LIFE 'Lust, Illusion, Fortune, Endless"

BTS Imagine Fanfiction

Genre : Hurt/Comfort, Slice of life, Romance, Fantasi

Pairing : Kim Seokjin & (y/n)

Warning (16+)

Typo(s)

Disini kalian bayanginnya Jin pas era 'Boy In Luv ya'~ gaya rambutnya sama senyumnya dan lain-lainnya, Taehyung pas era 'I need you', Suga diera 'Fire', Jungkook diera 'War Of Hormone'

.

.

.

Hidup, banyak orang yang mengatakan bahwa hidup itu menyakitkan, hidup itu menyedihkan, hidup itu hanyalah sebuah kesia-siaan. Ya terkadang aku setuju dengan semua pernyataan itu, namun disaat yang bersamaan aku juga sedikit tidak setuju. Menurutku hidup itu menyenangkan jika kalian menikmatinya. Ada satu kata-kata indah yang selalu terngiang ditelingaku, yaitu 'Jangan dipaksa, lemesin aja' yang berarti jangan terlalu memaksakan hidup kalian, jalankan lah apa yang kalian suka dan jangan lakukan apa yang kalian tidak suka. Yaa, entah kenapa aku sangat menyukai rangkaian kata itu.

.

.

.


Banyak sekali orang yang berkata bahwa terlahir sebagai anak yang terakhir adalah sebuah kebahagiaan tersendiri, selalu dituruti apapun keinginanmu, selalu dimanja dan dipenuhi kasih sayang. Kurasa itu memang benar, namun tidak dengan diriku.

Aku terlahir sebagai anak paling terakhir dikeluarga ku. Aku mempunyai satu Saudara laki-laki bernama Kim Seokjin. Kedua orang tua ku sangat amat menyayanginya, memanjakannya dengan semua yang dimiliki oleh keluarga ku.

Aku terlahir dikeluarga kaya, bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, hanya saja memang itulah kenyataannya. Lahir dikeluarga berkecukupan tidak membuatku hidup bahagia. Yap, kalian benar. Hidup tidak berpihak padaku.

Ayah dan Ibuku sangat menyayangi Saudara laki-laki-ku. Disaat semua anak perempuan mempunyai banyak sepatu yang lucu dan imut, diriku hanya memiliki satu pasang sepatu. Aku tidak pernah menyalahkan kedua orang tuaku. Aku tetap menyayangi mereka, meskipun mereka tidak pernah memandangku.

Jin-oppa adalah orang yang baik serta lemah lembut, setidaknya itulah yang semua orang tau. Sikapnya sangat manis kepada semua orang. Yaa semua orang, kecuali diriku. Entah kenapa dirinya membenci diriku. Ia tidak pernah bersikap manis barang 5 menitpun padaku. Tapi aku tidak membencinya. Aku sangat amat menyayanginya.

Ia selalu memasang wajah tersenyum, wajah gembira, wajah bahagia dihadapan semua orang. Namun sekejap, semua itu akan langsung berubah jika ia berhadapan denganku. Senyum manisnya hilang, digantikan dengan ekspresi ketidaksukaannya padaku. Padahal, aku sangat menyukai senyumnya. Senyumnya sangat indah.

Aku bahkan belum pernah mendengar ia menyebutkan namaku. Dia selalu menyebut atau memanggilku dengan sebutan 'Hei', 'kau' dan lain sebagainya.

Jin-oppa adalah orang yang sangat pintar, ia berbakat disegala bidang. Olahraga, pelajaran, memasak, menggambar, musik. Ya semuanya, dia sangat perfect. Aku iri padanya. Kenapa aku tidak bisa seperti dirinya? Haha, ya kalian tahu. Hidup tidak berpihak padaku.

Itulah sebabnya kedua orang tuaku sangat menyayanginya. Ah astaga, aku lupa menyebutkan bahwa ia sangat tampan, dia populer dikalangan gadis-gadis disekolahku. Karena sikapnya yang ramah, karena dia seorang multitalent, karena dia tampan dan karena dia kaya semua orang jadi menyukainya. Hei bung, orang gila seperti apa yang tidak menyukai laki-laki seperfect itu?

Astaga aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku, Kim Y/n. Aku adik kandung dari Kim seokjin. Aku tidak pintar, aku lahir dengan IQ Average, atau biasa disebut 'tidak pintar dan tidak bodoh'. Tinggiku 165 cm. Aku tidak pandai dalam olahraga, aku tidak pandai dalam memainkan alat musik, aku juga tidak memiliki suara yang indah seperti Jin-oppa, aku hanya bisa sedikit menggambar dan sedikit memasak.

Jelas sekali bukan perbedaan diantara kami? Umur kami bertaut 1 tahun, kini umurku 16 tahun dan Jin 17 tahun.

Ayah dan Ibuku hanya menyayangi Jin-oppa. Jika kalian datang kerumah ku, kalian akan melihat perbedaan kamar kami. Kamar Jin yang sangat mewah dan elegant sedangkan kamarku? Ya seperti yang kalian bayangkan, hanya ada sebuah tempat tidur, lemari pakaian normal dan meja belajar.

