"Jimin. Kamu baik-baik saja kan?" Wanita itu menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia hanya tersenyum sambil menggeleng kecil untuk menjawab pertanyaan lelaki dihadapannya.
Jimin sadar. Ia hanya wanita yang dinikahi untuk menutup kedok jika suaminya adalah seorang homoseksual. Bahkan Jimin mengenal baik kekasih suaminya tersebut.
"Kalau aku sakit, pasti kau juga hanya memberikanku sebuah obat dan menyuruhku tidur. Tuan Min."
Tuan Min hanya mengangguk dan meneguk kopi hitamnya tenang. "Baiklah, aku pergi dulu. Telpon aku jika membutuhkan sesuatu." Ucap Tuan Min sebelum pergi berangkat ke kantor.
Jimin melepas senyum di wajahnya dengan helaan napas sedih. Ia beranjak dari dapur ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya bersiap pergi ke pasar. Wajahnya terlihat lelah.
Tuan Min, begitu Jimin memanggilnya. Ia tidak perah memanggil Tuan Min dengan nama aslinya Min Yoongi. Padahal Yoongi tidak keberatan dirinya dipanggil begitu oleh Jimin. Hanya saja, Jimin membatasi diri dengan panggilan itu. Setidaknya itu adalah pengingat dirinya akan siapa dia di kehidupan suaminya tersebut.
Min Yoongi lelaki yang Jimin nikahi adalah seorang homoseksual. Dulu, Jimin adalah salah satu pegawai di kedai milik kekasih Yoongi. Cerita mengapa Yoongi menikahi Jimin persis seperti di drama yang suka Jimin tonton. Ibunda Yoongi menginginkan melihat anaknya menikah sebelum ajal merenggutnya. Menikah yang dimaksud tentu saja dengan seorang wanita.
Kekasih Yoongi bernama Hoseok. Lelaki itu sangat baik pada Jimin. Bahkan Hoseok sudah menganggap Jimin sebagai adiknya sendiri. Maka dari itu, ketika Yoongi meminta Jimin untuk menikah dengannya hanya demi untuk memenuhi permintaan terakhir Ibunya, Hoseok dengan hati berdenyut perih menerimanya. Bahkan Hoseok bilang, jika bukan Jimin wanitanya, ia tidak pernah sudi bertemu Yoongi kembali.
Jimin dan Hoseok masih sering bertemu walaupun terkadang, membahas seorang Min Yoongi terasa canggung. Ketika Hoseok membicarakan Yoongi dengan tatapan memuja, Jimin hanya terdiam sambil tersenyum simpul untuk menanggapi ucapan Hoseok tersebut.
Ada seseorang yang Jimin sukai selama ini. Namun ia tidak pernah mengakatakannya pada Yoongi. Karena memang pernikahan mereka bukan atas landasan cinta, maka janji-janji sakral pernikahan di depan Tuhan hanya seperti debu yang mudah tertiup angin begitu saja.
Namanya Kim Namjoon. Pria tinggi dengan lesung pipi manis di kedua sisi wajahnya itu selalu membuat Jimin salah tingkah. Namjoon adalah kakak tingkat Jimin semasa kuliah. Kakak tingkat yang berbaik hati membimbing Jimin hingga lulus dan mendapatkan gelar strata satu nya. Setahun pernikahannya dengan Yoongi, Jimin mendapat kabar jika seniornya itu telah menikah dan hidup bahagia di Amerika. Berita itu cukup membuat Jimin merasa sedih. Tapi di saat yang bersamaan, Jimin juga bahagia karena pujaan hatinya telah menemukan pendamping hidupnya.
Setelah kembali ke rumah, Jimin menemukan Yoongi tengah duduk santai masih mengenakan kemeja yang tadi ia kenakan untuk berangkat ke kantor. Alis Jimin bertautan heran. Wanita itu meletakkan barang belanjaannya dan memastikan jika orang yang duduk di sofanya itu benar Yoongi. "Tuan Min? Sudah pulang? Kenapa cepat sekali?" Tanya Jimin.
Yoongi menoleh mendapati Jimin sedang menatapnya dengan mata berkedip lucu. "Suasana kantor membuatku jengah. Aku ingin bertemu Hoseok, aku baru saja mengirim pesan padanya untuk kesini. Bisa kau buatkan sarapan dan siapkan teh hangat?"
