DELICATE
Story by : Breakfastcouple92
Author : B-Breath
Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Park Jiyeon
Pair : ChanBaek
Genre : Friendship, Hurt/Comfort, Romance, Marriage Life
Yaoi, BoyxBoy, Boys Love, Shounen-ai
Dark side of love
Rated : M
Summary : Persahabatan membawa mereka pada cinta segitiga, pernikahan dua diantaranya menyebabkan salah satu dari mereka terpuruk. Melalui bisikan halus, menyebabkan retaknya pernikahan diantara cinta yang membara. Menjatuhkannya telak dalam karma yang menghilangkan kewarasannya. Permainan hati yang membunuhnya secara perlahan./"We can't make any promises now, us in delicate"/
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Tiga sekawan adam terlihat bersenda gurau di area pojok cafetaria. Suasana yang tenang setelah hujan yang reda beberapa menit yang lalu membangkitkan ketenangan. Begitu berpengaruh bagi suasana hati para mahasiswa yang terlihat berpikir sedikit tenang dari hari menegangkan biasanya.
Masih dengan makanan hangatnya, salah satu diantara mereka menepuk bahu yang paling kecil di antara mereka dan memberinya tatapan memberi tahu akan keberadaan seseorang.
Baekhyun menatap ke arah yang Sehun tuju. Tepatnya ke arah salah seorang pria yang ia tahu adalah kakak tingkatnya. Merasa tidak mengenalnya, Baekhyun lantas mengalihkan pandangan bertanya pada dua sahabatnya itu.
"Siapa?"
"konon jika seorang pria kaya mendadak ada konspirasi disana. Kau tahu? Konspirasi angka! Oh my god! desas-desus yang mengatakan dia baru menikahi seorang duda kaya raya secara diam-diam. Demikian dan dia terlihat begitu."
Baekhyun tersentak dan Chanyeol yang terlihat paling anteng memutar matanya. Seperti biasa, Sehun dengan mulutnya yang suka bergossip dan Baekhyun yang selalu mendengarkannya. "Kau seperti sedang menceritakan tentang legenda tua tanpa bukti objektif, perbaiki penggunaan kosa kata dan konjungsimu!" Chanyeol menyemburnya, Sehun menatapnya dengan raut sedih mendrama lalu menatap Baekhyun dengan tatapan meminta tolong. Si kecil menggeleng malas. "Kurasa itu memang perlu. Pemilihan kosa katamu norak sekali."
"Tapi aku selalu tahu berita ter up to date!"
"Itulah kau. Reporter gadungan." Sehun tak menghiraukan Chanyeol, dia malah berbalik pada Baekhyun yang mudah terpancing.
"Jadi, menurutmu bagaimana?"
"Kurasa dia sanggup memberi ferrari keluaran terbaru tanpa harus mengangkang di bawah seorang dominan dengan kantong tebal." Baekhyun berkomentar, sedikit dengan nada mengejek. Ia menatap Chanyeol yang menatapnya dengan mulut berbentuk bulat. "Bukankah begitu?"
"Kau memang pandai berspekulasi jika digiring." Katanya, sambil menggeleng maklum. Baekhyun nyaris berteriak histeris saat orang yang mereka bicarakan tadi kini berdiri di depan pria kecil yang duduk sendirian tak jauh dari meja mereka. Bukan karena tahu jika yang menjadi objek gossip hari ini merupakan seorang domiman di kampus, melainkan karena ia memberikan sebatang mawar merah kepada lelaki kecil itu kemudian mereka berciuman. Dunia pelangi memang bukan hal tabu bagi mereka, terlebih mereka merupakan tiga diantara banyaknya yang menganut orientasi sama.
Baekhyun memeriksa keadaan cafetaria dan mendapati seluruh pasang mata —kecuali Chanyeol tentu saja— sedang menatap mereka dengan ekspresi masing-masing. Terkejut, tercekat, dan ya... aneh.
"Kenapa mereka menatapnya?"
"Dia cukup populer, kau tahu, klub bola."
"Ah," Baekhyun mengangguk kecil. Kemudian beralih pada Chanyeol.
"Bukankah kau kenal dengannya, sayang?"