Setidaknya, aku masih mempunyai Halmeoni yang sangat menyayangiku. Namun, 1 tahun lalu Nenek ku itu meninggal. Satu-satunya orang yang menyayangiku itu telah tiada. Kini aku sendirian.

Authir P.O.V

"Y/n-yang, makan malam sudah siap" Kau menoleh kearah pintu, pelayan dirumahnya berdiri disana dengan senyum manisnya. Sejenak kau terdiam lalu menjawab.

"Ne, aku turun sekarang." Jawabmu dengan riang.

Kau berlari menuruni tangga, ia tersenyum sangat lebar saat melihat Ayahmu baru saja pulang dari pekerjaannya di China. Dirimu sangat senang.

"Appa!" Kau berteriak, kau berlari untuk menyambut ayahmu namun langkahmu terhenti saat Jin, kakak laki-lakimu lebih dahulu berlari kearah ayah kalian. Senyummu tidak memudar namun tampak lebih indah.

"Ah, Jin. Apa kabarmu? Kau tau? Appa membelikan ini untukmu, anggap saja oleh-oleh." Kim Raejim, ayah kalian tampak memberikan sesuatu pada Jin.

"Appa, selamat datang kembali!" Seru mu disela-sela pembicaraan Raejim dan Jin.

"Nde, Mari kita makan. Perutku sudah berteriak." Ucap Jin menyela kata-kata mu.

Kau tersenyum perih. Ini sangat menyakitkan. Tidak dianggap, tidak diperhatikan, bahkan oleh Ayah dan Ibumu sendiri. Kau menepuk kedua pipimu, kau tidak boleh berpikir yang aneh-aneh.

Selesai makan malam bersama. Bersama? Lucu sekali. 'Mereka bersama, dan tidak menganggap dirimu ada' mungkin itu lebih sebutan yang lebih tepat.

Selesai Mereka makan malam bersama. Seperti biasa, Jin membantu para pelayan untuk membereskan bekas piring dan gelas walaupun sudah dipaksa untuk tidak melakukannya. Semua piring kecuali piring mu, karena kau sudah lebih dahulu membersihkan miliknya.

Kau menghampiri Jin untuk menawarinya bantuan, "Jin-oppa, Sini kubantu membawakan piringnya," Kau tersenyum manis.

"Hm." Tiba-tiba saja Jin pergi meninggalkan semua piring yang berserakan seakan-akan 'Yasudah, kau saja yang kerjakan.' Kau menghela nafas dan menutup matanya perlahan, sikap Jin memang tidak pernah berubah.

"Jin-oppa, aku membawakanmu segelas susu." Setelah selesai membersihkan semua piringnya, kau berinisiatif untuk membuatkan Jin segelas susu dan cemilan.

"Ne, taruh saja dimeja." Kau masuk lalu menaruh segelas susu dan cemilan itu di meja belajar Jin. Jin bahkan sama sekali tidak melihat dirimu, dia fokus kepada laptopnya.

"Ne oppa, Mianhae." Jin melirik kearah mu. Ia mengangkat sebelah alisnya yang berarti 'apa maksudmu?' Padamu.

"Atas piring tadi, aku tidak bermaksud untuk mengambil pekerjaanmu." Jin memutar bola matanya bosan.

"Sudah?" Kau memiringkan kepalamu bingung.

"Maksudku, kau sudah selesaikan bicaranya? Sekarang keluar. Aku bosan melihat wajahmu." Kau tersentak.

"Cepat keluar." Nada suara Jin mulai meninggi.

"Ahh iya, aku keluar sekarang." Kau dengan cepat berjalan keluar dari kamar Jin, dan masuk kedalam kamarmu.

"Sudah kuduga segelas susu bukanlah ide yang bagus." Kau menghela nafas berat dan memejamkan mata. Air mata menyeruak keluar dari kedua sudut matamu. Kau kaget dan segera mengusapnya dengan kasar.

"Apa-apaan sih, Diriku cengeng sekali. Dasar Y/n bodoh! Bodoh!" Kau memukul kepalamu sendiri dengan kasar. Dan langsung terlelap karena lelah.

Pagi harinya saat kau bangun dari tidurmu, kau segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Kau bukanlah sosok yang jelek jika diperhatikan, kau manis dengan kulit putih yang pucat dan bibir yang tipis.

Kau melihat mobil hitam keluar dari gerbang rumahmu. Kebetulan dikamarmu ada sebuah jendela yang cukup besar yang menghadap langsung kearah gerbang rumahnya.

Kau menarik nafas dalam-dalam, "Sudah kuduga, Oppa akan meninggalkanku lagi." Kau segera keluar dari kamar lalu turun untuk mengambil sarapan dan berangkat.

"Appa, Eomma. Y/n berangkat ya!" Kau membungkuknya badannya 90 derajat dan beranjak kepintu setelah tak mendengar jawaban sama sekali.

