(Sequel) Sorry, I Love You Hyung
.
.
.
.
Summary : Mereka hidup dengan suka cita setelah berhasil melewati badai. Tapi siapa yang tahu badai akan menerpa mereka sekali lagi. Disini Sungmin adalah SAME! Yang tidak suka diharap hengkang Harap baca FFku di FFN sebelum baca ini. Warning! Dosa di tanggung yang baca.
.
Main Cast : MinHae
Rated : M (mungkin)
yang udah RnR d ff.Q yang baru ku ucapkan trimakasih,
sequel za?gak tau sih pengennya sih bikin tapi utang ff.Q numpuk heheeee
WARNING : kata-kata mungkin tak sesuai EYD, kesalahan tak terelakkan jadi harap di MAKLUMAT karna kesempurnaan hanya milik ALLAH semata.
.
.
xoxoxooxoxoxSEQUELxoxoxoxooxoxox
.
.
.
.
.
Donghae masih tak menyangka kalau orang yang selama ini dia kagumi, hormati, cintai dan begitu ia puja kini telah sah menjadi miliknya. Bahkan dalam perutnya kini ada buah cinta mereka.
Donghae mengelus perut buncitnya saat ada sebuah tendangan dari dalam perutnya.
"auu...Minhae sakit.." keluh Donghae pada makhluk didalam perutnya.
Beberapa saat Donghae mengelus perutnya tapi tetap saja makhluk didalam perutnya masih terus menendang. Merasa tak kuat, Donghae mengambil benda kotak yang berada tak jauh darinya. Menekan beberapa nomor yang sudah ia hafal diluar kepala.
Terdengar suara tunggu di ujung sana. Sebelum akhirnya terdengar suara yang amat ia kenali.
"yeobose-" suara diujung sana terdengar tapi Donghae memotong begitu saja.
"cepat pulang! Minhae menginginkanmu...!"
"we-"
"tak usah banyak tanya! CEPAT PULANG..!"
"sayang ini baru jam-"
"PULANG..!" sudahlah seseorang diujung sana tak akan pernah bisa menang berdebat dengan Donghae.
Donghae tersenyum bahagia saat tak ada protes dari suara di ujung sana dan makhluk dalam perutnya pun seakan turut senang atas tindakanya ini.
"kami mencintaimu hyung..." setelahnya Donghae mematikan sambungannya secara sepihak tanpa menunggu balasan dari ujung sana, wajahnya lebih dulu memerah seperti kepiting rebus.
Hari memang sudah beranjak malam dan Donghae tahu kalau ayah dari jabang bayinya kini sedang menyelesaikan setumpuk dokumen dimejanya. Tapi, salah sendiri kenapa ia tak di perbolehkan untuk membantu. Malah disuruh berdiam diri dirumah.
Sambil menunggu kepulangan suaminya, Donghae yang sejak tadi duduk di sofa depan televisi kini beranjak pergi.
"apppooo..." keluh Donghae saat pinggangnya terasa sakit, seperti tertimpa benda berat.
Sambil berjalan Donghae mengurut beberapa bagian tubuhnya yang sakit.
.
Krieeekkk
Suara pintu terbuka menggema disebuah ruangan yang didominasi warna pink. Menampilkan sesosok namja berjas abu-abu.
Sosok itu berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara. Agar sosok yang terlelap di atas ranjang sana tak terganggu.
Sosok yang terlelap diatas ranjang itu nampak terganggu saat sosok berjas itu menaiki ranjang.
"uuhhg..."
"mianhae, aku mengganggu tidurmu.." kata sosok berjas itu sambil mengelus sayang surai blonde sosok yang kini sudah bangun itu.
"gwechan hyung, kau baru pulang?" tanya sosok bersurai blonde.
"nde..." jawab sosok yang tadi di panggil hyung itu.
"mianhae, membuatmu menunggu. Pekerjaan dikantor sangat banyak, dan itu semua harus selsai hari ini" sambungnya.
"tak apa hyung, itu juga demi kami kan?" Donghae hendak bangun tapi lebih dulu dicegah oleh sosok disampingnya.
"jangan bangun, kau lanjutkan saja tidurmu. Aku juga ingin membersihkan tubuhku" cegah sosok itu.