Kedua orang lain menatap Baekhyun terkejut tapi ia buru-buru tertawa canggung. "Tidak, maksudku Chanyeol kan juga anggota klub basket di fakultas kita."
"Tentu saja." Chanyeop berdeham setelah menjawab. Suaranya sedikit lebih dalam dan matanya menatap mata Baekhyun tajam, lelaki kecil itu menggigit bibir dan melirik Sehun yang kini sudah memutar kepalanya untuk menyaksikan hal tak penting di pojok sana.
"Aku dengar ada desas-desus panas di ruang olahraga, katanya anak klub basket dan musik. Apa kalian tahu?"
Baekhyun yang merupakan anggota klub musik menggeleng kecil, Chanyeol hanya memerhatikan titik embun di dedaunan dan memasang telinga. "Itu bohong. Sebenarnya itu tidak ada, dan itu tidak benar."
"Tapi aku pikir itu benar, jika kedua klub itu ada hubungannya berarti beberapa orang yang kutemui hari ini berpotensi adalah tersangkanya."
Baekhyun menggeleng mendengar nada Sehun yang penuh penekanan. Kini Mata Sehun memicing main-main kepada Chanyeol lalu beralih dengan ekspresi mengejek pada Baekhyun. "Apa embun itu lebih menarik daripada gossip orang berselingkuh menurutmu?"
"Siapa yang berselingkuh?"
"Siapapun yang berpotensi."
"Jadi Changmin berselingkuh?" Baekhyun bertanya, sedikit dengan nada terkejut. Sehun mengangguk cepat, keduanya kembali menatap Chanyeol yang menggerakkan bibirnya menghitung titik embun.
"Apa aku berhutang koin mesin bodoh itu hingga kalian menatapku begitu?" Tanya Chanyeol, menjuru pada perjalanan mereka ke Game Center tadi malam ketika dua bola mata Baekhyun dan Sehun menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Kupikir aku setuju dengan teori Jiyeon yang mengatakan bahwa hidupmu kesepian." Sehun menyilangkan kaki. Keadaan cafetaria tak lagi secanggung tadi saat dua orang yang menjadi alasan keheningan mendadak tadi beranjak meninggalkan cafetaria dengan pandangan berapi-api.
"Kau hanya perlu menelitiku secara langsung." Chanyeol menyeringai saat Sehun memutar mata, ia beralih pada Baekhyun yang menunduk dengan kedua mata terbelalak dan rona pipi yang menggelayuti kedua pipinya.
"Apa kau ingin dicium juga?"
Padahal Chanyeol berniat iseng dengan pertanyaannya, namun nyatanya Baekhyun terbatuk dengan keras. Wajahnya berubah memerah. "Kau benar-benar ingin ternyata." Finalnya, menyimpulkan dengan seringai jahil dan dihadiahi dengan lemparan tisu.
"Aku bisa menciummu jika kau mau." Kini Sehun yang menyeringai, menaik turunkan kedua alisnya membuat Baekhyun semakin malu. "Bisakah kalian berhenti menggodaku? Dasar bodoh."
"Aku tidak menggoda, aku hanya bertanya." Balas Chanyeol, menghardikkan bahunya pelan dan kembali menyantap makanannya.
"Bukankah mengagumkan jika seorang yang meminta kini memberi dengan uang orang yang memiliki kuasa atas tubuhnya?" Pertanyaan Baekhyun memancing opini kedua sahabatnya untuk disuarakan.
"Dia akan terlihat sangat tidak tahu malu jika itu benar terjadi, mungkin si dominan bisa marah dan menghukumnya di ruangan merah kesakitan."
"Kesakitan yang nikmat." Sehun menambahkan. Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan susah di artikan. "Maksudmu Red Room of Pain?"
"Yeah..." Chanyeol mendesah pelan. Alisnya tertarik keatas saat ia mendapatkan ide. "Bukankah usulan pembatalan perjanjian terdengar lebih menggiurkan dibanding menghukumnya dengan kenikmatan?"
"Apa kau pernah melakukan itu sebelumnya?" Baekhyun bertanya, nadanya hati-hati, Sehun terkesiap dengan nada itu.