Kau berjalan dengan riang. Bersenandung kecil hingga tak sadar bahwa sedikit lagi kau sampai. Kau mempercepat langkah saat menyadari satpam sudah berdiri dan bersiap untuk menutup pintu gerbang sekolahnya.

"Tungguuu," Ah sial, padahal sedikit lagi kau sampai tapi dengan teganya satpam itu menutup gerbang pas sekali di depan wajahmu.

"Hari sial macam apa ini," Dengan tidak sadar kau menendang botol kosong dengan keras hingga kau mendengar teriakan kesakitan dari arah depanmu.

"Oh astaga, Maafkan aku! Aku tidak tahu kau berdiri disitu. Aku benar-benar minta maaf!" Kau membungkuk 90 derajat kearah Pria yang kepalanya terbentur oleh botol kosong tadi.

"Aigoo, kau.." pria itu berhenti bicara dan menatapmu dalam-dalam.

"Kau.. adik dari kim seokjin, bukan?" Pria itu menatapmu tajam. Bibirmu bergetar untuk mengakui kenyataan pahit itu.

"A-ah, i-iya kau betul." Dengan terbata kau menjawab pertanyaan Pria itu.

"Kim Y/n, ternyata kau tidak buruk rupa seperti yang Jin katakan," kau tersentak.

"Ah iya, namaku Min Yoongi. Panggil saja aku Yoongi atau, Yoongi-oppa mungkin." lalu dia tertawa. Di matamu, Pria ini cukup manis dan mempunyai tawa yang indah.

"Tapi kau kan sunbae, rasanya tidak sopan jika memanggilmu dengan sebutan Yoongi saja. Kurasa kau akan kupanggil Yoongi-oppa," Yoongi tersenyum dan menepuk kepalamu.

"Ternyata kau tidak membosankan seperti yang Jin bilang." Lalu Yoongi pergi begitu saja.

"Kau mau kemana?" Kau berteriak saat menyadari Yoongi sudah berjalan cukup jauh.

"Masuk, memangnya apalagi?"

"Heh? Lewat?" Yoongi tertawa akan kepolosanmu.

"Memanjat, mau ikut?" Matamu melebar kaget. Astaga, Kau bahkan tidak memiliki satupun catatan jadi anak nakal sekalipun di sekolahmu.

"Heeee? Ti-tidak, kurasa aku duduk disini saja menunggu sampai jam istirahat pertama." Teriakmu, kemudian Yoongi mengangguk dan berlari kearah belakang sekolah.

"Jin-oppa, aku sangat menyayangimu." Kau berbisik dan duduk bersandar di bawah pohon rindang tepat didepan sekolahnya.

"Kenapa, kenapa kau membenciku? Pernahkah aku melakukan sebuah kesalahan dimatamu? A-atau pernahkah aku melakukan sesuatu yang jahat dimatamu?" Diam-diam air matamu mengalir dan membasahi lengan kananmu. Sadar akan hal itu lagi-lagi kau menampar pipimu sendiri.

"Ah bodohnya, aku terlalu cengeng. Ini kan hanya masalah kecil." Iya memang masalah kecil, Sangat kecil. Ini bukan suatu yang besar bukan? Hanya dibenci oleh kakak sendiri, tidak pernah dianggap oleh kedua orang tua. Hanya masalah kecil bukan? Haha.

Kau mengeluarkan roti isi dari dalam tasnya. Roti isi inilah penyebab keterlambatanmu. Mengingat pelayanmu datang terlambat dan Ibumu terlalu sibuk untuk menonton televisi, kau jadi harus menyiapkan makanan sendiri.

Kau menghela nafas kasar. "Benar-benar pagi yang indah." kau bergumam sembari menggigit satu sisi roti isi selainya tersebut.

Tiba-tiba sebuah batu terlempar kearahmu. Tepat mengenai kepalamu.

Kau menahan rasa sakit, kau berdiri dan menggulirkan bola matamu mencari pelaku dari pelemparan batu tersebut.

"Sakit sekali ya?" Kau tersentak kaget saat mendengar suara perempuan yang tampak familiar ditelingamu.

"H-hye-ra?" Kau benar-benar bernasib buruk pagi ini. Tampak seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Hyera adalah ketua dari fans atau biasa disebut fangirl(?) Dari Kakakmu, Kim SeokJin.

"Oh astaga, kau begitu takut padaku? Aku tidak akan melukaimu. Aku hanya ingin bertanya, apakah Jin juga terlambat bersamamu?" Hyera menyeringai.

"E-etto, kurasa tidak." Kau menjawab sembari menatap sepatumu. Kau benar-benar takut pada wanita yang satu ini.

"Ah ya, sudah kuduga dia tidak akan mau bersama dengan adik yang membawa kesialan. Hahaha," kau tersentak.

"Bercanda. Kebetulan hari ini aku juga terlambat, jadi aku tidak akan melakukan sesuatu yang jahat kepadamu." Hyera melempar sekaleng cocacola dingin kearahmu. Kau menangkapnya dengan sempurna.