Jimin menghela napas panjang. Ia mengangguk dan segera pergi ke dapur untuk membuat sarapan beserta teh hangat seperti yang diminta Yoongi barusan. Hanya pancake, telur dadar gulung dan beberapa lembar rumput laut sebagai kudapan pagi mereka. "Tuan Min, apakah aku harus bersembunyi lagi?" Tanya Jimin ketika tangannya tengah menuang air panas kedalam pitcher berisi gula pasir untuk teh. "Atau, aku harus pergi sampai Hoseok oppa pulang nanti?" Ia melanjutkan kalimatnya.
Yoongi hanya menatap layar ponselnya. "Tidak, kau hanya perlu mengunci kamarmu. Dia tidak akan lama, dan kami tidak akan bercinta."
Bercinta. Jimin sering sekali mendengar desahan panas dari sebelah kamarnya ketika Yoongi dan Hoseok melakukan hal itu. Awalnya ia marah dan jengah mendengarnya, namun lama kelamaan, rasa marah dan jengah itu berubah menjadi isakkan pilu yang menyakitkan. Jimin tidak tahan mendengar erangan nista dari keduanya. Sampai akhirnya, Jimin sadar.. bahwa rasa kecewa dan pilu itu karena ia mulai mencintai seorang Min Yoongi. Tuan Min-nya yang tidak akan pernah membuka hatinya untuk seorang Park Jimin.
"Eum, Tuan Min. Aku izin untuk keluar saja. Aku ingin menjenguk temanku yang baru saja melahirkan." Jimin menata meja makan dengan apik.
Akhirnya Yoongi menoleh, melihat Jimin sedang menata meja makan dengan cekatan. Wajahnya datar, tidak seperti biasanya ia akan tersenyum puas melihat hasil kerjanya sendiri. "Ini masih pagi, Jimin. Mana ada menjenguk teman sehabis melahirkan sepagi ini."
"Membutuhkan waktu dua jam untuk sampai ke rumahnya. Satu jam menaiki bis, dan satu jam berjalan kaki karena tidak ada kendaraan umum yang melewati daerah rumahnya." Jelas Jimin.
"Bawa salah satu mobilku."
Jimin menggeleng. "Aku tidak mau menyetir tidak tenang selama perjalanan."
"Jangan banyak alasan, Jimin. Bawa salah satunya atau kau tidak boleh pergi sama sekali." Yoongi mentitah.
Jimin diam. Perintah Yoongi itu mutlak baginya. Bahkan Jimin terlalu takut untuk bersuara dan membantah apa yang Tuan Min inginkan, jadi Jimin hanya bisa mengangguk patuh dan menurutinya.
"Siapa temanmu?" Pertanyaan Yoongi membuat Jimin tergelak. Tidak biasanya Yoongi menanyakan hal yang menyangkut dirinya ataupun teman-temannya. Yoongi itu tipikal orang tidak peduli dan dingin. Ia hanya peduli kepada dirinya sendiri dan orang yang dicintainya, Hoseok.
"Te- teman kuliahku dulu. Kami satu angkatan." Jawab Jimin terbata.
"Hmm." Jawab Yoongi singkat.
"Tolong beri tahu aku jika Hoseok oppa sudah pulang." Jimin menyambar sebuah kunci dengan logo empat lingkaran saling menyatu secara horizontal. Mobil yang jarang Yoongi pakai karena alasan terlalu kecil bagi Yoongi.
Jimin berbohong mengenai menjenguk temannya. Ia melajukan mobilnya kesebuah rumah sakit besar di pinggiran Seoul. Setelah memarkir, ia menelpon seseorang yang hampir selama tiga tahun ia kunjungi untuk mengecek kesehatannya secara rutin. "Taehyung ah. Aku baru sampai. Apa kau kosong?" Ia masuk kedalam lobby rumah sakit tersebut. "Baiklah, aku mendaftar dulu baru aku masuk keruanganmu." Ucapnya sebelum menutup sambungan.
Jimin duduk di salah satu kursi tunggu untuk pasien di departemen spesialis. Ia mengunjungi temannya sekaligus sahabat tampannya semenjak sekolah menengah atas.
"Park Jimin." Ucap salah satu suster yang keluar dari ruangan di depannya. Jimin berdiri dan tersenyum masuk ke dalam ruangan.
"Nona Jung, kau boleh keluar." Ucap lelaki bernama Taehyung itu sambil mengambil map data seorang Park Jimin.