Sosok itu berbalik dan hendak beranjak pergi kalau saja namja blonde itu tak memegang tanganya.
"hyung, aku merindukanmu...?" namja berambut blonde itu berkata manja.
"nado hae, tapi aku bau dan lengket"
"hyung, jangan pergi~..." hae atau Donghae itu mengeratkan pegangannya pada tangan namja berjas abu-abu itu.
"hah~, dasar manja!" namja berjas itu mengurungkan niatnya untuk mandi dan memilih menemani istrinya. Lee Donghae.
"memang tak boleh?..." jawabnya cuwek.
"sudahlah, apa yang kau mau hem?" namja berjas itu melonggarkan ikatan dasinya dan berniat mengganti baju saja.
"hyung anakmu slalu menendang perutku..." adu Donghae pada Sungmin. Suaminya.
"itu tandanya dia sehat hae. Dan- Minhae juga anakmu kan?" goda Sungmin.
"tapi ia slalu menendang perutku kalau kau tak ada hyung" rajuk Donghae.
"benarkah? jadi cuma Minhae yang merindukanku?" Sungmin mengelus sayang perut buncit Donghae.
"ani! hae juga merindukan hyung..." manja Donghae sambil melesakkan kepalanya kedada bidang Sungmin.
Inilah hal yang paling disukai Sungmin. Semenjak menggandung Donghaenya bertambah manja berkali-kali lipat. Dan bertambah keras kepala. Slalu dan harus keinginannya terpenuhi.
"jadi yang merindukanku Minhae atau Donghae?"
"kami merindukanmu hyungg...!" Donghae memeluk erat tangan Sungmin.
"aku juga merindukan kalian..." jawab Sungmin sambil membalas memeluk Donghae.
"auu..." ditengah aksi peluk memeluk sang jabang bayi yang merasa terabaikan menendang perut Donghae.
Sungmin langsung melonggarkan pelukannya saat mendengar suara kesakitan Donghae.
"anak appa kenapa oh? jangan seperti itu. Lihat ummamu kesakitan" Sungmin berkata didepan perut Donghae tak lupa tangannya juga mengelus lembut permukaan kulit itu.
.
"lihat hyung dia tenang kan kalau ada dirimu?" Donghae cemberut, dia ingin protes. Kenapa anaknya hanya tenang kalau ada Sungmin?.
"itu,, karna aku appanya" bangga Sungmin pada Donghae.
"tapi aku ummanya.." sewot Donghae.
"aku yang membuatnya ada..."
"aku yang mengandungnya..."
"itu karna aku yang menusukmu"
"aku yang me-" Donghae tak bisa membantah Sungmin. Wajahnya kini sudah merah, semerah tomat.
"apa? kenapa diam? benarkan aku yang menusukku?" goda Sungmin membuat wajah Donghae bertambah merah.
"itu- a-aku-" Donghae tergagap menjawab pertanyaan Sungmin.
"tak bisa menjawab!" elusan yang mulanya di perut Donghae kini merambat naik.
Naik. Naik. Sampai pada dua benjolan coklat yang ternyata sudah menegang.
"ughg hyungg..." Donghae melengkuh nikmat saat tangan dingin Sungmin memelintir putingnya.
"emm..." guma Sungmin menjawab.
"hyunggg..." Donghae memegang tangan Sungmin agar mau menatapnya.
Tangan Sungmin berhenti. Mata bertemu pandang. Saling menyelam isi hati masing-masing melalui mata.
"weo?" Sungmin bertanya. Apa gerangan yang membuat Donghae menghentikan aksinya.
"dia sudah besar hyung. Apa tak apa-apa?" tanya Donghae. Walau melayani suami adalah sebuah kewajiban untuk istri. Tapi, disaat seperti ini Donghae juga harus memikirkan kondisi bayinya.
cupp
Satu kecupan Sungmin sematkan dikening Donghae untuk mengungkapkan betapa besar kasih sayang yang ia miliki.
cupp
Kini satu kecupan lagi Sungmin berikan di perut buncit tempat darah dagingnya bersemayan.
