NARUTO © Masashi Kishimoto
Standard warnings applied. SasuSaku's part..
Listening to I've Got This Friend – 5 Seconds of Summer while writing the story.
I've Got This Friend
by azuramethyst
"Aku dengar, ada seseorang yang menyukaimu," ujarku padanya, dan ia—hampir saja—menyemburkan cappuccino yang ia minum. Ia terbatuk, dan ia mencoba untuk menenangkan dirinya, sedangkan aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang menggemaskan. "Demi apa pun, Sasuke. Jangan berbicara seperti itu secara mendadak, kau mengejutkanku, tahu!" balasnya, lalu kembali meminum cappuccino miliknya.
Aku melihatnya sambil mengangkat kedua alisku ke atas, berkata, "Tapi, aku serius. Aku dengar, ada seseorang yang benar-benar menyukaimu." —senyumannya mengembang, seakan sehabis memenangkan sebuah lotere.
Yah, itu adalah faktanya. Bahwa ada seseorang yang benar-benar menyukai —tidak, dia bahkan sudah jatuh cinta—nya. Bahkan dia akan melakukan apapun untuk gadis berambut merah muda itu agar selalu tersenyum. Yang dia tidak ketahui adalah, bahwa orang yang menyukainya ada di depannya saat ini. Lagi-lagi, ya, orang yang kumaksud adalah aku sendiri.
Tapi aku tidak dapat mengatakannya begitu saja padanya. Alasan klise, aku tidak ingin merusak persahabatan yang telah susah payah kubangun dengannya. Peluangku untuk mengatakan semuanya hanyalah kurang lebih lima puluh persen. Bisa saja gadis bernama Sakura Haruno itu juga menyukaiku, bisa saja tidak. Lagi pula, aku belum siap dengan respon yang mungkin saja akan ia berikan padaku.
"Oh, ya? Siapa?" ia—lagi-lagi—tersenyum lebar, ekspresinya sangat terlihat bahwa ia sangat senang, mengetahui bahwa ada seseorang yang menyukainya. Kalau dilihat lebih dekat, kalian akan menemukan wajahnya yang merona.
"Kupikir kau mengenalnya, ia memiliki mata yang indah." ujarku seraya menyembunyikan seringaiku. Dan gadis musim semi itu mencoba untuk menoleh ke belakang, dengan segera aku berkata, "Jangan, jangan menoleh! Ia melihatnya!" secara berbisik.
Ia kembali melihatku, dan ia meletakkan pipinya pada kedua tangannya, "A-apa dia se-sekelas denganku?" tanyanya, menatap lurus pada obsidianku.
Ya, aku selalu berada di kelas yang sama denganmu. Kita sudah bersama-sama sejak masih menggunakan diaper, dan aku tahu kau menyukai tanganku yang besar. Aku menyukaimu dan segala hal kecil tentangmu, jangan bunuh aku karena menggunakan salah satu lirik lagu dari boy band kesukaanmu namun aku tidak dapat menahannya lebih jauh. Aku benar-benar menyukaimu dan aku—sangat—frustasi kenapa kau tidak dapat melihat bahwa dia ada di depanmu. Aku mengembuskan napasku, "Mungkin saja," aku lebih memilih menggaruk tengkuk kepalaku yang, tentu saja, tidak gatal dan dia merona lebih hebat dari sebelumnya.
Andai ia tahu bahwa orang yang ku bicarakan denganya adalah orang yang benar-benar sama persis dengan orang yang tengah berbicara dengannya. Pemuda yang kini berada di depannya,, dan ia bahkan tidak menyadarinya.
"He's got nice eyes, don't look back cause he's looking…" ujarku menyenandungkan lirik yang kunyanyikan seraya memetic senar pada gitarku. Aku sedang membantu sahabat pirangku—Naruto Uzumaki—menulis lagu baru untuk album kami, dan ini tentang kehidupanku di dunia nyata.
Seorang pemuda yang bersahabat dengan seorang gadis, dan pemuda itu jatuh cinta dengan sang gadis. Namun, karena si pemuda tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, ia lebih memilih mengatakan pada sang gadis bahwa ada seseorang yang menyukai gadis itu—padahal, orang yang dimaksud pemuda itu adalah dirinya sendiri.
