok, dan Jimin yang menyukai sensasi beda rasa dari kedua hyungnya.
.
.
.
Mohon periksa penerangan dan jaga jarak mata anda dari layar saat membaca fanfic ini!
Enjoy!
.
.
.
Part 1: Spesial
.
.
.
Jimin hanya mengaduk-aduk makan malamnya. Kedua maniknya tak pernah mengalihkan pandangan dari sosok itu, pemuda cuek dengan helai mint yang sedang membantu Si Kecil. Jeon Jungkook memang senang makan tapi kalau makan selalu berantakan, mulut belepotan itu sudah menjadi hal wajar. Dan kadang hal itu membuat Yoongi kesal, seperti saat itu.
"Jungkook, lihat cara makanmu! Berantakan. Kau kira berapa usiamu sekarang?" Tegur Yoongi di tengah sesi makan malam di atas meja persegi, yang lain sudah terbiasa dengan omelan Yoongi. Taehyung -duduk di kiri Jungkook- melihat sekilas mereka, lalu kembali menikmati makan malamnya.
Beda Taehyung, beda pula Jimin. Pemuda mungil itu justru terlihat mengerucutkan bibirnya lucu saat memperhatikan Yoongi mengambil tisu dan membersihkan ujung bibir Jungkook. Moodnya memburuk, tangan otomatis mengaduk acak makanan di atas piring menggunakan sendok tanpa berniat memakannya.
Hoseok -duduk di kanan Jimin- yang melihatnya langsung mengerutkan alis. "Park Jimin! Itu makanan, bukan mainan. Kalau tak mau makan sini biar aku yang makan." Ia menarik piring Jimin secara paksa.
"Hyung, kembalikan makananku!"
Merasa tak terima Jimin balas menarik piring, maka terjadilah keributan kecil di antara mereka, adu tarik menarik piring. Tapi itu tak cukup untuk menarik perhatian Yoongi dari Jungkook dan tradisi makan berantakannya. Jimin jadi kesal sendiri, membiarkan Hoseok mengambil piringnya, mendengus kasar lalu berdiri dari duduknya. Pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah kata.
"Kenapa dengan anak itu?" Hoseok bergumam bingung, kembali melanjutkan aktivitas makannya sekaligus menghabiskan mainan Jimin.
Yoongi memperhatikan kemana Jimin pergi dalam diam.
.
.
.
Malam harinya Jimin tak bisa tidur. Perutnya bergemuruh karena memang belum mendapatkan asupan. Dia bangun, berniat mencari pengganjal perut. Langkahnya berjingkat pelan ketika melewati tempat tidur Hoseok yang merupakan teman sekamarnya. Setelah keluar kamar, pemuda mungil itu bergegas menuju dapur. Siapa tahu Seokjin hyungnya masih menyisakan makan malam untuknya.
Apartemen kecil itu terlihat gelap. Jimin berjalan perlahan melewati kamar teman-temannya, takut menabrak sesuatu. Berusaha tidak membuat keributan atau suara sekecil apa pun agar membangunkan mereka. Alis pemuda orens itu mengerut melihat ruang makan masih terang. Memang siapa yang terjaga di jam satu dini hari? Apakah itu peri seperti di cerita dongeng yang pernah ia baca? Atau mungkin pencuri? Jimin mulai parno sendiri.
Menepis semua spekulasi buruk yang mampir, ia pun memutuskan memeriksa ruang makan. Agak takut menengokkan kepala untuk melihat ke dalam. Sedikit terkejut mendapati Yoongi sedang duduk di depan meja makan seorang diri.
"Hyung, apa yang kau lakukan di situ?" Tanyanya penasaran, menghampiri hyung berambut hijau mint. "Ini kan sudah malam."
Yoongi seketika menoleh ke belakang, melihat Jimin dengan mata ngantuknya. "Aku menunggumu, idiot."
"Eh?" Jimin mendadak merasa perlu memeriksakan telinga.
"Cepat kemari sebelum makanannya menjadi dingin."
Mendengar nada perintah tanpa bantahan itu, Jimin menurut. Dia duduk di samping kanan Yoongi, tangan terlipat rapi di atas meja sementara Yoongi mulai mengangkat sendok untuk menyuapi. Jimin membuka mulutnya sangat pelan bercampur ragu.