"Baik Dokter Kim." Ucap perawat Jung sambil undur diri.
"Kenapa lagi sekarang?" Tanya Taehyung.
Jimin menggeleng. "Min Yoongi sedang berkencan dengan Hoseok oppa di rumah." Jawab Jimin sambil meregangkan otot-ototnya yang kaku.
Taehyung melirik wanita itu sekilas, Jimin yang dulu menggemaskan karena pipi bulatnya sekarang berubah menjadi Jimin yang terlihat menyedihkan dengan pipi tirusnya. Ditambah kantung mata yang gelap dan gurat-gurat tipis kelelahan menghiasi wajah sahabatnya yang dulu sangat ceria tersebut. "Jimin." Panggil Taehyung. Jimin mendongak. "Kau kesini bukan tanpa alasan, aku tau. Bukan hanya karena suamimu sedang berkencan dengan kekasihnya. Katakan padaku kau ingin mengugurkan kandunganmu lagi."
Jimin melipat bibirnya dalam. Taehyung dokter yang tidak bisa dia bohongi.
"Ini sudah yang ke tiga kalinya Jim. Kenapa tidak kau katakan saja jika suamimu itu ayah dari bayi-bayi yang selama ini kau gugurkan?" Taehyung menaikan sedikit nada dalam bicaranya. "Tidak tahukah kau ada berapa ratus pasien yang menginginkan seorang bayi dan kau! Kau Park Jimin! Mengugurkan bayimu seperti sampah yang tidak berarti!"
"Taehyung.. aku.."
"Kalau kau selalu diam dan pasif seperti ini, hidupmu tidak akan pernah bahagia Jim!" Lelaki itu menghela napas untuk mengontrol emosinya. "Ceraikan dia dan menikahlah denganku."
Mata Jimin terbuka sempurna. Taehyung mengajaknya menikah dalam kondisi yang sangat amat di luar dugaan. "Taehyung.. kenapa.."
"Aku hanya ingin menyelamatkanmu dari si brengsek itu." Taehyung berkilah. "Kau di perlakukan seperti pembantu, bukan seorang istri. Kau juga di perlakukan seperti jalang ketika dirinya sedang mabuk. Ku tebak pasti kau tidak mengatakan jika dia telah menghamilimu dalam keadaan mabuk sampai tiga kali?" Jimin mengangguk. "Damn! Park!" Taehyung menyibak rambutnya kebelakang. "Kau tahu, ku kira kau memang keguguran dua kali sebelumnya karena kelelahan. Tetapi diagnosisku salah. Kau sengaja membuat dirimu lemah sehingga kau bisa kehilangan janinmu dan seolah semuanya adalah skenario keguguran."
Jimin mulai terisak. Dia memang tidak pernah berbicara empat mata dengan suaminya tersebut. Bahkan selama menikah, ia dan Yoongi bisa menghitung lama percakapan hanya dengan jemari mereka saja.
Yoongi bahkan tidak tahu jika dirinya mabuk, pasti Jimin yang selalu menjadi korban seksualnya. Itu selalu terjadi setiap Yoongi dalam keadaan stres. Yoongi memperkosa Jimin tanpa sadar.
"Taehyung. Kalau kau memang tidak ingin membantuku lagi, aku akan mencari dokter lain untuk membantuku." Ucap Jimin sambil terisak. Ia masih sedikit terkejut dengan kemarahan Taehyung. Wanita itu berdiri, menghapus jejak air matanya yang tak kunjung berhenti. "Aku pamit." Ucapnya sambil membuka pintu ruangan praktek Taehyung.
Lelaki itu mencegahnya. Ia paling tidak tahan melihat air mata yang keluar dari seorang wanita. "Jimin. Tunggu sebentar. Aku minta maaf. Jika kau tidak menginginkan bayi itu, aku akan memberikanmu sebuah solusi tanpa harus mengugurkan kandunganmu."
"Kau terlihat lelah." Ucap Yoongi ketika Jimin masuk kedalam rumah. Hoseok sudah pulang, dan tentu saja Jimin harus kembali ke rumah untuk melakukan tugasnya.
Jimin menjawab ucapan Yoongi dengan gumaman malas. Kakinya membawanya masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju.
