Hi~
This is my first fic in this fandom.
*padahal fic yang satu lagi belom selesai, -digeplak*
ENJOY! :D
.
.
.
.
.
Disclaimer: Naruto is belong to Masashi Kishimoto,
But, this story is MINE.
Main pair: Sakura Haruno x Sasuke Uchiha
Rate: T
Genre: Romance and Friendship
Warning: OOC overdosis, AU, typo(s), dan
Segala ketidakjelasan lainnya
.
.
.
FLAME IS NOT ALLOWED!
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
.
Sakura's POV
Hai, namaku Haruno Sakura. Umurku 16 tahun. Aku adalah seorang siswi kelas XI di Konoha High School. Hal yang paling kusukai adalah membaca buku. Buku apa saja, terutama yang mengandung ilmu pengetahuan.
Membaca. Kurasa hanya hal itu yang menarik bagiku. Kalian tahu? Kedua orang tuaku sudah meninggal. Karena kecelakaan pesawat. Saat itu, aku masih berumur tujuh tahun. Lalu aku dirawat oleh kerabat ibu. Tapi semenjak setahun yang lalu, aku memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah lamaku. Meskipun biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari masih disokong oleh kerabatku.
"Kyaaaa~ gol lagi! Sasuke-senpai memang hebat!"
Suara-suara itu berisik sekali. Kutolehkan kepalaku ke arah jendela-dimana suara itu berasal-. Oh, ternyata sekelompok anak perempuan di kelasku sedang melihat sesuatu di lapangan.
Aku beranjak dari bangkuku –nomor dua dari depan di dekat pintu- dan berjalan ke arah jendela. Apa yang sedang mereka lihat?
Aku mengikuti arah pandang siswi di kelasku ke lapangan. Mata emeraldku melihat segerombolan siswa sedang bermain sepak bola di sana. Oh, sepak bola, ya?
Apanya yang seru? Lebih seru kalau membaca buku kan?
Sakura's POV End
Sakura menyusuri koridor di sekolahnya. Suara berisik di kelasnya membuat ia terganggu membaca buku. Tangannya memegang sebuah buku, berjudul Butterfly Loves Book. Dengan sampul bewarna merah marun dan berbingkai warna kuning di tepinya. Tujuannya hanya satu, ruang Kesenian.
Sakura sering membaca buku disana. Selain ruangan itu kosong, juga sejuk, karena angin bisa bebas masuk melalui jendela yang terbuka. Di ruang kesenian, seperti biasa. Kosong. Gadis bermata emerald itu tersenyum kecil dan mengambil sebuah bangku di sudut ruangan dan meletakkannya di belakang jendela.
Gadis itu duduk, dan meletakkan buku itu di pangkuannya. Ia menatap ke luar jendela, pemandangan yang masih sama. Siswa yang main sepak bola.
Che, apa mereka tidak lelah terus berlarian di cuaca yang panas begini?
Sakura mendengus. Namun pandangannya terhenti, fokus menatap seorang pemuda berambut raven dengan model mencuat di bagian belakangnya. Kalau tidak salah, namanya Saskey? Eh, bukan. Sas… entahlah!
'Apa yang kupikirkan?' dengus sakura dalam hati.
Ia mulai membaca bukunya. Hening. Yang terdengar hanya suara lembar demi lembar buku yang dibalik oleh sakura. Dan, suara desir angin sepai-sepoi yang masuk lewat jendela, dan menerbangkan rambut soft pink sebahunya sesekali.
Saking fokusnya membaca buku, Sakura tak menyadari bahwa ada seorang pemuda yang berambut raven dan bermata onyx –Sasuke- tengah berlari ke arahnya, atau mungkin ke arah jendela di sampingnya. Wah, sepertinya sang Uchiha kita tengah dikejar oleh segerombolan gadis a.k.a fansgirlnya.
Sasuke melompat ke jendela, awalnya ia tak menyadari ada orang disana. Namun terlambat, dan akibat reflek Sakura juga lambat akibat terlalu fokus pada bukunya, tabrakan pun tak dapat dihindari.
"Wuaaaaaaa-"
BRUK!
Ow, itu pasti sakit.
"Kyaaaa~ Sasuke-senpai ap- sedang apa kalian?" teriak para fansgirl Sasuke.
Mereka sangat terkejut melihat pemandangan di depan mereka. Sakura dalam posisi memeluk Sasuke dalam posisi duduk. Sepertinya gadis itu masih belum mengerti apa yang terjadi padanya.
"Dia wanita yang kau sukai itu, senpai?" haisteris salah seorang fansgirl Sasuke. Lagi.
'Apa?'
Sakura kaget saat menyadari posisinya saat ini. Saat ia akan melepaskan pelukannya, Sasuke malah memeluknya. Lebih erat.
"Hn, dia pacarku. Bisakah kalian tidak mengganggu kami?" terdengar suara bariton dari Sasuke. Ia tersenyum sinis pada para fansgirlnya.
Sakura masih belum bisa mencerna sepenuhnya apa yang dikatakan Sasuke. Namun, pernyataan Sasuke barusan berhasil membuat patah hati puluhan fansgirlnya itu. Mereka memutuskan pergi dan meninggalkan Sasuke dan Sakura di ruang Kesenian tersebut.
Arah pandang Sasuke mengekor pada para fansgirlnya. Yah, memastikan mereka sudah benar-benar pergi. Bahkan ia tak sadar pada posisinya yang masih memeluk Sakura. Akhirnya ia menghela nafas lega.