"Hyung, kenapa kau menungguku?" Jimin menatap Yoongi di sela kunyahannya.
"Kalau bukan kau, aku harus menunggu siapa lagi?" Tanyanya balik.
Jimin mengerutkan dahi sambil mengerucutkan bibirnya. Selalu saja begitu, tiap Jimin bertanya Yoongi selalu menjawabnya dengan pertanyaan lain. Otak Jimin itu pas-pasan, dia tak bisa kalau disuruh berpikir terlalu keras. Dengan wajah cemberutnya dia menerima suapan Yoongi.
Pemuda mint menghela napas singkat melihat tingkah kekanakan Jimin. Kalau itu bukan Jimin pasti sudah kena bogem mentah. "Yaa, tadi kau kenapa tiba-tiba pergi saat makan malam?"
Jimin memalingkan wajahnya, "Bukan urusanmu, hyung." Ujarnya ketus.
Lagi. Menghela napas. Yoongi memang harus ekstra sabar menghadapi pemuda labil di sampingnya. Ia menaruh piring di atas meja diikuti bunyi denting pelan. Kedua tangan menangkup wajah Jimin dan menariknya sampai pandangan mereka bertemu sesaat, hanya sesaat karena Jimin melirik arah lain setelahnya.
"Karena aku dekat dengan Jungkook?" Tebak Yoongi membuat tubuh Jimin menegang seketika, oh tepat sasaran.
"B-bukan." Mencoba mengelak.
"Dua tahun tinggal seatap denganku, kau kira bisa menipuku, Park?" Tangkupan di wajah Jimin terlepas, tangan Yoongi kini menarik kepala belakang Jimin mendekat ke arahnya, meremas helaian orens lembut dan sensual.
Dahi mereka bersentuhan pelan. Jimin menutup matanya rapat-rapat, menahan rasa malu menggelitik hingga membuat pipinya bersemu. Ia bahkan bisa merasakan hembusan napas Yoongi menerpa wajahnya, sangat pelan dan konstan. Menghadapi Yoongi yang terlampau keren adalah hal mustahil baginya, menatap saja Jimin tak punya keberani.
"Buka matamu, Jimin."
"Tidak mau!" Bantahnya cepat.
Yoongi menghela napas, entah yang keberapa kalinya. "Baiklah, kalau begitu pasang telingamu baik-baik." Yoongi masih tak bergerak seinchi pun. Memerangkap kepala Jimin yang diam mematung. "Aku hanya membantu merawat Jungkook karena dia yang paling kecil di antara kita. Berbeda saat aku merawatmu, itu karena kau… spesial."
Ya. Yoongi berkata jujur. Baginya Jimin memang spesial. Dia menaruh perhatian pada Jimin karena dia spesial, spesial dalam berbagai arti. Berbeda ketika dia menaruh perhatian pada anggota Bangtan lain.
"Wah, sedang apa kalian di sini? Eh? Yoongi hyung, Jimin?"
Hal tak terduga di dunia ini memang sering kita temui di kehidupan sehari-hati termasuk yang dialami Yoongi dan Jimin saat itu. Sebuah suara lain berasal dari pintu masuk ruang makan membuat kedua makhluk sebelumnya terkejut. Jimin mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri sambil menoleh ke sumber suara. Hoseok berdiri, tersenyum kecil khas orang bangun tidur.
"Hyung!" Panggil pemuda orens tersenyum riang.
Hoseok mendekati mereka, duduk di kanan Jimin. Sekarang Jimin berada di antara kedua hyungnya, kiri ada Yoongi sementara di kanan ada Hoseok.
"Sepertinya kalian membicarakan hal serius? Ada apa?" Tanyanya lagi. "Whoa! Ini kan sisa makan malam tadi? Kupikir sudah habis?"
"Itu milik Yoongi hyung." Jimin menyela saat tangan Hoseok menarik piring.
"Wah? Benarkah, hyung?" tanyanya memastikan. Yoongi mengangguk kecil, dia segera berdiri.
"Kalau sudah selesai makan, jangan lupa matikan lampu. Tagihan listrik kita bulan ini naik." Pesannya lalu melenggang keluar ruang makan. Dari matanya bisa ditebak pemuda mint itu sudah lelah dan mengantuk.