Akhir-akhir ini Yoongi jarang ke kantor, bertemu dengan Hoseok pun sepertinya udah sangat jarang. Paling mereka berhubungan lewat telpon atau video call saja. Biasanya intensitas pertemuan mereka sangat intim, dan Jimin banyak menghabiskan waktunya dikamar karenanya.
"Jimin. Kau tidak ingin jalan-jalan ke luar negeri?"
Jimin yang sedang membersihkan piring dan gelas bekas sarapan Hoseok dan Yoongi pun menoleh. "Hari ini kau banyak sekali berbicara, Tuan Min."
Yoongi tersenyum tipis, sangat tipis bahkan senyumannya tidak terlihat seperti sebuah senyuman, malah seperti seringai melecehkan. "Aku sedang berbahagia. Maka dari itu, ku tawarkan kau untuk bersenang-senang pergi ke luar negeri."
"Kenapa tidak kau saja yang pergi bersama Hoseok oppa seperti biasanya?" Itu adalah kalimat sarkas, tetapi Yoongi malah menganggapnya acuh karena memang kenyataannya selama ini dia yang mengajak Hoseok untuk liburan ke luar negeri dan meninggalkan Jimin di rumah sendirian.
"Hoseok sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku juga sedang tidak ingin kemana-mana, maka dari itu aku menawarkanmu. Tetapi jika kau tidak mau, ya sudah."
"Mungkin aku akan menerimanya, tapi tidak sekarang. Terima kasih, Tuan Min."
Dan empat bulan berlalu setelah penawaran jalan-jalan keluar negri oleh Yoongi tawarkan pada Jimin. Akhirnya Jimin menerimanya. Ia mengajukan perjalan ke Maldives untuk melemaskan perasaannya.
Yoongi yang mengantarkannya ke bandara, lelaki itu bersikukuh mengantarkannya karena ingin sekalian mengunjungi Hoseok di kantornya. "Kau terlihat bahagia. Apa kau senang?" Tanya Yoongi sambil mengeuarkan beberapa koper jadi bagasi mobilnya. Jimin tidak menjawab, ia sibuk dengan ponselnya menghubungi seseorang. "Hei Jimin. Jangan lupa memberiku kabar jika kau sudah sampai disana." Lanjutnya sambil mengusak rambut Jimin dan mengecup pucuk kepalanya sayang.
Jimin mengernyit aneh, degup jantungnya berdetak lebih cepat. Di hadapannya seperti bukan Min Yoongi yang ia kenal. Melakukan skinship dan mengusak rambut bahkan mengecupnya itu bukanlah gaya seorang Min Yoongi. Walaupun masih dengan degup jantung yang tidak karuan, ia tetap menjawab ucapan Yoongi sekenanya. "Iya, nanti kuhubungi."
Jiminpun pergi.. tetapi bukan ke Maldives, melainkan Jepang. Bertemu dengan keluarga calon orang tua dari bayi yang di kandungnya.
Jimin pergi bersama Taehyung tanpa sepengetahuan Yoongi. Tentu saja tanpa sepengetahuan Tuan nya itu. Karena jika Yoongi tahu keadaan yang sebenarnya, hanya ada dua pilihan. Bercerai, atau mengasingkan diri di negeri antah berantah.
Jimin menghubungi Yoongi ketika sekiranya ia sampai di Maldives. Jimin mengirimi pesan bahwa ia tidak akan mengaktifkan ponselnya selama menghabiskan waktu liburan gratisnya, dan Yoongi pun mengerti keadaannya.
Lima bulan kemudian, Jimin melahirkan di Jepang. Di sambut dengan suka cita oleh keluarga calon bayinya. Sedangkan Jimin menyambut bayi yang baru saja ia lahirkan dengan linangan air mata sedih dan bahagia. Ia akan berpisah dengan buah hatinya dengan Yoongi. Suami cinta sepihaknya karena masalah orientasi seksual yang dimiliki sang suami.
Taehyung bilang, sebaiknya Jimin menunda kepulangannya selama sebulan karena kondisi bayi yang di lahirkan Jimin sangat lemah. Bayi itu membutuhkan dekapan Ibu kandungnya untuk tetap merasa aman dan nyaman. Tetapi Jimin malah ketakutan, ia takut semakin lama ia melepas bayinya, semakin sulit untuk mengikhlaskannya. Maka dari itu, Jimin minta pada Taehyung untuk mempercepat kepulangannya dengan alasan ia sudah terlalu lama meninggalkan Yoongi sendirian di rumah.
