Between Hate and Love
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
This story belongs to HinataHyuuga8
Special present for SasuHina
Happy Reading ^^
.
.
.
Aku mencintaimu, walau kau membenciku
Aku selalu merindukan senyummu, walau kutahu itu bukan untukku
Aku selalu merindukan tatapan hangatmu, yang tak kau tunjukan padaku
Aku selalu rindu semua hal tentangmu, yang hanya terlukis di masa lalu
.
.
.
Hinata's POV
Aku menghempaskan buku tebal yang kubaca dengan kesal. Aku memandang keluar jendela. Iris mataku mampu menangkap kerumunan yang semakin lama semakin membesar itu. Aku mendengus.
'Dasar orang-orang bodoh,' batinku.
Aku mengalihkan mataku dari kerumunan itu. Tanpa perlu bertanya pun, aku sudah tahu bahwa kerumunan itu mengejar cowok terpopuler di sekolahku. Sasuke Uchiha. Apa bagusnya cowok itu? Hanya mengandalkan tampangnya untuk memikat perempuan. Sama sekali bukan tipeku.
Sejujurnya, aku sudah mengenal Sasuke sejak kecil. Kami tumbuh bersama. Kedua orangtua kami saling mengenal dengan baik. Bahkan, ketika duduk di bangku SD, kami sempat tinggal di dalam satu rumah. Beranjak SMP, keluarga Uchiha memutuskan untuk pindah ke Amegakure.
Aku dan Sasuke punya satu rahasia dimana hanya aku dan dia yang tahu. Satu rahasia yang benar-benar membuatku benci padanya. Satu rahasia yang membuatku selalu menjauhinya, bahkan ketika ia kembali dari Amegakure dan menetap di Konohagakure, bersamaku.
Kerumunan itu semakin lama semakin bising saja. Membuatku sakit kepala. Aku memutuskan untuk bangkit dari kursiku dan berjalan menuju meja pustakawan. Di meja itulah, Gaara Sabaku, senior idolaku, bekerja. Aku meletakkan buku yang sebelumnya sempat kubaca di atas mejanya.
"Ano, Gaara-senpai," aku memanggil namanya. "Aku ingin meminjam buku ini."
Gaara-senpai menatapku. Seulas senyum tergambar di wajahnya yang tampan. Aku hanya dapat menunduk, menyembunyikan wajahku yang semakin memerah.
"Pinjam lagi? Bukankah kemarin kau sudah meminjam?" tanya Gaara-senpai.
"Buku yang kemarin sudah habis," aku memberi alasan.
Ia mengangguk-angguk lalu menuliskan sesuatu di buku kecilnya. Kemudian ia menyerahkan kembali buku bersampul hijau itu.
"Ini," ia tersenyum. "Selamat membaca."
Aku terpaku menikmati senyumannya. Gaara-senpai memang manis. Walau sebagian orang berpendapat lingkar hitam di sekitar bola matanya membuat ia tampak mengerikan. Ditambah lagi tato bertuliskan 'ai' yang melekat di dahi kirinya. Namun, menurutku, jauh dari tampang menyeramkannya, Gaara-senpai adalah senior yang baik sekali. Ia selalu tersenyum lembut padaku. Kalau berkata-kata, pasti sangat halus dan berhati-hati. Dia itu tipeku.
"Jangan lupa shift-mu siang ini," Gaara-senpai membuyarkan lamunanku.
"I-iya," aku tergagap.
Aku juga bekerja sebagai pustakawan di sini. Semuanya berawal dari keterlambatanku masuk sekolah membuatku harus berhadapan dengan Kakashi-sensei, si pecinta buku 'mesum' itu. Kakashi-sensei memintaku untuk menggantikan tugas salah satu pustakawan selama ia sakit. Terpaksalah aku menjadi pustakawan selama satu bulan penuh. Namun, bagi gadis pecinta buku sepertiku, itu tidak masalah. Aku justru senang dapat menghabiskan waktuku bersama buku-buku ini.
