ECHO
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
This fanfic © Oceana Queen
Warning: OOC, Alternative Universe, (maybe) Miss typo, Sho-ai, de el el
Summary: Semua itu bagai gema dalam cermin. Itulah pikiran Kagami begitu Riko ― editornya― menyarankan sebuah tema novel. / "Bisakah tema novel setelah ini BL? Tema ini cukup diminati oleh para pembaca, khususnya perempuan."/ Kagami kini tidak tahu harus bersyukur atau menyesal menulis novel di Redaksi Seirin
.
.
.
Chapter 1:
Tema Baru
.
.
.
Kagami Taiga, 23 tahun, seorang novelis. Terkadang, ia juga menjadi seorang sutradara untuk beberapa drama terkenal. Rambutnya merah dengan gradasi hitam dan iris matanya yang merah bata dengan alis bercabang itu nampak membuatnya terkesan 'sangar'. Belum lagi dengan pancaran auranya dan tatapan matanya yang tajam. Ah, tapi walau begitu, Kagami ialah orang yang baik hati dan ramah. Tak heran bila semua staff di Redaksi Seirin meyukai karakternya yang sangat bersahabat itu.
Seperti biasanya, ketika Kagami memasuki kantor redaksi, semua orang berlalu-lalang sambil membawa kertas A4 atau amplop besar berwarna coklat yang isinya tebal. Jelas Kagami tahu apa isi amplop itu, pasti kiriman naskah novel dari beberapa orang yang ingin karyanya diterbitkan di Redaksi Seirin. Kadang-kadang, Kagami juga memeriksa kiriman naskah tersebut untuk meringankan beban Izuki Shun, dan Mitobe Rinnosuke yang rata-rata mengurus hampir semua naskah tersebut.
Kagami berjalan menuju ke ruangannya. Terkadang ia menyapa beberapa staff yang kebetulan lewat di depannya.
"Wah, kamu sudah sampai rupanya," ucap Riko begitu Kagami membuka pintu ruang kerjanya.
"Eh? Ada apa?"
"Jadi begini … novelmu kemarin yang berjudul 'Psychopath's Nightmare' sudah terkenal dan akan best seller dalam minggu ini. Novelmu yang satu ini menarik perhatian pembaca novel misteri. Dari hasil penjualan, novel keduamu lebih banyak dibeli dibandingkan novel pertamamu yang berjudul 'U.S.A'."
"Lalu?"
"Hyuuga masih belum puas."
Hyuuga Junpei, kepala Redaksi Seirin. Dulunya, ia merupakan kapten tim basket SMA Seirin ―dengan anggota yang semuanya bekerja di Redaksi Seirin termasuk Kagami. Orangnya tidak cukup puas akan sesuatu. Belum lagi dengan sifatnya yang sangat disiplin ―walaupun tidak semenakutkan Riko.
"Oke, jadi aku harus bagaimana?" tanya Kagami.
Riko membolak-balik notes yang ia bawa. Sejenak gadis yang berumur lebih tua sedikit dari Kagami itu nampak memikirkan sesuatu. Mulutnya sedikit terbuka, merasa bimbang harus menyarankan tema itu atau tidak.
"Bisakah tema novel setelah ini BL? Tema ini cukup diminati oleh para pembaca, khususnya perempuan."
Kagami yang kebetulan sedang menyeruput teh panas langsung menyemburkannya seketika, membuat lantai ruangannya basah. Sementara Riko hanya bisa memaklumi perbuatan Kagami.
"K-kenapa harus BL?" tanya Kagami dengan rona merah samar di pipinya.
"Kami sudah survey. Lagi pula jika kau berhasil membuat BL, tidak ada kemungkinan novelmu akan diterbitkan secara internasional berhubung ada banyak penyuka BL diluar sana. Kami sih tidak memberi deadline untuk tema yang satu ini. Tapi jika kau mau menolak tema ini, maka kau harus membuat novel dengan tema lain dan deadline-nya dua hari lagi," jawab Riko panjang lebar.
Oke, semuanya terasa bagai gema dalam cermin. Entah Kagami harus bersyukur atau menyesal menjadi novelis di Redaksi Seirin yang telah membesarkan namanya ini. Tapi masalahnya adalah sekarang ia disuruh membuat novel BL. Coba bayangkan, Kagami Taiga yang jelas-jelas tidak berpengalaman dalam hubungan percintaan disuruh menulis novel romance. Belum lagi ini bertema Boys Love.
"Jadi, bagaimana?" tanya Riko tak sabaran.
Kagami nampak sedang menimbang-nimbang. Membuat novel yang jelas-jelas bukan keahliannya dengan deadline bebas atau membuat novel dengan deadline dua hari lagi. Itu pilihan sulit.