Taehyung hanya pasrah, ia menyetujui kemauan Jimin walaupun kondisi dirinya sendiri pun masih lemah. Malam sebelum keberangkatan, Jimin memompa air susunya hingga hampir pingsan. Ia memforsir tubuhnya untuk mengalihkan rasa sakit hari dan sedih yang terlalu menyayat hati. Menyerahkan 3 botol berukuran sedang kepada orang tua baru bayinya dan mengucapkan terima kasih.
Taehyung melihat Jimin yang menyerahkan botol-botol berisi air susunya itu terkejut. Tidak mungkin dalam sekali pumping seorang Ibu menyusui sampai bisa menghasilkan sampai sebanyak itu. Apalagi dengan kondisi Jimin yang tidak prima. Mustahil untuk mengeluarkan ASI barang 60ml saja.
Taehyung tau, Jimin memaksakan dirinya untuk cepat pulang.
Keesokannya, Jimin dan Taehyung kembali ke Korea. Sebelum kembali ke rumahnya, Jimin mengunjungi salon untuk merubah penampilannya menjadi sedikit lebih segar untuk menyempurnakan sandiwaranya di depan Yoongi.
Wanita itu merubah warna rambutnya menjadi kecoklatan dan meminta pihak salon untuk membubuhkan make up tipis agar wajahnya terlihat lebih segar. Setelah semua skenario sandiwaranya dikira cukup, ia pulang dengan wajah sumringah.
Ia masuk kedalam rumah dengan membawa dua koper persis seperti yang ia bawa pada saat keberangkatan. Ia tidak melihat Yoongi disana. Tetapi kemudian ia terkejut mendapati Yoongi keluar dari kamar lengkap dengan Tuxedo mahalnya menggenggam sebuah map berwarna coklat. "Oh, kau ingat rumah." Kalimat pertama Min Yoongi menyambut seorang Park Jimin.
"Ya, aku pulang." Jawab Jimin dengan suara sedikit serak.
"Liburanmu menyenangkan?" Tanya Yoongi datar sambil duduk di sofa ruang tengah.
"Kau mau pergi?"
Yoongi menggeleng. "Duduklah. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Ucapnya tenang. Jimin menurut. Ia duduk di seberang Yoongi sambil mengatupkan ujung dengkulnya dan membuat dirinya seolah kecil di hadapan Yoongi. Lelaki itu mengeluarkan beberapa foto dan sebuah kertas putih seperti lambang rumah sakit dengan huruf kanji Jepang dibagian kepala suratnya. "Ke Maldives?" Tanya Yoongi.
Jimin bungkam. Ia melihat fotonya dengan Taehyung dan orang tua bayinya di Jepang terpampang jelas pada gambar tak bergerak tersebut. Jimin merapal doa dan puji-pujian pada Tuhan agar Yoongi tidak memarahinya. "Ada surat atas namamu di rumah sakit ini. Bagian kandungan dan dibilang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki." Yoongi menyerahkan kertas tersebut. "Apa kau di hamili lelaki itu, Jimin?"
Jimin menggeleng. Ia tidak mungkin mengatakan jika bayi laki-laki yang di maksud itu adalah darah dagingnya. Penerus keluarga Min. "Dia hanya mengantarku." Akhirnya ia membuka suara.
"Dia kekasihmu?"
Jimin lagi-lagi hanya menggeleng. "Tuan Min. Kenapa kau bisa memiliki semua ini?"
"Jawab pertanyaanku dulu Park Jimin!" Yoongi berseru. "Siapa yang menghamilimu dan kenapa kau sampai menyembunyikam semua ini dariku!"
"Kenapa aku harus memberitahunya kepadamu, Tuan Min? Kalau aku mengatakan yang sejujurnya juga kau tidak akan percaya."
"Katakan atau kau akan ku gagahi sekarang juga."
Jimin tertawa renyah. Mendengar kalimat Min Yoongi seperti mendengar lelucon rutin yang di tayangkam di televisi. "Mengagahiku? Kau tidak sedang mabuk kan? Kau menyukai sesama jenismu, Tuan Min. Kau tidak mungkin suka dengan payudara atau vagina sekalipun."
"Katakan saja, Park, dan aku akan mengatakan kenapa aku bisa mendapatkan semua ini." Ucap Yoongi menjadi lebih tenang.