Selain itu, karena menjadi pustakawan, aku dapat bertemu dengan Gaara-senpai. Ia mengajarkanku banyak hal tentang buku yang bagus. Wajar saja, ia adalah ketua pustakawan di sekolahku. Tak dapat aku ingkari bahwa aku 'tertarik' pada Gaara-senpai.
Setelah sebulan bekerja, aku memutuskan untuk bergabung dengan klub pustakawan, berhubung aku sebenarnya belum memilih klub apapun. Gaara-senpai sangat senang mengetahui keputusanku dan segera memintaku untuk menjadi rekannya satu timnya dalam menjaga perpustakaan. Tentu saja aku menyambut tawaran langka itu dengan baik.
Jauh dari masalah Gaara-senpai, aku kembali terusik dengan suara yang semakin keras bunyinya. Aku memandang kesal ke luar jendela. Apakah para gadis itu belum bubar? Semakin lama berada di tempat ini membuatku semakin pusing saja.
"Senpai, aku kembali ke kelas dulu ya. Nanti senpai juga jaga shift siang kan?"
"Iya tenang saja. Kita kan satu tim," Gaara-senpai kembali melempar senyum padaku.
"Kalau begitu aku duluan ya," aku melangkah keluar dari perpustakaan.
Helaan nafas sukses mengalir keluar dari mulutku. Akhirnya, suara itu semakin meredup di telingaku. Pikiranku kembali melayang kepada Gaara-senpai. Aku tersenyum kecil mengingatnya, sembari melangkahkan kakiku melewati koridor yang panjang. Apa aku mencintaimu, Senpai?
End of Hinata's POV
.
.
.
Sasuke's POV
Aku berusaha keluar dari kerumunan menyebalkan ini. Hawa panas semakin menyengat tubuhku. Keringat mengucur melwati pelipisku. Ah, hari ini benar-benar menyebalkan. Mengapa harus ada para perempuan aneh ini? Aku menyadari posisiku sebagai cowok terpopuler di sekolah ini. tapi kenapa aku harus memiliki fans girl seperti ini? Aku merutuki diriku sendiri.
"Sasuke-kun!" seorang gadis berambut merah jambu mengapit lengan Sasuke.
"Hey, jangan peluk-peluk Sasuke-kun dong! Dia itu kan milikku!" seorang gadis berambut pirang pucat mendorong si gadis merah jambu.
"Sasuke-kun, kencan denganku dong," kini giliran gadis bercepol dua yang merayu Sasuke.
"Sasuke-kun, aku minta tandatangan,"
"Sasuke-kun, senyum dong,"
"Sasuke-kun, foto denganku yuk,"
"Sasuke-kun, peluk aku sekali saja!"
"Aku ingin dicium Sasuke-kun!"
Sasuke meremas kepalanya pusing. Aduh, bisakah gadis-gadis ini berhenti berbicara? Uh, permintaan mereka aneh-aneh pula. Sasuke mendesah kesal.
"Minggir kalian," ucapku sambil mendorong gadis-gadis itu.
Aku melayangkan pandanganku ke arah jendela perpustakaan. Seorang gadis bersurai indigo tampak membaca buku dengan tenang di balik jendela itu. Terkadang seulas senyum mengembang di wajahnya. Terkadang dahinya tampak mengerut. Terkadang matanya mendelik tak percaya.
Ah, siapa lagi gadis itu kalau bukan Hinata Hyuuga. Satu-satunya gadis yang menempati hatiku. Aku dan Hinata adalah tumbuh bersama. Kami sangat dekat bahkan kami tinggal satu rumah dulu, sebelum akhirnya aku pindah ke Amegakure. Sebelumnya, Hinata adalah gadis yang ramah dan bersahabat. Senyum selalu terlukis di atas wajahnya dan semburat merah selalu mewarnai pipi halusnya. Tapi itu Hinata yang dulu.
Hinata yang sekarang sangatlah berbeda. Hinata yang sekarang hanyalah Hinata yang dingin tak bersekspresi. Kata-kata yang terlontar dari bibirnya selalu mampu membuat hati serasa tertusuk beribu-ribu jarum. Tentunya, kata-kata itu selalu berhubungan dengan masa lalu kami. Masa lalu dimana hanya kami berdua yang tahu.