Jimin mengangguk semangat, "Hyung!" Suara Jimin memanggil, Yoongi menoleh ketika sudah keluar dari ruang makan."Selamat tidur." Lanjutnya mengulas senyum kecil.
Yoongi mengangguk menanggapi. Sadar, sepertinya dia berhasil memperbaiki mood pemuda orens. Jimin sendiri sudah terbang entah kemana, merasa senang karena menjadi orang spesial bagi seorang Min Yoongi. Hoseok yang melihat mereka jadi menghela napas berat seusai kepergian Yoongi. Jimin menyadarinya.
"Kenapa hyung?" Tanyanya penasaran.
"Aku heran, kalian seperti sedang bermain kode di belakangku. Tadi terlihat intim, sekarang saling mengucap kata selamat tidur mesra." Ia menggerutu.
"Itu karena Yoongi hyung bilang aku spesial~" Jimin berujar polos, senyum merekah di bibirnya. "Aku rasa Yoongi hyung juga spesial bagiku."
Hoseok menautkan alis, "Benarkah?" Jimin mengangguk cepat sebagai respon. "Hm... kau juga spesial untukku, Jimin." Ungkap Hoseok terang-terangan.
Lain saat bersama Yoongi, bahkan Jimin menatap lurus di mata Hoseok, pipinya memanas. "Hyung, hentikan. Kau membuatku malu!" Ia mendorong bahu Hoseok pelan tanpa niat menyakiti.
Tak berhenti, sebelah tangan Hoseok justru menahan tangan Jimin yang baru saja mendorongnya. "Aku serius." Katanya pelan, "cara kalian mendekatkan dahi itu membuatku iri." Pemuda itu mendekati Jimin. Mengeliminasi jarak dahi mereka sampai bersentuhan, sama seperti yang dikakukan Yoongi beberapa menit lalu. Perbedaannya adalah Jimin tak memejamkan mata, dia menatap Hoseok tepat di mata, menggigit bibir bawahnya lambat, menggoda. Perlahan mendekat, menyatukan sentuhan hidung mereka.
"Hyung juga spesial untukku." Jimin berkata di tengah senyuman manis. Wajahnya terasa makin memanas tapi ia menyukai sensasi menggelitik itu, sama seperti ia menyukai perasaan tegang oleh tatapan intimidasi Yoongi.
Menyadari wajah Jimin sudah semerah tomat, Hoseok memundurkan kepala perlahan. "Ayo makan sekarang sebelum jadi dingin." Ujarnya mengambil sendok lalu menyuapi Jimin. Dengan senang hati Jimin membuka mulutnya. "Oh, lihat bayi besar Jimin sangat lahap~" godanya membuat Jimin memukul lengan hyungnya kesal. Hoseok tertawa geli, Jimin ikut tertawa setelahnya.
Dari balik dinding sekat antara ruang makan dan ruang tengah, berdiri seorang Min Yoongi. Diam mendengar percakapan dan tawa mereka berdua. Ia menghela napas sembari mengusap helai mint acak.
"Hyung, sedang apa di sini?" Jungkook muncul begitu saja.
Yoongi menatap pemuda bergigi kelinci yang sedang menguap di depannya. "Bukan apa-apa."jawabnya. "Kau sendiri kenapa belum tidur?"
Jungkook menunjuk toilet sejenak. "Aku habis pipis."
Yoongi menepuk kepala Jungkook. "Cepat kembali ke kamarmu sebelum Taehyung ikut bangun."
Sedikit mendesah, "Kau tenang saja, Hyung. Taehyungie sudah tidur seperti mayat sekarang." Ujarnya polos.
Yoongi tersenyum samar mendengar gurauan maknae mereka. Dia berjalan membimbing Jungkook menuju kamarnya. "Kembali tidur. Aku tak ingin kau besok telat bekerja karena terjaga." Jungkook mengangguk cepat.
"Siap, hyung!"
.
.
.
FIN
.
.
.
A/N: Ide memang sering datang dan pergi silih berganti. Kali ini saya membawakan ff BTS lagi. YoongixJiminxHoseok, uke!center adalah salah satu pair fav saya. Untuk setting, ff ini mirip setting ff saya sebelumnya, yaitu Free, anggap saja cerita ekstra tapi bisa dibaca terpisah. Terima kasih sudah membaca sampai sini. Annyeong~