"Anggap saja rasa terimakasihku atas jawabanmu." Kau tersenyum dan kembali duduk dibawah pohon rindang tadi. Hyera duduk disebelahmu.

"Hei, apa perlakuan Jin padamu selama ini baik?" Tanya Hyera padamu. Matamu melebar, 'kenapa hyera harus menanyakan ini.' Batinmu.

"Ah itu, dia sangat baik padaku. Aku bahagia sekali punya kakak sepertinya." Kau tersenyum. Senyum palsu yang selama ini ia tunjukkan pada semua orang. Lalu kau membuka kaleng cocacola tadi dan menenggaknya.

"Bohong," kau tersedak.

"A-apa?" Hyera menoleh padamu dan menatapmu dalam-dalam.

"Kau, berbohong. Iya kan?" Matamu melebar tatkala kaget.

"Bagaimana kau-"

"Tentu saja aku tahu. Kau pikir aku ini bodoh hah?" Kau terdiam. Menatap sedih rerumputan yang kau duduki.

"Jin, aku tahu dia seperti apa. Aku mendengar semua perkataannya saat ia sedang berkumpul dengan teman-temannya." Kau menatap Hyera penasaran.

"Dia, dia bilang dia membencimu." Kau tertawa, tawa hambar. Tak berapa lama tawa tersebut digantikan sebuah tangisan yang menyayat.

"A-aku sudah tahu itu." Hyera menatapmu sedih. Ia menepuk kepalamu.

"Kau tahu sesuatu? Dulu Aku juga dibenci oleh adikku." Kau berhenti menangis, matamu yang kemerahan menatap Hyera.

"Ya dulu sekali dia membenciku, tapi sekarang dia berubah. Kau tahu kan? Semua orang pasti akan berubah pada waktunya." Kau mengusap pipimu. Dan tersenyum pada Hyera.

"Hyera-eonni, Kamsahamnida." Hyera tersenyum.

"Maaf atas perlakuanku selama ini padamu. Aku sebenarnya hanya ingin dekat denganmu sebagai seorang yang menyukai Jin." Hyera menatap langit yang biru.

"Jin adalah orang yang sangat baik. Dia selalu membantuku disetiap saat, maksudku ia juga selalu membantu orang lain. Dia cerdas dan multitalent. Aku tidak pernah menyangka ia memperlakukan adik kandungnya seperti ini." Kau tidak dapat lagi menahan air matamu.

"Hei, tidak perlu menangis. Jin pasti akan menyayangimu. Seperti kau menyayanginya." Hyera menepuk kepalamu dan menenangkanmu. Hyera mendengar suara bel menandakan jam istirahat pertama telah tiba.

"Y/n, kita harus segara masuk sebelum gerbang ditutup lagi." Kau mendongak dan tersenyum. Kau mengusap air matamu dan beranjak pergi dari tempat itu.

"Y/n, aku duluan!" Teriak Hyera lalu Hyera berlari kearah gerbang.

"Hyera-eonni!" Hyera menoleh.

"Kamsahamnida!" Ia tersenyum dan melambaikan tangannya padamu.

"Aku tidak menyangka Hyera-eonni mempunyai hati seperti malaikat. Seperti domba berbulu serigala." Bisikmu.

Kau melangkahkan kakimu menuju kelasmu. Astaga kau rindu duduk di bangkumu.

"Y/n! Astaga, jam berapa ini? Kau pikir ini sekolah nenek moyang mu!?" Teriak seseorang disebelah kanan mu.

Kau menoleh dan menghela nafas. "Ne, selama sekolah ini milik seorang manusia berarti sekolah ini juga milik nenek moyangku." Woorie tertawa mendengar jawaban darimu.

"Bukankah nenek moyangmu itu seekor monyet?" Kau menatap Woorie tajam.

"Kau pikir kau darwin hah?" Woorie lagi-lagi tertawa. Dia suka sekali menggoda sahabatnya yang satu ini.

"Apa alasan mu terlambat, nona?" Kau mengeluarkan buku pelajaranmu dan menaruhnya dimejamu.

"Alasan yang sangat berkelas dan penting." Balasmu.

"Hmm, seperti apa alasan penting nan berkelas itu?" Tanya Woorie penasaran.

"Membuat roti selai." Lagi-lagi Woorie tertawa keras. "Alasan macam apa itu! Kau melawak ya?" Ia tidak bisa berhenti tertawa sampai perutnya sakit.

"Aku serius, Han Woorie." Kau menghela nafas datar.

"Hahaha, bodoh." Woorie duduk didepanmu seraya memukul-mukul buku pelajaranmu.

"Berhentilah tertawa sebelum kau gila." Ucap seorang pria dibelakang Woorie. Kau melirik pria tersebut. Dia adalah Sahabat keduamu. Kau memutar bola matamu bosan.