"appa mencintai kalian berdua..." ungkap Sungmin. Ia, kasih sayangnya untuk Donghae dan calon anaknya itu teramat sangat besar. Lebih besar dari pada rasa sayangnya pada dirinya sendiri.
Hati Donghae membuncah. Kata-kata Sungmin barusan sungguh membuat hati Donghae bergetar. Dan inilah sebabnya Donghae begitu mengagumi sosok Sungmin.
"kami tahu hyung..." kami?. Ya Donghae tahu anak dalam kandungannya pasti berpikir hal yang sama denganya.
Sungmin tersenyum simpul mendengar jawaban Donghae.
Cupp
Sungmin mengecup dibibir tipis Donghae. Pelan, lembut tapi menuntut disaat bersamaan. Dan ciuman itupun kini berubah liar kala lidah Sungmin turut andil dalam permainan.
Aksi saling dorong terjadi untuk beberapa saat. Sampai sang dominan k.a Sungmin berhasil menaklukan Donghae.
Sungmin tak menyia-nyiakan waktu. Lidahnya menerobos masuk saat penghuninya berhasil ia kalahkan. Mengobrak-abrik setiap celah didalamnya. Menyesap rasa manis yang menjadi candu buatnya.
"ugghhh..." desahan Donghae lolos disela-sela ciuman mereka.
Tak hanya lidah Sungmin saja yang bergerak. Tapi kini tangan Sungmin yang entah sejak kapan sudah berada di selangkangan Donghae. Mengelus dan meremas benda dibalik celana itu, yang Sungmin yakini tak ada kain lagi yang membungkusnya selain kain celana tipis itu.
Sungmin yang berada disamping Donghae memudahkannya untuk memperdalam ciumanyan.
Hampir setengah jam berlalu dan Sungmin menghentikan ciumanya. Saat dirasa Donghae meremas baju depanya. Tapi tak jauh. Sungmin hanya memberi jarak beberapa inci saja.
Hidung mereka saling menempel. Berbagi nafas.
"saranghae..." ucap Sungmin sebelum-
cupp...
Ciuman itu berlanjut kembali dan suara kecipak serta desahan menjadi melodi untuk malam ini.
.
.
.{pengennya buat Nc tapi ni otak kagak bisa diajak kompromi...hehe...}
.
.
Suara cicitan burung dipagi ini mengganggu tidur nyenyak sang direktur utama Lee Crop. Malam yang melelahkan tapi juga menyenangkan untuknya. Dan hal pertama yang akan ia lakukan kala bangun tidur adalah melihat wajah polos pemilik hatinya.
Jejak-jejak aktifitas semalam membuat tubuh Sungmin lengket dan bau, maklum tubuhnya benar-benar lelah dan Donghae sungguh membuatnya tergoda jadi tiga ronde- lumayan.
Sungmin mulai beranjak dari tempatnya berbaring menuju kekamar mandi selain tak tahan dengan sisa aktifitas semalam juga karna adanya meting yang sangat penting pagi ini. Baru saja tangannya akan membuka kenop pintu kamar mandi sebelum sebuah suara yang amat ia kenali memanggilnya.
"hyunggg..." itu Donghae. Memanggil sang suami dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"weo hae?" Sungmin membatalkan niatan awalnya dan berjalan menghampiri Donghae.
"kenapa tak membangunkanku?"
"kau tidur dengan begitu pulas changi dan kau pasti lelah karna semalam kan?" Sungmin mengelus sayang pipi Donghae yang kini menjadi tembem semenjak hamil.
"aku- AKKkK... Aduh pinggangku..." Donghae mengeluh sakit pada pingganya saat mencoba bangun.
"kau tidur saja dulu pinggangmu pasti sakit?"
"kau benar hyung, aduh pinggangku~ rasanya seperti sudah dipukuli"
"istirahat nde..." Sungmin membantu Donghae bersandar di sandaran kasur juga menambah beberap bantal agar rasa sakit di punggungnya sedikit berkurang. " hyung ada meting dengan dewan direksi pagi ini, jadi mian tak bisa menemanimu sarapan" tambah Sungmin sebelum beranjak pergi.
"kenapa sepagi ini hyung? Tak biasanya?"