Kini, walau empat tahun sudah berlalu sejak kejadian itu, aku yakin ia belum atau bahkan tidak akan pernah melupakannya. Bagaimanapun, aku tahu aku sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal. Satu kesalahan yang mampu membuat dirinya berubah seratus delapan puluh derajat. Ini semua murni kesalahanku. Tapi semua hal yang aku lakukan pasti beralasan. Namun, aku sebut ini kesalahanku karena kau tak mampu mengontrol alasanku sendiri. Ah, aku benar-benar gila memikirkan hal ini.
Tapi, di saat aku ingin berbaikan dengannya, ia justru semakin menjauh. Aku tak lagi mampu menggapainya. Kakinya selalu ingin melangkah sendiri. Tatapan matanya hanya terpaku pada satu benda. Dan mulutnya hanya mampu mengucapkan serangkaian kata-kata dingin menusuk hati. Sebegitu jahatnya kah aku sehingga ia bahkan tak ingin melihatku lagi?
Kini, ia memandang kesal ke arahku. Aku tahu itu. Iris lavendernya mengisyaratkan rasa benci yang mendalam padaku. Aku kembali merasa bersalah. Pandangan mataku tak mampu menatap langsung padanya. Tangan kekarku kembali mendorong gadis-gadis ini menjauh.
Ketika aku kembali memandang jendela yang sama, gadis itu telah pergi. Tak ada lagi sosoknya di balik jendela itu. Tak ada lagi senyumnya yang dapat kunikmati walau hanya dari kejauhan.
Hinata Hyuuga. Mungkin kau tak tahu aku mencintaimu. Mungkin kau tahu aku hanyalah penganggu. Mungkin kau bahkan menginginkan aku menjauh dari kehidupanmu. Tapi aku mencintaimu. Cinta. Aku ingin memilikimu. Seutuhnya. Jadi, bolehkah aku egois? Bolehkah aku merebut kebahgaiaanmu hanya untukku seorang? Bolehkah? Kali ini saja dan tentang ini saja. Aku mohon.
End of Sasuke's POV
.
.
.
"Ini buku yang kau pinjam. Jangan lupa mengembalikannya minggu depan ya," Hinata menyerahkan sebuah buku bermotif bunga pada gadis bermabut pirang di hadapannya.
"Arigato, Hinata-chan," Ino, si gadis berambut pirang tersenyum. "Bolehkah aku duduk di perpustakaan ini sebentar?"
"Tentu saja. Ini kan perpustakaan umum," jawab Hinata.
"Baiklah," Ino berlalu lalu menuju sebuah kursi. Ia membuka bukunya namun tampak tak membacanya dengan serius. Justru pandangannya selalu terarah pada pintu masuk perpustakaan.
"Selanjutnya," Hinata mengetik sesuatu. Benar-benar hari yang melelahkan. Entah mengapa jumlah pengunjung perpustakaan hari ini bertambah secara mendadak. Dan kebanyakan, pengunjugnya adalah para gadis.
Hinata tetap fokus pada komputernya. Tak lama, ia menyadari bahwa tak ada orang yang menghampirinya. Padahal setahunya, antrian untuk meminjam buku masih panjang beberapa detik yang lalu. Hinata mendongak berusaha melihat melewati meja kerjanya.
Iris matanya membelalak mendapati sesosok Uchiha berdiri di depan pintu perpustakaan dan sudah dikelilingi oleh gadis-gadis yang semula mengantri meminjam buku. Siapa lagi kalau bukan Sasuke Uchiha. Suara-suara bising menyelimuti perpustakaan itu walau jelas-jelas peraturan megatakan 'Tak boleh ribut di dalam perpustakaan'.
Hinata menatap Sasuke dengan kesal. Ia bangkit dari kursinya lalu menghampiri bungsu Uchiha itu dengan kesal. Ia berkacak pinggang di depan Sasuke. Hinata berdehem membuat semua orang di di situ terdiam. Sasuke hanya dapat terpaku menatap sosok Hinata menunggu apa yang akan dikatakan gadis itu.