"Kau tau sesuatu yang membosankan dipagi hari, jungkook?" Dengan penasaran Pria bernama Jungkook itu menyilangkan tangannya didada dan menatapmu penasaran.

"Apa itu?" Kau menunjuk dirinya.

"Dirimu." Jawabanmu disambut tawa keras dari Woorie dan tatapan tidak suka dari Jungkook.

"Lawakan macam apa itu," Jungkook membuang muka sebal.

Jungkook beranjak kembali ketempat duduknya dan melirikmu sebal. Kau tertawa dalam diam. Kau suka reaksi Jungkook.

"Hei Woorie, menurutmu apa aku harus menyerahkan bekal roti isi ini pada Jin-oppa?" Woorie tersenyum.

"Berikan saja. Akan kutemani," kau membulatkan mata.

"Aku bisa sendiri. Aku hanya meminta pendapatmu." Sebenarnya, Woorie bahkan Jungkook tidak tau sama sekali tentang perihal dirimu dan Jin.

"Ah baiklah. Aku akan menunggu disini." Kau berjalan keluar kelas dan beranjak menuju kelas Jin.

Kau melihat sosok Yoongi. "Yoongi-oppa!" Yoongi menoleh dan tersenyum.

"Yo? Kenapa?" Kau menghampiri Yoongi.

"Apa Jin-oppa ada dikelas?" Yoongi mengangguk dan mengarahkan ibu jarinya kearah Jin.

"Baiklah Terimakasih Oppa." Yoongi mengangguk lalu kau beranjak masuk kekelas Jin. Jin sedang tertawa bersama teman-temannya.

Menyadari dirimu masuk, Jin berhenti tertawa dan menatapmu dingin.

"J-Jin-oppa, aku hanya ingin membawakanmu kotak bekalmu. Kurasa tadi pagi kau lupa membawanya." Semua teman Jin menatapmu dengan mata ramah.

"Ah ya baiklah. Letakkan disitu." Jin berpura-pura tersenyum dan ia mengantarmu keluar dari kelasnya.

"Kau," kau bergidik dan menatap matanya.

"Jangan-pernah-datang-kekelasku." Bisik Jin padamu. Kau tersentak.

Kau mengangguk mengerti. Kau menahan air mata. "Kalau begitu. Sekarang pergi." Kau mengangguk lalu berlari menjauhi kelas Jin.

Jin masuk kedalam kelasnya dan semua mata menatapnya senang.

"Kau memiliki adik yang sangat baik. Aku jadi iri." Ucap salah satu temannya. Jin tertawa lalu mengangguk. Didalam hatinya dia berdecih kesal. Bukankah y/n memang benar-benar orang yang baik Jin? Kenapa kau menutup hatimu?

Kau berjalan pelan kearah kelasmu. Air matamu sama sekali tidak mengalir. Lelah? Mungkin.

Kau duduk dibangkumu. Menatap kosong kotak bekal milikmu. Kau menghela nafas putus asa. Woorie menatapmu bingung.

"Ada apa?" Woorie menepuk bahumu. Kau kaget dan menoleh cepat kearah Woorie.

Kau menghela nafas lega, "haahh, tidak. Aku hanya lelah." Jawabmu. Woorie menatapmu khawatir. "Ayolah, tidak perlu berbohong padaku. Katakan saja." Kau menghembuskan nafas sebal.

"Tadi seorang pria menabrakku dijalan. Dan tiba-tiba saja mood ku hilang karena dia langsung lari begitu saja tanpa menolongku." Bohong. Kau berbohong dengan sangat baik.

"Oh astaga, apa kau tidak apa-apa? Apa ada yang cedera?" Kau merasa bersalah karena sudah membohongi sahabatmh sendiri. Kau tersenyum.

"I'm fine, really." Entah kenapa senyummu seakan menyayat hati Woorie.

"Arh shit, I'll find that fucking guy." Kau menahan tangan Woorie. Kau terkekeh.

"Hahaa, sudahlah. Sudah kubilang bukan? Aku tidak apa-apa." Woorie menghela nafas berat dan tersenyum.

"Syukurlah." Guru kalian tiba-tiba saja masuk. Seketika kelas menjadi hening.

"Aku tidak mendengar bell masuk." Bisikmu pada dirimu sendiri.

"Sebelum kau datang bell sudah berbunyi." Ucap pria yang duduk disebelahmu. Kau menoleh dan menghela nafas.

"Benarkah? Aku bahkan tidak menyadarinya," balasmu.

"Ya, setidaknya kau tidak terlambat masuk kelas." Pria itu menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya.

"Yaa, terimakasih Sungjae." Sungjae menolehkan wajahnya kearahmu.

"Hm, kembali." Kau membuka buku pelajarannya dan mulai memahami pelajaran. Kau memang tidak terlalu pintar di matematika namun kau mengerti walaupun sedikit.

Pelajaran sudah berakhir. Kau merentangkan lenganmu lelah. Sedikit menguap karena mengantuk.