Jimin menghirup napas panjang sebelum memulai kalimatnya. "Bayimu, Tuan Min." Ucap Jimin. "Dan lelaki yang bersamaku ke Jepang itu sahabatku yang selama ini membantuku mengugurkan kandunganku."
Yoongi terlonjak mendengar ucapan Jimin. "Apa maksudmu dengan kalimat itu?"
"Aku sudah dua kali melakukan penguguran kandungan. Dan semua itu adalah bayimu. Benih yang kau tinggalkan padaku setiap kau pulang dalam keadaan mabuk berat." Jimin menahan air matanya. "Sepuluh bulan yang lalu, aku kembali hamil dan berniat mengugurkan kandunganku lagi, tetapi Taehyung tidak mengizinkanku. Ia menyarankanku untuk mempertahankan kandunganku, karena diluar sana banyak pasangan yang menginginkan kehadiran seorang bayi di tengah keluarganya. Dengan sangat terpaksa, aku menuruti kemauannya. Sampai akhirnya aku melahirkan di Jepang."
Yoongi tertawa miris. Berarti ketika mabuk berat, ia mengagahi Jimin seperti orang kesetanan. Ia tidak sadar, menggagahi Jimin hingga wanita itu hamil. Bahkan sampai tiga kali.
"Disetiap waktu kau mengagahiku, kau selalu menyebut nama Jung Hoseok berulang kali." Lanjut Jimin sambil berusaha menyembunyikam isakannya. "Maka dari itu, aku memutuskan untuk mengugurkan kandunganku jika aku benar-benar hamil anakmu."
"Kenapa.."
"Karena aku tau, kau melakukannya bukan atas dasar mencintaiku. Tapi lebih pada kau melampiaskan kekesalanmu padaku." Wanita itu menghapus air matanya yang mengalir deras. "Sekarang jelaskan padaku kenapa kau bisa mendapatkan semua itu."
Giliran Yoongi yang menghela napas kasar. Ia mengigit bibirnya ragu. Walaupun begitu, ia harus tetap memegang ucapannya untuk menjelaskannya pada Jimin. "Orang tua bayi yang kau lahirkan di Jepang itu orang tua Hoseok." Mata Jimin yang bengkak itu membulat sempurna. "Orang tua Hoseok menginginkan seorang cucu untuk mewariskan kekayaannya. Tapi karena Hoseok menyimpang, mereka mengadopsi anak yang tidak di inginkan oleh orang tuanya untuk di besarkan. Hoseok tidak pernah berhubungan dengan orang tuanya semenjak ia mengaku jika dirinya homoseksual. Ia mengetahui semua kabar orang tuanya melalui kakak perempuannya."
"Ku mohon jangan bilang apa-apa pada Hoseok oppa, Tuan Min." Jimin terisak lagi. "Jangan bilang jika aku yang memberikan bayiku kepada orang tuanya." Jimin berlutut di hadapan Yoongi, melepas harga dirinya yang memang sudah jatuh untuk jatuh lebih dalam lagi pada seorang Min Yoongi. "Aku berjanji akan membiarkanmu berkencan bahkan bercinta di rumah seharian dengan Hoseok oppa tanpa merasa terganggu oleh kehadiranku. Aku.. aku akan diam di dalam kamar tidak bersuara sepeti biasa, atau aku akan pergi jika kalian tidak ingin diganggu. Kau.. kau juga boleh menganggapku seperti pembantu, aku.. aku akan bersikap selayaknya seorang pembantu, bukan seorang istri. Aku minta maaf jika selama ini aku bertindak seolah aku adalah istri yang sah. Aku sungguh, sungguh minta maaf. Aku akan mengubah semuanya, Tuan Min." Suara Jimin bergetar, isak tangis dan nada yang menyiratkan kepedihan itu tumpah dibawah permohonan terhadap Min Yoongi. Tangannya di kepal di depan dadanya untuk memohon iba. Jimin benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan kehidupannya. Perasaan Jimin sudah mati.
"Kenapa?"
Jimin mendongak. "Karena aku harus tetap disini walaupun sakit dan perih."
"Kenapa, Jimin?"
"Karena.. karena aku mencintai seorang Min Yoongi."
TAMAT
KATANYA SHORT STORY! KOK HAMPIR 3000 words!!
Yaudah biarin aja :(
Salam ketjup manja
.SkyBaby.