"Tidak, tidak, tidak. Tentu saja aku tidak."
"Mungkin dia bisa memberi harapan tentang usulan pembatalan kontrak atau memberi usulan untuk pergi dari hidupnya selamanya. Ya, jika dia mencintai submissive-nya, tapi kurasa sangat disayangkan semuanya harus berakhir jadi lebih baik mereka berdiskusi dengan halus."
"Kau tahu ini betapa sakitnya dikhianati, tidak?" Chanyeol menyentaknya dengan pertanyaan keras. Baekhyun mengerjap sesaat lalu meringis.
"Kurasa tidak."
"Kurasa belum." Baekhyun menambahkan. Sehun mentertawainya hingga terpingkal-pingkal, mengundang tatapan terganggu dari meja lain.
"Oh, apa itu berarti kalian akan mengkhianatiku?" Ia bertanya tanpa menatap kedua wajah sehabatnya. Senyumnya terlihat dipaksakan untuk sesaat.
"Tapi ototnya sebesar itu bagaimana mungkin dia menikahi duda? Dia submissive?" Baekhyun jelas mengalihkan pembicaraan. Dan itu sangat berhasil, terlihat dari Chanyeol yang tertawa untuk pertanyaan Baekhyun. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusak puncak kepala Baekhyun dihadiahi dengan delikan mematikannya yang lucu. Ia hanya tidak suka saat rambutnya di rusak orang lain saat ia rela menghabiskan satu jam lebih di depan cermin dengan hair dryer dan catokannya.
"Apa yang tadi kurang jelas? Untuk apa membahas dia dan dia yang lain jika kau baru saja terhubung dengan koneksimu yang lamban?"
"Aku pikir kita hanya berbicara jika seorang melanggar kontrak kink, bukan menjuru pada siapa."
"Itu bukan urusanmu, Baek." Kata si paling tinggi. Mengundang tatapan mencibir khas Baekhyun dan Sehun. "Jadi urusanmu apa? Berpacaran dengan buku-bukumu?"
Chanyeol tertawa mendengarnya. Ia menyentil dahi Baekhyun pelan membuat Sehun berdeham sedikit terasingkan. Dan saat keduanya meredakan tawa mereka yang saling menular, Sehun memberi keduanya tatapan menunggu.
"Apa?" Tanya Chanyeol padanya. Sehun menghardikkan bahu kemudian menyumpit kembali mie wijennya. Ia mengalihkan pandangan ke samping untuk melihat Baekhyun yang mulai memakan kembali makanannya, Chanyeol kembali bersuara.
"Baik, jadi dengan siapa Changmin hyung menikah secara diam-diam?"
Mendengarnya, Sehun menaruh sumpitnya di mangkuk dan menutup mulutnya tak percaya. "Bro, satu-satunya duda terkaya di kota ini adalah ayahmu."
Baekhyun tersedak ramennya. Chanyeol berdiri dari kursinya saat seorang mendekati meja mereka dan bergabung di sebelah Chanyeol.
"Hai, Baekhyun. Apa kau baik?" tanya orang itu memastikan karena Baekhyun yang belum berhenti dari batuknya. Sehun mengusap punggungnya pelan dan Chanyeol beranjak mengitari meja dan berlutut disamping Baekhyun.
Perhatian yang ia dapatkan dari dua pria tampan sepopuler keduanya memang cukup menyita perhatian seisi cafetaria. Dan Jiyeon yang datang berniat bergabung sambil berniat menanyakan beberapa tugas, hanya menatap mereka dengan canggung.
"Baek, apa kau baik-baik saja?" tanya Jiyeon dengan raut sedikit khawatir, pasalnya Baekhyun belum berhenti terbatuk dan wajahnya memerah hingga ke leher dan telinga.
"Bisa berikan aku air putihmu dulu, tolong?" Chanyeol beralih pada gadis itu, Jiyeon memberi air mineral yang ia bawa dengan cepat. Ia menaruh nampan dengan tergesa dan mengitari meja untuk melihat keadaan lebih dekat.
"Kurasa kita tidak perlu membahas hal tidak masuk akal seperti tadi lagi." Kata Chanyeol, sambil memikirkan ayahnya yang kentara sekali terlihat kesepian.