Kau merapikan barang-barangmu dan memasukkannya kedalam tas. Sungjae pamit untuk pulang terlebih dahulu. Kau tersenyum dan melambaikan tanganmu pada Sungjae. Menurutmu, Sungjae adalah pribadi yang sangat baik dan tulus, Sungjae juga pribadi yang diam, jangan bicara dan banyak tersenyum.

Kau ingat hari ini ada pertandingan basket Jin. Kau harus menonton dan menyemangati kakak tercintamu itu. Walaupun tidak berdampak sama sekali pada Jin.

Woorie merangkulmu dari belakang dan mengajakmu pulang bersama namun kau menolaknya lembut.

"Aku harus menonton pertandingan Jin-oppa, kau duluan saja." Lalu Woori melambai padamu dan kau membalasnya. Kau menatap bingung kesekitarmu.

"Kemana perginya Jungkook? Selalu saja menghilang." Kau berjalan keluar kelas dan segera menuju ruang olahraga. Saat sampai disana terlihat masih sangat sepi. Hanya ada para pemain yang sedang latihan. Kau duduk dipinggir lapangan dalam ruang tersebut.

Bibirmu membentuk lengkungan indah saat melihat Kakakmu, Jin. Kau senang saat melihat Jin berlatih.

Pertandingan akan segera dimulai dan ruangan sudah sedikit penuh. Kau memilih tempat duduk di bangku barisan ke 2 yang ada sedikit diatas lapangan.

Team kakakmu sedikit unggul. Tak disengaja kau meneriakkan nama kakakmu.

"Seokjin-oppa!" Jin menoleh kearahmu, matanya terpaku. Dalam hatinya ia senang karena adiknya datang. Setidaknya adiknya masih peduli padanya walaupun dia sudah berkelakuan buruk.

Karena terlalu lama menoleh kepala Jin terbentur bola basket yang sedikit berat itu dengan sangat keras. Jin terjatuh dan bola tersebut direbut oleh lawan dan membuat lawan mencetak angka.

Kau melebarkan matamu kaget. Matamu mulai berkaca-kaca. 'Ini salahku.' Bisikmu.

Team lawan unggul 2 angka dari Team Jin. Jin berdecik kesal dan ia mengacak rambutnya frustasi.

"Oppa, kau pasti bisa." Jin mendengar suara bisikan dihatinya. Hatinya merasa hangat. Ia merebut bola dari lawannya dan berlari kearah ring. Ia berhasil mencetak score didetik-detik terakhir. Team mereka seri. Jin duduk dan menahan rasa kesalnya.

Ia menjambak rambutnya. Ia melihat kesekitar. Ruangan telah kosong. Pelatih dan teman-temannya telah pamit duluan. Penonton sudah pergi. Ia melihat adiknya yang berjalan kearahnya dan menatapnya.

Kau berjalan menghampiri Jin yang sedang menatapmu.

"Oppa, A-aku.." Jin menatapmu tajam. Ia bangkit dari tempat duduknya dan meraih kerahmu dan mengangkatnya.

"Kau!" Kau menggeliat karena merasa tercekik.

"Kau, benar-benar pembawa sial! Seharusnya kau tidak pernah terlahir! Seharusnya aku tidak mempunyai adik sepertimu." Matamu melebar.

Jin membanting tubuh kecilmu kelantai. Matanya tidak berhenti menatap benci kearahmu.

"Aku menyesal telah menjadi kakakmu! Kau benar-benar tidak berguna! Seharusnya aku mencekikmu saat kau masih kecil!" Teriak Jin padamu.

Kau menatap Jin terluka. Kau bangkit dari jatuhmu. Kau duduk dan merambat mundur kearah tembok. Jin berjalan kearahmu.

"Kau harus benar-benar mati, aku benar-benar membencimu!" Jin berteriak dan mencekik lehermu dan mengangkatmu keatas.

"O-oppa, A-aku menya-yangimu." Ucapmu terbatah-batah.

"Aku membenci dirimu sebelum kau terlahir kedunia ini! Seharusnya waktu itu Eomma menggugurkan mu!" Air mata menyeruak dari matamu.

Jin mencekikmu lebih keras. Jin berteriak frustasi. "Kau benar-benar pembawa sial!"

"Jin! Hentikan!" Teriak seseorang yang sedang berlari kearah kalian.

Jin melepaskan tangannya dan menoleh kearah orang yang seenaknya mengganggunya. Ia menatap tajam kearah orang itu.

"Mau apa kau, Taehyung!" Teriak Jin.

"Apa yang kau lakukan?" Ia berlari menghampirimu yang sedang menarik dan menghembuskan nafas dengan kesusahan.

"Y/n? Kau tidak apa-apa?" Jin menarik kerah belakang Taehyung. Taehyung terseret dan terjatuh.

"Jangan campuri urusan kami!" Teriak Jin dan menendang perut Taehyung. Taehyung berteriak kesakitan dan mencoba bangkit berdiri.

"Kau pikir apa yang kau lakukan Jin? Mencoba membunuh adikmu sendiri?" Jin berdecik kesal. Taehyung melayangkan pukulannya kearah pipi Jin.