Naruto sendiri juga mengalami hal yang kurang lebih sama denganku. Terjebak dengan status friend-zone, payah. "You don't… tidak, um… I think you… I think you know him," ujar Naruto, sambil menuliskan apa yang ia ucapkan tadi pada secarik kertas. "But you just don't know that he's right in front of you," aku tersenyum lebar, dan wajah Naruto nampak berseri-seri. Ia juga tersenyum lebar, kembali menulis idenya pada secarik kertas ketika Sakura tiba di studio. Dia sedang berbisik pada Sai, dan ia tampak marah karena sesuatu.
"Sasuke Uchiha!" teriaknya, dan aku melonjak kaget. Sial, dia tidak pernah memanggil nama lengkapku kecuali jika ia sedang marah karena sesuatu. Aku melirik ke arah Sai yang menatapku dengan tatapan kumohon-selamatkan-aku.
Aku berjalan menuju gadis musim semi itu, lalu menyejajarkan kepalaku agar dapat melihat emerald miliknya, "Ada apa?" ia membiarkan Sai pergi dan kembali menatapku dengan penuh kemarahan. "Sai memberitahuku sesuatu." lalu ia menoleh ke arah Sai, yang dilirik hanya bergumam, "Ma-maaf, teman," lanjut pemuda pucat itu, "Aku hanya memberitahu Sakura kalau kau sedang menyukai seseorang," mataku melebar ketika mendengar ucapan Sai.
Sai adalah salah satu dari sahabatku, walau aku sering mengejeknya. Dia pasti tahu kalau aku tidak akan menyukai seseorang selain Sakura. Kenapa dia harus berbohong seperti itu? Aku menoleh ke arah Sakura yang sedang menggembungkan pipinya. Alisku bertaut, memikirkan sesuatu, kenapa ia harus marah kalau aku menyukai seseorang?
Aku menyeringai. Dia sedang cemburu, rupanya. "Apa itu benar, Sasuke?" tanyanya, sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Aku lebih mendekat pada gadis Haruno itu, hingga menyisakan beberapa senti saja. "Kau bertingkah seperti seorang kekasih yang sedang cemburu, Sakura."
Wajah marahnya berganti menjadi wajah syok, dan ia menunduk ke bawah. "Ti-tidak! Aku ti-tidak cemburu! Aku hanya bersikap protektif pada sahabatku!" ujarnya enggan menatap mataku.
"Protektif?" seringaiku dan ia mendongakkan kepalanya, " Ma-maksudku, aku ti-tidak ingin ada seseorang yang merebutmu da-dariku…"
"Apa?" aku tidak mampu menahan tawaku melihat Sakura yang berusaha menyangkal kecemburuannya, namun itulah yang membuatku semakin menyukai gadis ini. Kulihat Naruto dan Sai perlahan meninggalkan studio, dan seringaiku semakin mengembang, mengetahui bahwa kini tinggal ada aku dan Sakura di ruangan ini.
"Ka-kau sahabarku, A-aku ha—" aku mencium lembut bibir manis Sakura, "Bilang saja kalau kau ingin aku mencium mu, karena aku memang selalu ingin mencium mu. Kau tahu, aku menyukaimu, bodoh." Ujarku. Wajahnya kembali cerah, bibir tipisnya membentuk sebuah kurva senyuman.
"A-apa lagi yang ka-kau tunggu, Sasu? Cium a—" bibirku kembali mengecap bibir manisnya, dan aku pun mulai melumat lembut bibirnya. Aku membawanya sampai ia terpojok di dinding dan aku kembali menyeringai, lalu aku menarik diriku, "Apa kita masih menjadi sebatas sahabat atau—"
"Diam, kau milikku sekarang." potongnya lalu kembali mencium bibirku.
.
SasuSaku: Fin.
.
October, 29th 2017
a/n wakh aku rinduu😭😭 tapi kayanya gabisa main lama-lama di sini. harus fokus sama kuliah:-( yauda aku kesininya jarang-jarang aja. btw, ada yg punya wattpad? bisa follow aku dengan nama yang sama dengan nama pena aku di sini. oiya, fiksi ini rencananya ada 4 sides. nah, sides pertama udah diisi sama SasuSaku. sisa tiga. untuk dua side nya udah ada Naruto sama Sai. tergantung pada maunya siapa duluan. tapi, masih ada satu side lagi yang belum ketahuan siapa cowoknya. mungkin kalian bisa kasih ide di review. contohnya; Kiba–Tamaki. atau siapapun. bebas, asal jangan mengambil cewek yang udah diambil di side sebelumnya. contoh; Itachi–Sakura. terus sekalian juga kalian pilih, mau Naruto apa Sai dulu untuk chapter depan. Tenang, ini ga bakal discontinue:-( well, ditunggu reviewnya!