"Kau mau langsung kembali ke rumah atau?"
"Aku masih ada satu kelas lagi, aku baik-baik saja." Balas Baekhyun cepat, ketiga orang itu menghela nafas pelan dan kembali ke kursi mereka. Membiarkan Jiyeon bergabung dengan celotehan panjangnya tentang banyak hal.
Gadis itu memang cukup dekat dengan mereka dari orang lainnya di kampus, selain karena Jiyeon adalah teman sekelas Gym Baekhyun, dia juga merupakan sepupu Chanyeol dan mereka membiarkan gadis itu berkeliaran di sekitar mereka dengan sikap konyolnya.
"Oh, ya! Apa kalian tahu? semalam aku melihat orang berciuman di gang dekat rumah Chanyeol Oppa. Mereka pasangan gay dan keduanya terlihat sangat mirip dengan Chanyeol Oppa dan Baekhyun."
Ketiga orang lain refleks menatapnya mata secara bersamaan. Sementara Chanyeol dan Baekhyun terlihat gugup satu sama lain.
"Kau ini ada-ada saja." Komentar Sehun setelah lama menggantung keheningan. "Aku tidak berbohong! Itu sangat mirip Chanyeol Oppa dan Baekhyun! Jadi aku bertanya sekarang setelah memikirkannya sepanjang malam, itu bukan kalian kan?"
"T-tentu saja tidak!" Bantah Baekhyun cepat. Gadis di depannya terlihat tak lagi curiga, sepertinya dia cukup puas dengan jawaban tegas Baekhyun meski ekspresi Chanyeol terlihat kaku dan Sehun terlihat canggung.
Jiyeon cukup mengerti bagaimana mereka menjalani hubungan pertemanan selama delapan tahun, dan itu membuat Baekhyun begitu diistimewakan oleh Chanyeol dan Sehun. Meski mereka tidak ada yang menampik jika Baekhyun dengan senyum jahil dan matanya yang menyipit main-main bertanya. "Kau menyadari sebuah pengkhianatan di depan matamu, kan?"
Senyum Baekhyun seketika luntur, matanya menatap Sehun memicing. Sedangkan dua orang lain menatap Sehun dengan pandangan tak mengerti.
...
"Aku sangat geli saat mendengar seorang dominan memanggil submissive mereka dengan sebutan Princess. Menurutku para lelaki feminim tidak semuanya menyukai itu, mereka masih tetap seorang lelaki walau posisi mereka di bawah."
Saat ini mereka tengah di dalam mobil Chanyeol, Sehun menyetir dengan Chanyeol duduk di sebelah kemudi dan Baekhyun duduk di kursi penumpang kini masih menggerutu karena apa yang ia dengar saat mereka berhenti di sebuah super market untuk membeli cemilan.
Chanyeol sebenarnya ingin tertawa, tapi tentu saja dia tidak berani. Sedangkan Sehun merasa cukup terhibur dan mendebatnya dengan argumen yang berlawanan. Terbukti dari Baekhyun yang berakhir memekik kesal dan membuang wajah ke luar jendela, dan dihadiahi oleh tawa pecah Sehun.
Setelah memutuskan untuk pulang ke rumah Sehun karena rumahnya yang paling dekat dari kampus mereka, ketiganya kini duduk berjejer di depan layar plasma besar dengan cemilan yang mengelilingi.
Baekhyun berada di tengah dengan dua lelaki tampan itu yang berada di sekitarnya.
Mereka tengah asyik menikmati pemutaran film ulang yang begitu membosankan. Titanic.
Kisah cinta tragis itu tidak membawa mood Chanyeol kembali. Ia bahkan hampir hapal setiap partnya. Lelaki itu meraih soda di atas meja dan membukanya hingga berbunyi suara desisan keras. Baekhyun yang sangat berkonsentrasi pada adegan di depannya mengulurkan tangan untuk mendorong kepalanya hingga soda yang tengah berada di depan mulutnya tumpah ruah hingga masuk ke hidung.