"Arh, Bastard! You don't know anything about us!" Jin terjatuh. Ia memegang pipinya dan menghapus darah yang keluar dari bibirnya.

Kau menatap khawatir Jin dan menghampiri Kakakmu yang terjatuh dan memeluknya.

"Oppa? Apa kau baik-baik saja?" Air mata keluar dari sudut matamu.

"Berhentilah menyentuhku!" Jin melepaskan pelukanmu dan mendorongmu hingga dirimu terjatuh dan kepalamu membentur tembok dengan keras.

Taehyung meneriaki namamu dan memukul Jin tepat di perutnya. Jin kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

Taehyung menggretakkan giginya saat melihatmu tidak lagi sadarkan diri. Ia menghampirimu dan menepuk pipimu pelan.

"Y/n! Bangun!" Taehyung melihat darah mengalir dari belakang kepalamu.

Jin terpaku melihat Taehyung yang begitu perhatian pada adiknya. Ia menatap kesal Taehyung lalu menarik kerahnya dan mengangkat Taehyung keatas. Mengingat Jin lebih tinggi dari Taehyung.

"Aku ingin kau biarkan dia mati disitu!" Teriak Jin. Ia tetap mencengkram kerah Taehyung.

"Kau pikir apa yang kau lakukan Jin? Membunuh adik kandungmu sendiri? Kau pikir itu akan menyelesaikan masalah?" Ucap Taehyung pelan. Ia menggenggam lengan Jin yang sedang mencengkram kerahnya.

"Diam! Kau tidak tau apa-apa," Taehyung menatap lekat-lekat mata Jin.

"Tentu saja aku tidak tau. Untuk apa aku peduli tentangmu. Namun jika kau membunuh Y/n. Maka kau akan menyesal." Ucap Taehyung sembari menyeringai.

"Y/n adalah adik yang perhatian, dia bahkan tidak pernah membencimu! Dia selalu menyayangimu! Dia selalu ada saat kau membutuhkannya! Dia selalu membantumu! Dia selalu berharap suatu saat kakaknya bisa menyayanginya seperti dia menyayangimu! Tidakkah kau mengerti!? Kemana perginya Otak pintarmu itu!" Teriak Taehyung. Jin melepas kerah Taehyung dan berjalan mundur. Sekarang ia menyadarinya, betapa bodohnya dia.

"Tidak ingatkah kau apa yang telah ia lakukan padamu!? Dia menyemangatimu. Dia menyiapkan sarapanmu, dia tidak pernah membencimu saat kau tidak menganggapnya ada, dia, dia menyayangimu lebih dari siapapun." Taehyung melembutkan suaranya. Ia menghampirimu.

Taehyung mengangkatmu dan membawamu ke UKS. Para perawat UKS berteriak saat melihat Taehyung membawa dirimu yang sudah tidak sadarkan diri. Darah yang keluar dari kepalamu sudah berhenti dan sedikit mengering.

Perawat mencoba bertanya apa yang terjadi namun Taehyung namun Taehyung tetap diam. Ia tidak mau menyalahkan Jin atas semua kejadian yang terjadi. Ia tau kini Jin tengah merasa bersalah.

Saat perawatan pada dirimu telah selesai Taehyung beranjak dari tempat duduknya dan pamit untuk kekamar mandi sebentar. Kau masih tidak sadarkan diri.

Taehyung berlari keruang olahraga dan melihat Jin yang sedang mencengkram rambutnya frustasi.

"Kau menyesal?" Jin menoleh pelan kearah Taehyung. Taehyung duduk disebelah Jin.

Jin hanya terdiam dan air mata perlahan turun dari matanya. "Y/n baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Hanya sedikit pendarahan pada belakang kepalanya." Mendengar itu Jin menoleh cepat kearah Taehyung menatap Taehyung dengan tatapan bersalah.

"Calm down Jin, cuma sedikit." Jin menghela nafas lega.

"Kau bodoh, kau menyia-nyiakan adik sepertinya. Aku tidak tau apa yang akan terjadi saat dia bangun nanti. Mungkin saja dia akan membencimu dan berhenti untuk mempedulikanmu." Jin terbelalak kaget dan menatap kosong kedepan.

"A-apa kau pikir dia akan begitu?" Taehyung menoleh saat mendengar suara serak Jin.

"Kau pikir apa yang akan kau lakukan saat kakakmu menarik kerahmu lalu membantingmu dan mencekikmu dan mendorongmu hingga kepalamu membentur sesuatu?" Jin lagi-lagi kaget dan menoleh kearah Taehyung cepat.

"Aku melihat semuanya." Taehyung membalas tatapan Jin. Jin mulai merutuki dirinya dan menangis dalam diam.

"Aku akan membenci kakakku," jawab Jin. Taehyung sedikit menyeringai.

"Kau tahu itu." Ucap Taehyung pelan.

Jin tetap terdiam dan menyalahkan dirinya. Kenapa dia selalu menutup hatinya padamu. Dia bahkan tidak tau alasan dia membencimu.