"aku juga tak tahu hae. Tapi, biasalah orang yang sudah tua seperti mereka tak bisa diajak santai"
"kau benar hyung..." Donghae jadi ingat masa ia bekerja dulu. Bagaimana orang-orang sok berkusa itu begitu meramehkan dirinya.
Sambil menunggu Sungmin mandi Donghae mengurut beberapa bagian tubuhnya. Sebenarnya ia juga ingin mandi bersama. Tapi, dia urungkan karna nanti mereka malah melakukan hal yang lain. Yang- itu low.
"apa yang kau pikirkan hae?" Sungmin yang baru selsai mandi melihat Donghae terbengong diatas kasur mereka.
"tidak ada hyung...kau sudah selesai?" Donghae melihat sebuah handuk tersampir dipundak Sungmin dan satu lagi melilit pinggangnya. Pandangan Donghae jatuh kearah handuk yang menutupi area bawah pinggang.
"apa lagi yang kau pikirkan eoh? Apa masih kurang?" Sungmin duduk di dekat Donghae, meniup-niupkan nafas hangatnya kebelakang telinga Donghae dimana didaerah itu adalah salah satu titik tersensitifnya.
"hyuuunggg...jangan lagiiii..." Donghae melengkuh geli sekaligus nikmat saat titik itu ditiup.
"siapa yang mau lagi? Bukan kau yang mau eoh?" Sungmin tersenyum saat wajah Donghae memerah seperti kepiting rebus.
"a-aku? Ti-dak hyung...aku hanya ingin minta ijin padamu" Donghae terbata menjawabnya karna tebakan Sungmin tepat sasaran tapi hari ini suaminya itu ada metting pagi ini kan? Dan ia juga tak mau di anggap istri mesum karna itu ia mengalihkan pembicaraanya saja.
"ijin? Ijin apa?" tanya Sungmin dengan nada serius. Taulah Sungmin itu tipe orang yang over overpervectif sekarang pada Donghae.
"a-aku ingin ijin untuk jalan-jalan keluar hyung?" Donghae tertunduk takut. Jujur sejak dinyatakan hamil, Donghae jarang bahkan tidak pernah keluar rumah dan kini dia mulai bosan.
"kemana? Untuk apa? Dengan siapa?" tanya Sungmin bagai polisi yang sedang menanyai seorang penjahat kelas kakap.
"ke Super Market. Aku ingin membeli kebutuhanku dan Minhae dan aku ingin pergi sendiri!" jawab Donghae sambil merengut kesal. Kenapa sih hyungnya ini jadi begitu menyebalkan kan dulu dia bebas pergi kapan saja ia mau.
"tidak! Kau bisa menungguku nanti setela-"
"setelah aku tidur nanti malam atau setelah semua toko tutup" potong Donghae. Ia ingat beberapa waktu lalu hal ini pernah terjadi dan dia harus menelan kekecewaan karna semua toko maupaun Supermarket sudah tutup. Ayolah jam 1 pagi, toko mana yang masih buka Donghae menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut motif nemo dengan kesal menerima penolakan dari Sungmin.
"hae...saat itu ada mesalah dikantor cabang dan itu harus diselesaikan hari itu juga. Bukankah sudah ku jelaskan..."
"kalau harus selesai hari itu kenapa hari hari hari dan hari selanjutnya kau tetap tak bisa!?"
"hae aku-" Sungmin bungkam. Memang benar adanya. Ia ingkar janji. Pekerjaan sebagai Presidir Direktur sebuah perusaan multi itu benar-benar membuatnya selalu dan selalu mengingkari janji yang ia buat.
"mianhae..." sambung Sungmin. Jujur Sungmin tau Donghae tak mau dikurung seperti tahanan rumah tapi, apa boleh dikata kandungannya yang tak lazim itu membuat daya tahan tubuhnya rentan dan Sungmin tak mau sampai ada hal-hal buruk menimpa Donghae maupun anaknya.
"..." Donghae diam tak menanggapi permintaan maaf Sungmin.
"baiklah, tapi kau harus janji untuk baik-baik saja" pasrah Sungmin pada akhirnya.
"sudahlah hyung lebih baik kau kekantor sekarang..." Donghae berkata dibalik selimutnya. Dingin dan terkesan datar.