Chanyeol terbaruk. Baekhyun yang menyadari bahwa tindakannya membawa satuan nyawa Chanyeol hampir nyaris pergi dari tubuhnya sontak berteriak kaget. Sehun mentertawainya hingga terpingkal-pingkal dan popcornnya menyembur di ke lantai. Baekhyun mengrenyit kesal dan memberinya cubitan di paha hingga ia mengaum keras. Chanyeol yang kini telah menetralisirkan sedikit nafasnya balik mentertawainya dengan keras. Melihat itu, Baekhyun hanya menggeleng maklum dan meraih tisu di meja.
Mendekat ke arah Chanyeol dan memberikan tumpahan cairan soda di wajah dan bajunya dengan lembut. "Maafkan aku." Katanya tulus. Chanyeol terkekeh pelan. "Bukan suatu hal yang begitu dapat dipermasalahkan."
Sehun merotasikan matanya mencibir. "Jika itu aku, aku sangat yakin kau menyewa advokat untuk mengkasuskanku." Chanyeol tertawa untuk cibirannya. "Setidaknya itulah yang akan aku lakukan terlebih jika kau membawa kabur Baekhyun untuk menikahinya dan merusak pertemanan kita. Hahaha."
Sehun tersenyum lebar dengan paksa, matanya menampilkan kekhawatiran abstrak dan desiran darah akibat teriakan dari hatinya membuat dia akhirnya menyerah dan pamit untuk mencuci wajah.
Di saat Sehun tidak terlihat di pandangan lagi, Chanyeol segera manarik Baekhyun untuk mendekat. Merangkul pinggangnya dan menenggelamkan wajahnya di perpotong leher Baekhyun. "Ahh, Chanhh" Baekhyun meleguh lirih akibat jilatan yang lelaki itu berikan di titik sensitifnya.
"Itu hukumanmu karena menjahiliku hari ini. Tidak sadarkah kau membuatku harus menahan diri hingga dua kali hari ini?"
Baekhyun mengerjapkan matanya, ia tertawa centil di balik punggung tangannya. Suasana yang gelap begitu beradu dengan keheningan menyebabkan malam yang dingin terasa begitu sepi.
"Apa kau memikirkan apa yang kupikirkan?" Tanya Chanyeol. Masih betah menatapi Baekhyun yang memandang lurus ke depan televisi.
"Kau tahu apa yang seharusnya berjalan, maksudku, ini semua tidak berefek besar, kan?"
"Tentu saja tidak. Atau bisa jadi ya saat aku mengganti modul skripsiku menjadi antisipasi terhadap orang-orang berjas putih yang merampok uang rakyat." Baekhyun tertawa. Ia menatap lelakinya dengan tatapan tidak percaya.
"Leluconmu bukan bagian dari topik ini. Berhenti melucu." Komentarnya terhadap sarkasme Chanyeol. Chanyeol tersenyum sambil menyematkan helai rambutnya di belakang telinga. Baekhyun mendorong Chanyeol saat ia mendengar suara kaki mendekat.
Sehun memandang Baekhyun yang tengah fokus dengan film sambil memakan popcorn dengan wajah merah, sedikit melirik ke arah Chanyeol yang terlihat santai. "Apa aku melewatkan sesuatu?"
"Ya, kau melewatkan saat mereka berciuman."
Sehun menghardikkan bahu dan duduk di sofa kosong lainnya. Baekhyun berdiri dengan memegangi kotak popcorn.
"Aku ingin buang air kecil."
Kedua pasang mata coklat itu menatapnya dengan ekspresi berbeda. Sehun mengalihkan atensi kembali pada film yang akan habis.
"Tidakkah kau bosan?"
Chanyeol memberinya tatapan bertanya. "Apa?"
"Lagi-lagi mengulang kembali film ini?"
"Jika saja mendebatnya membuatku dapat menonton ulang Star Wars, akan ku lakukan." Ia pasrah dalam kata-katanya.
"Kisah cinta tragis, eww." Komentar Sehun saat film telah usai. "Aku haus." Chanyeol beranjak dari tempatnya. Mengabaikan tatapan Sehun yang memicing.
...
"Baekhyuna."