"Berhentilah menyalahkan dirimu." Ucap Taehyung dan Jin tersenyum pahit.

"Kau pikir dia akan memaafkan diriku?" Jin sedikit berharap dalam hatinya dirimu akan memaafkannya.

"Bagaimana menurutmu?" Taehyung membalas pertanyaan dengan sebuah pertanyaan.

"Aku tidak tau." Jawab Jin.

Taehyung berjalan keluar dari ruangan. Hendak kembali ke UKS untuk mengecek keadaanmu.

"Dia akan memaafkanmu." Jin tersentak dan menatap punggung Taehyung. Air matanya kembali mengalir.

"Y/n maafkan aku. 16 tahun aku melakukan kesalahan yang sangat besar." Jin mengusap matanya. Hatinya sakit saat mengingat betapa kejamnya ia pada adiknya sendiri.

Saat Taehyung kembali. Ia melihatmu sadarkan diri. Ia tersenyum dan mengelus kepalamu. Kau menatap kosong kearahnya.

"Apa Jin-oppa baik-baik saja?" Taehyung sedikit tersentak. 'Hati macam apa yang y/n punya? Dia masih memikirkan orang yang telah menyakitinya.'

"Dia baik-baik saja. Bisakah kita pulang sekarang? Aku akan mengantarmu." Taehyung menggenggam tanganmu lembut.

Kau mengangguk perlahan. Dan bangun dari tidurmu.

Taehyung berjongkok. Kau melihatnya dengan pandangan bingung. "Ayo naik, aku akan menggendongmu." Kau tersentak.

"Tidak apa-apa, naik saja." Akhirnya kau mengalah dan naik kepunggungnya. Mengingat kakimu masih sedikit sakit.

"Apa aku berat?" Taehyung terkekeh pelan.

"Sangat," kau kaget dan merontah.

"Maksudku, sangat tidak berat." Kau tertawa dan memukul bahu Taehyung. Taehyung adalah temanmu sejak kecil. Dia tahu semua yang telah Jin perbuat kepadamu. Dia adalah satu-satunya pria yang selalu mencoba melindungimu. Kau sangat menyayanginya namun tidak lebih besar dari rasa sayangmu pada kakakmu.

"Tae, kenapa kau memukul Jin?" Nada sedikit marah kau keluarkan pada pria yang sudah menyelamatkan nyawamu.

"Kau pikir aku akan membiarkan mu dibunuh olehnya?" Kau tersentak. Benar, jika Taehyung tidak ada disitu maka kau sudah berakhir mengenaskan. Kau mengelus kepalamu yang diperban. Kau merasakan sedikit nyeri dari sana.

"Tae, kenapa Jin membenciku?" Taehyung berhenti melangkah. Dia terkekeh pelan.

"Mungkin karena kau menyebalkan?" Kau terbelalak dan memukul punggung Taehyung.

"Aku serius!" Teriakmu dikuping Taehyung. Kau menggigit kuping Taehyung dengan keras.

"Aigoo, sakit sekali!" Taehyung meringis kesakitan. Kau tertawa diatas penderitaannya.

"Aku tidak tahu. Dia mempunyai alasan tersendiri." Kau mengangguk mengerti.

Tak terasa kalian berdua sudah sampai di depan rumahmu. Taehyung menurunkanmu dan mengantarmu sampai kedalam. Kau tersenyum manis padanya, dia membuang muka malu-malu. Ia tersipu akan senyum manis mu.

~TBC~


A/N

Hai Minna! Seperti yang kalian ketahui :( Mannequin masih Hiatus gara-gara Belle udah kehilangan Feel entah kenapa huahaha*ketawaJahad*

Maaf bagi kalian yang masih nunggu Mannequin Update :( Dan seperti yang kalian lihat sekarang, Belle memangkan K-popers karena gabut karena liburan dan puasa jadinya Belle bikin FF imagine tentang BTS, btw A.R.M.Y angkat tangannya! Huahaha, ini bakal ada chapter 2nya, besok Belle update. Sampai ketemu besok.. Love you..

Btw, disini bakal ada Team-Team an, kalian yang baca harus milih ada diteam siapa, Setiap Review a.k.a Comment harus pake #TeamJin atau #TeamTaehyung atau #TeamYoongi atau #TeamJungkook atau #TeamSungjae

Kalau kalian pake hastag itu, Belle akan seneng banget ^.^ Huehehehe, Kalian ada diTeam mana?

Maksud Team disini itu, kalian ada dipihak siapa. Pihak Taehyung kah? atau Jin kah? menurut kalian, y/n lebih cocok sama siapa? anggap aja kaya anime Nisekoi huahaha.. *Ketawa Jahat* Makasih banyak yang udah baca, dan maaf kalau cerita ga bagus hehehe.. Semoga menghibur~ dan semoga baper~

SEKALI LAGI TERIMAKASIH BANYAK~ BELLE CINTA KALIAN.