Sakura yang sudah berhasil mencerna apa yang terjadi mendorong Sasuke sekuat tenaga, membuat lelaki berambut raven tersebut agak terjengkang ke belakang. Sakura langsung berlari, meninggalkan Sasuke, yang masih cengo atas perbuatan Sakura barusan.
"He-hey, tunggu!" kata Sasuke. Tapi gadis berambut soft pink itu tak menggubrisnya.
Sasuke baru akan mengejarnya saat mata onyx-nya menangkap bayangan sebuah benda. Yaitu sebuah buku bersampul merah marun yang berjudul Butterfly Loves Book, buku Sakura.
Lelaki bermata onyx itu lantas mengambil buku tersebut. Dibukanya halaman pertama buku itu. Haruno Sakura, itu nama yang tertera di sana. Detik berikutnya, seulas senyum atau mungkin seringai terukir di wajah Sasuke.
"Haru no Sakura. Sakura di musim semi. Hn, menarik" ujarnya seraya berlalu meninggalkan ruangan dan membawa pergi buku itu.
.
.
.
.
.
Sakura terus berlari di sepanjang koridor lantai satu, dekat kelasnya. Ia berhenti sejenak, untuk mengatur nafas. Tangan kanannya memegang dadanya, dan tangan kiri menopang berat tubuhnya di tembok.
Seketika ia teringat akan kejadian beberapa menit yang lalu, ketika ia tengah asyik membaca buku, lalu Sasuke tiba-tiba datang dan menyebabkan kekacauan ini.
'Apa-apaan laki-laki itu?' teriaknya frustasi dalam hati. Wajahnya memerah karena malu.
Gadis berambut soft pink sebahu dan bermata emerald itu segera berniat kembali ke kelas. Sadar bahwa ia ada pelajaran sastra dengan Kakashi-sensei sekarang, dan ia sudah terlambat. Dan itu semua gara-gara si pantat ayam itu! Hargh!
Saat tepat berada di depan pintu kelasnya ia menarik napas sebentar lalu membuka pintu kelas dengan penuh keyakinan. Sontak semua mata di kelas itu tertuju pada Sakura.
"Maaf saya terlambat, Sensei" desisnya pelan sambil membungkuk hormat pada sang guru.
Kakashi, seperti biasa. Menatap Sakura dengan mata sayu dan tampang ogah-ogahan. Pria bermasker itu akhirnya mengangguk dan mengizinkan Sakura masuk. Ia begitu malas menanyakan alasan Sakura sampai terlambat masuk kelasnya. Dasar!
Entah hanya perasaannya atau tidak, Sakura merasa bahwa teman-teman sekelas menatapnya tajam sekaligus heran. Dan, adapula yang berbisik-bisik tentangnya.
"Hey, itu dia"
"Masa' sih?"
"Iya, ya? Aneh ya?"
Sakura menaikkan satu alisnya, bingung. Tapi ia lebih memilih untuk mengabaikannya dan memperhatikan penjelasan Senseinya di depan.
.
.
.
.
.
TENG TENG TENG
Bel tanda sekolah usai berbunyi, disambut tawa riang dan sorakan dari para siswa. Menandakan bahwa pelajaran berakhir dan bebas dari 'neraka' mereka. Semua siswa mulai membereskan peralatan sekolah mereka dan beranjak pulang, demikian juga dengan Sakura.
Sakura's POV
Fiuh~
Akhirnya selesai juga. Aku merenggangkan otot-otot tanganku yang terasa lelah dan memijit sedikit bagian leherku. Pelajaran sastra dengan Kakashi-sensei memang membosankan!
Hm, tunggu!
Rasanya aku melupakan sesuatu. Apa ya?
Ya ampun, bukuku! Kenapa bisa lupa sih? Aku cepat-cepat membereskan peralatan sekolahku yang masih berserakan di atas meja. Seketika aku langsung berlari menuju ruang Kesenian.
Sakura's POV End
Sesampainya di ruang Kesenian Sakura segera mencari bukunya di segala arah. Mata emeraldnya menyusuri tiap inchi ruangan yang bercat putih itu.
'Aduh, jatuh dimana ya?' pikirnya.
"Mencari ini?"
Terdengar suara dari arah pintu. Seketika Sakura berbalik dan mendapati si pemuda raven berdiri dengan salah satu tangannya di dalam saku celana dan tangan yang lainnya memegang bukunya.
"Ah, iya. Itu bukuku. Terima kasih sudah memungutnya. Bisa tolong kembalikan?" ujar Sakura senang dan tersenyum manis. Ia akan meraih buku itu dari tangan Sasuke kalau saja pemuda itu tidak mengangkat bukunya tinggi-tinggi.
Wajah mereka hanya terpaut sepuluh senti saja kini. Emerald bertemu onyx. Sakura merasakan wajahnya memanas dan memerah. Sasuke ber-smirk ria.
Sasuke agak menjauhkan wajahnya dari Sakura. Mata onyxnya menatap gadis itu tajam.
"Boleh saja-" jawab Sasuke, "tapi dengan satu syarat" lanjutnya.
Sakura bingung. "Sya-syarat apa?"
"Kau harus jadi kekashihku" kata Sasuke.
"APA?"
Hey, this is just a dream, isn't it?
.
.
.
.
.
TBC
Yep, selesai *ngelirik jam, oh jam satu malam ternyata*
Bagaimana? Jelekkah?
Err… Michi sebenarnya masih bingung ama judulnya. Bagaimana menurut reader?
Judul apa yang kira-kira cocok untuk fic ini?
Dan apa reader terganggu ama Sakura's POV nya? Maklumlah, Michi masih author baru *halah**pasang tampang sok imut, -di gebuk rame-rame*
Yosh, let me know how your thought about this fic, reader…
R
E
V
I
E
W
?