Baekhyun yang tengah bersandar di tepi counter dapur tersentak saat mendengar suara Chanyeol memanggilnya. Ia membiarkan Chanyeol mengikis jarak dan berdiri di depannya. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini?"
Chanyeol mengerjap pelan. "Aku haus."
Baekhyun menyodorkan segelas air putih di tangannya pada lelaki itu. Chanyeol menggeleng, membuat Baekhyun mengernyit. "Jadi kau ingin minum apa?"
"Aku ingin minum susu."
"Susu?"
"Langsung dari sumbernya."
Baekhyun memberinya tatapan tak percaya. "Berhenti berkata seperti itu, Chanyeol. Kau membuatku sedih untuk tidak terlahir sebagai wanita."
Chanyeol menatapnya dengan bengis. Tersinggung. "Apa maksudmu? Apa menurutmu aku tidak mencintaimu?"
Baekhyun terbelalak, sadar akan topik yang selalu membuat mereka bertengkar. Ia segera menangkup wajah Chanyeol dengan kedua tangannya dan memberinya ciuman dalam.
Nafas Chanyeol terdengar memburu. Baekhyun melumat bibirnya lembut dengan sensual. Membuai Chanyeol untuk membalas tak kalah dalam. Ia membelai pipi Baekhyun dan menangkupnya, memperdalam ciuman mereka.
"Ughh" Leguhan Baekhyun membuat Chanyeol kepalang. Ia melepas french kiss mereka dan turun ke lehernya yang putih, menyasapnya dengan keras menyebabkan leguhan Baekhyun lebih panjang.
Chanyeol menjalankan lidahnya di sepanjang tulang selangka lalu menayasapnya, menutar kepala di bagian sebelah lalu menjilat bagian di belakang telinganya, sesekali mengulum telinga si kecil menyebabkannya harus berpegangan pada sisi meja counter.
Chanyeol menyeringai dan mendorong Baekhyun untuk berbaring di meja. Ia segera menindih tubuh Baekhyun dan kembali menciumnya dengan kasar. Baekhyun membalas tak kalah panas. Menghisap lidah Chanyeol hingga membuat lelaki tinggi itu mendesis. Tak menyadari tatapan terluka seorang di balik pintu.
Chanyeol ingin membuka bajunya namun Baekhyun mencegahnya hingga Chanyeol memberinya tatapan bertanya. "Ada apa?"
"Kurasa bukan ide bagus jika kita melakukannya disini. Kita berpotensi ketahuan kapan saja."
Dan Chanyeol menarik diri dari tubuhnya. Ia merapikan pakaian dan rambutnya, menatap Baekhyun yang masih berantakan dan terengah. "Maafkan aku, tidak seharusnya aku hilang kendali seperti tadi."
Baekhyun menerima uluran tangan Chanyeol dan membiarkan lelaki tinggi itu membenahkan dirinya yang lebih kacau. "Kurasa kita harus kembali. Kita terlalu lama."
Baekhyun terkekeh dan mengangguk. Mereka berjalan berdua beriringan menuju sofa.
"Kenapa kalian lama sekali?" Tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar plasma yang menampilkan pertandingan sepak bola. "Apa filmya telah berakhir?" tanya Baekhyun. Mengambil duduk di samping Sehun dan menyambar sodanya, menegaknya hingga setengah.
Chanyeol mengabaikan mereka. Lebih tertarik pada pertandingan yang memanas. Sehun menatap Baekhyun dengan ekspresi sulit di artikan kemudian mengalihkan pandangan pada Chanyeol.
"Kenapa tiba-tiba ada tanda merah pada lehermu?"
Chanyeol dan Baekhyun menegang pada posisinya.
.
.
.
TBC
.
.
.
AN :
SELAMAT HARI CHANBAEK, CHANBAEKISTS! MUCH LOVE FOR Y'ALL
Doa terbaik untuk appa dan daddy cukup kita dan tuhan yang tahu. Untik kalian, jangan lupa bahagia! Semoga kita semua tetap bersama seperti ini.
Btw ini masih pembukaan ya, cinta segitiga. Hmm
Jangan lupa beri tanggapan kalian di kolom riview~
Salam cinta
—Hera dan Bella.