"hae, hyung mengijinkanmu pergi. Bukan itu yang kau mau?" Sungmin tahu Donghae sedang kasal padanya. Tapi, setelah ia mengijinkanya pergi, kenapa Donghae malah tak mau?.
"hyung, aku tau kau mengijinkanku pergi dan aku berterimakasih karna itu. Tapi kalau kau membawa sepelton bodyguart hanya untuk menemaniku- mian, aku tak jadi pergi saja" Hah? Heran? Gak nyangka? Pasti Donghae boong! Tapi itulah kenyataanya. Lee Sungmin sudah pada tahu kan ke overannya pada Donghae. Lalu kenapa pada heran semua dengan perkataan Donghae barusan!.
"hae, itu semua demi keselamatan dirimu dan juga Minhae" bantah Sungmin.
"aku ini namja hyung!, aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"hae, kau-"
"kau ada meting pagi ini kan? Cepat pergi! jangan sampai orang-orang bau tanah itu menunggumu" usir Donghae.
"hae~~" Sungmin memelas tapi Donghae tak mau menyahut. Donghae masih tetap menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut. Ah~ apa yang harus Sungmin lakukan sekarang.
Karna merasa tak punya pilihab lagi, akhirnya Sungmin memilih berganti pakaian saja.
Suasana menjadi sepi dan senyap. Hanya suara detikan jam saja yang menjadi pemecah kesunyian. Walau sudah berganti baju Donghae masih saja tak mau menampakkan wajahnya pada Sungmin.
Sungmin mengecek jam ditangannya. Pukul 07:25. Ah dia harus cepat-cepat berangkat. Tapi, morning kiss belum dia dapatkan. Ah~ Donghae kenapa kau harus ngambek segala sih. Tak tau apa kalau bibir Sungmin kini kering karna belum dapat asupan gizi dari bibirmu.
"hae, sudahlah jangan ngambek begini. Aku tak akan tenang bekerja kalau begini?"
"..."
"hah!, baiklah. Kau boleh pergi sendiri, asal telepon hyung jika kau merasa kesulitan nde.." pasrah Sungmin yang kini duduk didekat tubuh Donghae.
"..."
"hae~ hyung sudah mengijinkan mu pergi sendiri, lalu apa lagi yang kau mau?" Sungmin mulai frustasi menghadapi tingkah Donghae yang sudah seperti ini.
.
.
.
Krseekk
.
.
.
Donghae membuka selimut yang membungkus tubuhnya sedari tadi.
"hyung yakin mengijinkanku pergi?" tanya Donghae tak yakin.
"hyung sudah bilangkan tadi kalau hyung sudah-" jelas Sungmin tapi omongan Sungmin dipotong oleh Donghae.
"tak akan ada sepelton bodyguart?"
"tak ada" Sungmin menggelengkan kepala.
"benar-benar sendiri?"
"sendiri?"
"yakin?"
"yakin"
"kau tak-"
"kau ingin aku berubah pikiran hae?" Sungmin sudah mulai bosan dengan aksi tanya jawab ini.
"HYUNGG!...AKK...appooo..." Donghae berteriak girang dan akan menerjang tubah Sungmin tapi tak akan terjadi karena sakit yang mendera bagian bawahnya.
"hahhahahahaha... Rasakan itu..!" kata Sungmin disela tawanya. Melihat wajah Donghae menahan sakit karna ulahnya itu menjadi hiburan tersendiri buatnya.
"HYUNG KAU MENERTAWAKANKU..." Donghae bersungut ria dan hampir saja sebuah bantal mengenai wajah Sungmin kalau saja ia tak segerah menghindar.
"hahahha... Tak kena...haahah..." ledek Sungmin saat sebuah bantal sekali lagi dilempar kearahnya.
"awas kau hyung...!" ancam Donghae.
"awas apa hae?" Sungmin yang sudah berada didepan pintu itu berbalik karna ingin mendengar ancaman apa yang akan Donghae berikan padanya.
"tak akan ku beri jatah untuk malam ini...!" kata Donghae dengan nada mengancam khasnya dan wajahnya dibuat semenyeramkan mungkin yang malah terlihat imut dimata Sungmin.
