Disclaimer:
Touken Ranbu © 2015 DMMゲームズ/Nitroplus
[PROLOG]
"Honebami... Honebami." Sayup-sayup terdengar seseorang yang memanggil nama Honebami dengan suara yang halus.
Permata keunguan milik Honebami terbuka secara perlahan. Samar-samar ia dapat melihat bayang-bayang seseorang dengan postur yang sedikit lebih besar darinya sedang duduk di samping futonnya.
"Honebami..." Sosok tersebut terus menerus memanggil nama Honebami dengan suara yang halus.
"Ngh..." sebuah lenguhan tipis lolos saat Honebami merubah posisinya menjadi duduk. "...Siapa?" gumamnya setengah mengantuk.
Sosok yang barusan memanggil-manggil nama Honebami tak menjawab. Ia hanya diam sambil tersenyum lembut pada Honebami.
Butuh waktu beberapa saat hingga Honebami menyadari bahwa bayang-bayang tersebut adalah milik sebuah sosok asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sosok tersebut memiliki paras yang cantik dan menawan. Ia terlihat begitu anggun, dewasa, dan penuh kharisma.
"Honebami, apa kau sudah bangun, sayang?"
Honebami menatap sosok cantik yang bersikap familiar padanya dengan tatapan bingung—sedikit banyak mengingatkannya pada Mikazuki karena dulu ia juga menyapa dirinya dengan sikap yang familiar. Apakah sosok tersebut termasuk salah satu sosok yang pernah Honebami kenal di masa lalu...?
Seolah dapat menangkap air muka kebingungan Honebami, sosok cantik tersebut membuka mulutnya.
"Kau mungkin sudah melupakanku, tetapi aku masih dapat mengingatmu."
(Eh...?)
"Apa..." Kali ini Honebami berbicara lebih banyak dari sebelumnya, "...Apa kau tahu soal diriku yang dulu?"
Lagi-lagi sosok yang ditanyai tersebut hanya menjawab pertanyaan Honebami dengan sebuah senyuman.
"Ne, Honebami..." gumam sosok cantik tersebut dengan suara yang terdengar merdu di telinga, "Kalau kau diberi kesempatan untuk dapat mengingat kembali ingatanmu yang telah hilang, apa kau menginginkannya...?"
Kali ini Honebami yang diam tak menjawab saat diajuki sebuah pertanyaan.
Sosok di hadapannya masih tersenyum. Ia lalu mengulang kembali pertanyaan sebelumnya, "Kalau kau diberi kesempatan untuk dapat mengingat kembali ingatanmu yang telah hilang, apa kau menginginkannya...?"
Honebami menelan ludahnya.
"Aku..." suara Honebami menggantung di udara, "...tidak tahu apa-apa tentang diriku sendiri..."
Sosok cantik tersebut diam menyimak setiap perkataan yang terucap dari mulut Honebami.
"Aku... merasa kosong..." tutur Honebami dengan suara yang pelan, "Aku... merasa begitu hampa... sebab tak ada satu pun ingatan mengenai dirku yang dapat kuingat," tambah Honebami kemudian. "...Satu-satunya yang dapat kuingat hanyalah api. Api, api, dan ap—"
Kalimat Honebami terputus saat sosok cantik tersebut tiba-tiba saja membenamkan Honebami dalam pelukannya.
Honebami merasa terkejut, akan tetapi di saat yang bersamaan toudan bersurai putih tersebut dapat merasakan sebuah perasaan yang familiar, seolah-olah ia dan sosok cantik tersebut terhubung oleh sesuatu yang lebih kuat dari ikatan darah.
"—Yosh, yosh..." sosok cantik tersebut mengusap lembut kepala Honebami layaknya seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya, "...Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja..."
Entah kenapa kata-kata tersebut bekerja bagaikan mantra yang membuat perasaan Honebami menjadi lebih tenang dan nyaman.
Beberapa waktu setelahnya, Honebami berbisik pelan.
"...Apa... itu mungkin...?"
"Hm?" gumam sosok tersebut, masih mengusap lembut pucuk kepala Honebami.
"Apa... ingatanku... bisa kembali?"
Sosok cantik tersebut menatap kedua mata Honebami dengan tatapan lembut, "Semua itu tergantung keputusanmu, sayang..." Kemudian ia memegang kedua pipi Honebami dan berkata, "...Nah, aku akan bertanya untuk yang terakhir kalinya."
"Kalau kau diberi kesempatan untuk dapat mengingat kembali ingatanmu yang telah hilang, apa kau menginginkannya...?"
Entah kenapa secara tiba-tiba Honebami teringat pada pertemuan pertamanya dengan Mikazuki.
("Ah... Honebami. Lama tak bersua, rasanya rindu sekali.")
Saat itu Mikazuki bersikap begitu familiar padanya, seolah-olah dulu mereka berdua memang cukup akrab.
("Tidak berperasaan sekali, bukankah dulu kita selalu berdampingan sebagai pedang berharga milik Ashikaga?")
"Aku..."
("Aah, jadi begitu. Sangat disayangkan sekali...")
"...ingin..."
("Aa. Karena kita sudah saling mengenal dalam waktu yang lama... Tapi kau tak perlu khawatir.")
"...ingatanku..."
("Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi.")
"..."
( "—Apa kau ingin melihat bulan bersamaku?")
"...?!"
Tiba-tiba saja sebuah ingatan yang belum pernah Honebami lihat sebelumnya melintas dalam pikirannya.
"Aku... aku..." Honebami mulai meracau tak jelas, "...aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya... aku pernah membuat janji yang penting dengan seseorang—"
"Mm, begitu..." respon sosok cantik tersebut dengan singkat.
Honebami menatap sosok di hadapannya dengan tatapan penuh harap. "...Aku menginginkan ingatanku kembali—kumohon, aku ingin mengingat janji yang penting itu...!"
Sosok cantik tersebut menutup kedua matanya sambil tersenyum lembut. Ia lalu melekatkan keningnya pada kening milik Honebami dan berbisik, "Aku lega mendengarnya..."
Usai mendengar kalimat tersebut, tiba-tiba saja Honebami merasa mengantuk. Di saat yang bersamaan, sosok cantik di hadapannya samar-samar terlihat mulai menghilang, berbaur dengan udara kosong.
"...Ne, Honebami. Begitu kau terbangun nanti, kau akan mengingat seluruh memori berusia 398 tahun yang hilang darimu. Tapi ini akan jadi rahasia kita berdua saja, jadi jangan katakan pada siapapun, ya?"
Honebami tidak sanggup menjawab karena ia merasa sangat mengantuk.
"Jika ada orang lain yang mengetahuinya, maka ingatan ini akan kembali lenyap darimu. Kau akan kembali melupakan semuanya..."
Kesadaran Honebami akhirnya hilang sepenuhnya bersamaan dengan lenyapnya sosok cantik bersurai putih panjang tersebut saat ia merasuki tubuh Honebami dan berkata;
"Selamat tidur... diriku yang sekarang."
—END—
A/N: ((Sebelumnya mohon maaf karena saya kembali menyampah di sini. Mohon maklum, soalnya saya kekurangan asupan jadi mau ngga mau ya bikin asupan buat diri sendiri, hahah.))
This is just another random fic. Jadi silahkan diabaikan saja.
.
.
So—yeah—sosok yang ngobrol sama Honebami itu... ceritanya Honebami yang dulu—atau mungkin lebih tepatnya sosok itu adalah "ingatan" Honebami itu sendiri? LOL genrenya jadi magical begini www ah yasutralah.
(BTW plot murahan kaya gini sih endingnya juga udah pasti ketebak, ya...)