"Kenapa harus aku?" tanya Kagami balik.
Riko menghela nafas.
"Kita tidak mungkin meminta Kuroko menulis hal seperti ini. Lagi pula ia juga sibuk mengurusi murid-muridnya di TK Kiseki. Lalu, kami para senpai juga harus mengecek naskah yang dikirimkan ke sini karena entah bagaimana jumlahnya kian meningkat setiap bulannya dan hal itu cukup menguras waktu, belum lagi kami juga harus mengurusi bagian produksi kita. Kalau meminta Furihata dan teman-temannya, mereka sedang direpotkan dengan menulis berita di koran. Jadi, hanya kau yang bisa diajak bekerja sama soal ini, Kagami."
Ah, Kagami jadi ingat. Ada beberapa naskah yang dikirimkan bulan lalu dan jumlahnya mencapai 39 naskah setiap minggu. Tidak seperti tiga bulan lalu yang jumlahnya hanya 17 naskah setiap minggunya. Entah ada berapa naskah yang kini dikirimkan bulan ini.
"Jadi, aku harus membuat BL?" tanya Kagami menanyakan kepastian.
"Iya," jawab Riko.
"Tidak boleh tema yang straight-romance?" tanya Kagami lagi.
"Tentu saja tidak. Lagi pula kau juga tidak pernah pacaran," jawab Riko.
Oke, jawaban terakhir Riko membuat Kagami cukup sakit hati. Tapi sepertinya pilihan satu-satunya hanyalah membuat novel BL ―demi tidak dikejar deadline.
"Baiklah, aku akan membuatnya. Tapi bagaimana caranya aku bisa menemukan ide? Terlebih lagi, aku bukan pecinta Boys Love atau pelaku adegan itu sendiri."
Riko-pun hanya tersenyum misterius.
…
Kagami sampai di apartemennya. Dahinya mengkerut begitu mengetahui pintu rumahnya tidak terkunci.
"Oh ... jadi kau pulang cepat ya, Kagami."
Suara yang terkesan sangat familiar itu terdengar dengan jelas di telinga Kagami. Beberapa detik kemudian, munculah seorang lelaki berambut biru tua dengan warna kulit eksotik. Lelaki itu nampak mengenakan seragam polisi dan ditangannya terdapat sebungkus keripik kentang yang sudah dipastikan ia dapat dari kulkas Kagami.
"Oi, oi, jangan mengambil cemilan orang seenaknya, Ahomine!" seru Kagami kesal.
"Hm? Tidak apa, kan?" sahut si 'Ahomine'. "Oya, jangan panggil aku 'Ahomine', Bakagami!"
Aomine Daiki, 23 tahun, seorang polisi. Ia merupakan mantan Kiseki no Sedai generasi entah keberapa itu. Aomine juga merupakan mantan ace Touou dan pernah dikalahkan oleh Seirin dalam Winter Cup saat semasa SMA dulu.
"Hah … memang benar kau Aho, kan?"
"Kau juga harus mengaca, Baka!"
Kagami menghepaskan tubuhnya ke sofa. Memiliki tetangga seperti Aomine memang cukup merepotkan. Setiap hari, Aomine pasti menyelinap masuk ke apartemennya dan mngambil cemilannya dengan kunci cadangan pintu apartemennya yang entah bagaimana bisa Aomine dapatkan. Seingatnya, Kagami hanya memberikan kunci cadangan kepada para pemain tim basket SMA Seirin semasa ia SMA dulu atau Himuro Tatsuya dan Alex. Rasanya ia juga tidak berniat sama sekali untuk memberikan kuncinya pada Aomine. Tapi yah … lebih baik tidak usah terlalu dipikirkan selama Aomine tidak mengacak-ngacak rumahnya.
"Jadi, bagaimana kabar tulisanmu, Novelis-san?" tanya Aomine meledek. "Pekerjaan sampinganmu itu cukup merepotkan loh."
Pekerjaan sampingan. Tentu saja. Pekerjaan utama Kagami ialah menjadi seorang pemadam kebakaran. Namun berhubung Jepang sudah menjadi negara damai, kebakaran di distrik tempat ia bekerja itu jarang terjadi. Itulah mengapa Kagami memilih menjadi novelis sebagai pekerjaan sampingannya.
"Jujur saja, cukup merepotkan," jawab Kagami. "Oya, boleh aku meminta bantuan?"
"Apa?" Aomine kini berniat meneguk segelas air dingin.
"Tolong bantu aku mencari ide untuk novel Boys Love."
Seketika Aomine langsung menyemburkan air yang tadi ia sempat minum itu.
.
.
.
To be continue
A/N: Kyaa! Akhirnya bisa juga bikin OTP yang satu ini. Semoga kalian suka, ya! By the way, maaf ya kalau kependekan ._.