"Uchiha-san," Hinata berkata dengan lembut namun begitu tajam. "Kau tahu peraturan di perpustakaan mengatakan bahwa kita tidak boleh berisik selama berada di sini. Jadi, kalau kau hanya ingin bersenang-senang dengan fans girl-mu, lebih baik kau keluar dari perpustakaan sekarang." Hinata memandang Sasuke dengan sengit.
Sasuke menyeringai. "Jangan katakan kau cemburu karena kau tidak dapat masuk dalam klub fans girl-ku, Hinata. Aku bisa siapkan kursi khusus untukmu."
"Jaga ucapanmu, Uchiha. Aku sama sekali tidak tertarik untuk menjadi fans girl-mu. Aku berkata begini karena aku adalah pustakawan di sini. Aku bertugas mengingatkan semua pengunjung perpustakaan untuk mematuhi aturan yang berlaku. Kau mengerti?" Hinata kembali berkata dengan dingin.
Semua orang memandang putri Hyuuga ini dengan tidak percaya. Sebelumnya, belum pernah ada orang yang berani untuk berkata demikian pada Sasuke, sang pangeran sekolah.
"Jangan jual mahal, Nona Hyuuga," Sasuke mengarahkan telunjuknya, mengangkat dagu Hinata agar tatapan gadis itu sejajar dengan tatapannya. "Kalau kau mengaku kau mencintaiku, aku akan memberikan kesempatan khusus padamu untuk merasakan sensasi dariku yang tak pernah kau rasakan."
PLAK!
Semua orang menatap kedua orang yang sedang bersitegang itu dengan mulut menganga. Bagaimana tidak. Hinata Hyuuga yang terkenal sebagai cewek jenius yang pemalu itu menampar Sasuke Uchiha, cowok yang dipuja oleh 99% gadis di sekolah itu. Sasuke mengelus pipinya yang memerah.
"Aku tidak suka dipermainkan, Uchiha," Hinata menekankan setiap kalimatnya.
"Kau!" Sasuke mendrong tubuh Hinata, menghempaskannya pada tembok. Tangannya mencengkeram bahu Hinata dengan erat. Semua orang tak ada yang berani bergerak, takut pada Uchiha bungsu yang sedang mengamuk.
"Apa yang kau mau, hah?" Hinata berkata dengan berani.
"Kenapa kau selalu membenciku? Kenapa kau tak pernah mau menerimaku? Tak bisakah kau hanya bersikap biasa padaku? Apa semua ini masih ada hubungannya dengan 'dia'?" Sasuke bekata tajam. Menatap Hinata dengan amarah.
"Kau selalu tahu jawabannya kan? Lalu kenapa kau terus bertanya?" Hinata membalas tatapan Sasuke. "Kau yang seharusnya bertanya pada dirimu mengapa kau selalu dibenci olehku, Uchiha."
Sasuke mengeratkan cengkeramannya pada bahu Hinata. Hinata meringis kesakitan. "I-ittai.."
"Hinata," Sasuke memandang Hinata penuh emosi.
Sebuah tangan kekar mencengkeram bahu Sasuke. Menarik tubuh Sasuke menjauh dari Hinata. Dalam satu detik, lelaki itu telah mengarahkan tinjunya pada sang Uchiha. Sasuke menatap sosok tubuh yang meninjunya.
"Bersikap kasar pada seorang gadis adalah perbuatan rendah."
.
.
.
To be continued…
Author's Note:
Yo, Min'na! Author kembali lagi dengan fic multichap SasuHina yang baru. Udah mulai bisa nebak plotnya gimana? Hehehehe… semoga suka ya dnegan fic HyuugaHinata8 yang baru. Author coba perbaiki beberapa cara pegetikan seperti kata yang dicetak miring dll. Semoga kalian makin suka ya. Chapter berikutnya akan author post beberapa hari ke depan. Kalau bisa sih secepatnya. Jangan lupa reviewnya ya. Gomen kalau banyak typo(s) dan fic-nya pendek. Arigato gozaimasu! ^0^