"hahahaaahhh!...aku tak salah dengar? Memang siapa yang setiap malam ingin slalu dibelai?.."
BRAKKKK..!
Sungmin menutup pintu dengan cepat saat melihat sebuah boneka ikan akan dilempar Donghae.
"AKU SERIUS HYUNG..!" teriak Donghae dibalik pintu sana. Hahahha Sungmin jadi tambah suka menggoda istrinya satu itu.
Jangan harap seorang Lee Sungmin akan takut mendengar ancaman itu. Bukan. Bukan Sungmin tak mencintai Donghae. Tapi, karna ia tahu bagaimana cara mendapat jatah malam walau Donghae mengancam seperti itu.
.
.
xoxoxoxox SEQUEL xoxoxooxox
.
.
Donghae kini berada di pusat perbelanjaan terbesar di Seoul. Walau harus melakukan penyamaran tak apa asal dia tak dipandang aneh oleh orang lain. Aneh bukan kalau ada seorang namja berperut buncit.
Sederhana adalah kesan pertama untuk pakaian yang ia gunakan, rambut palsu berwarna hitam sebahu. Dres biru selutut yang khusus untuk yeoja yang tengah hamil melekat ditubuhnya.
Walau tak mau menjadi pusat perhatian karna kelainanya, tetap saja banyak pasang mata yang melirik bahkan terkagum-kagum akan kecantikan alami yang ia miliki.
Weo?
Kenapa mereka melihatku seperti itu?
Apa ada yang salah dengan penampilanku?
Donghae bertanya ria di dalam pikiranya dengan pose polosnya. Mengetuk-ngetukan jari telunjuknya dibawah bibir.
"nyonya, ada koleksi pakaian terbaru hari ini. Silahkan melihat-lihat" seorang SPG menawari Donghae yang saat itu melewati tokonya.
Merasa bukan 'nyonya' Donghae berniat mengabaikannya tapi, pakaian bayi?. Bukankah itu yang dia cari sedari tadi.
"baiklah." Donghae akhirnya masuk ke dalam toko baju anak-anak tersebut.
.
Beberapa jam selanjutnya
.
Donghae keluar dengan beberapa peperbag ditangannya. Bahkan dia juga mendorong kereta bayi berwarna biru dengan tangan satunya.
"dirumahkan warnanya pink, jadi tak salahkan kalau beli lagi. Mataku gantal melihat warna merah jambu terus" celutuk Donghae seperti orang gila karna bicara sendiri. Salahkan saja Sungmin yang begitu memuja warna itu dan kalau barang-barang itu bukan milik Sungmin pasti dengan senang hati dia akan memusnahkannya.
Donghae menyetop sebuah taxi untuk membawanya pulang karna Sungmin melarangnya membawa mobil sendiri dan dia bersikeras untuk pergi sendiri tanpa adanya supir pribadi!. Dan alhasil dia harus naik taxi!
Setelah memberitahu tempat mana yang akan dia tuju pada supir taxi Donghae langsung menyenderkan tubuhnya pada senderan jok mobil. Wewangian yang menguar dari dalam mobil taxi ini begitu harum, hingga membuatnya terbuai dan tanpa sadar dia tertidur di dalam taxi.
Sedang, dilain tempat dengan waktu yang sama. Lee Sungmin. Pemilik sekaligus pesdir LeeCrop tengah bergelut dengan beberapa tumpuk dokumen dimejanya.
Hari ini dirinya harus bekerja lebih extra karna pekerjaan kemaren belum dapat dia selsaikan. Tapi tak apa toh ini sudah jadi makananya setiap hari.
Kedua matanya bak elang yang sedang berburu. Menelusuri setiap bait kata yang tersusun. Mencari dan memastikan tak ada kata cacat didalamnya sebelum membubukan tanda tangan didalamnya.
Deg!
Jantung Sungmin terasa sakit tanpa sebab. Nafasnya tersegal-segal seperti habis lari maraton.
Apa?
Kenapa?
Dan satu kata yang melintas dipikirannya. DONGHAE!!
.
.
.
T.B.C
Fulll vertion lagi dalam masa penggodokan. Ahhahahaaha...
RnR please... ;-) ;-)
