Dominar
by Chanyeolight
Cast : Luhan, Sehun, Chanyeol, Baekhyun, and other cast
Pairing: Hunhan, slight! Chanbaek
Disclaimer : This story belongs to me, the cast(s) belongs to themselves
Warning : BL, Boyslove, boyxboy, OOC, Yaoi, typo(s)
.
.
.
.
Seorang pemuda cantik terbangun dari tidurnya karena mendengar suara alarm. Luhan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6.30 pagi. Luhan terkejut dan segera menghambur ke kamar mandi. Ia ada kelas pukul 7. Dan dosen yang mengajar hari ini adalah Oh seonsaengnim, guru yang paling di takuti di kampusnya. Menurut Luhan, pria itu tidak pantas menjadi dosen. Karena menurut Luhan, Oh seonsaengnim mempunyai tubuh yang tinggi, kulit putih pucat, hidung mancung, dan juga bibir yang seksi.
Setelah selesai mandi, Luhan kemudian mengambil hp nya lalu menghubungi seseorang.
"Halo, luhan hyung? ada ap-"
"Antarkan aku ke kampus, 10menit lagi kau sudah harus ada di depan rumahku! Jika terlambat mati kau Park Chanyeol" ucap Luhan. Walaupun rumahnya dan rumah Chanyeol tidak bertetangga tetapi persetan dengan itu. Luhan berpikir jika ia naik motor mungkin akan sampai jam 7 tepat.
"Kau pikir aku supir pribadimu?! Lagipula kau tahu sendiri Hyung, motorku masuk bengkel kemarin"
"Demi tuhan Park Chanyeol! Hyung mu yang manis ini akan terlambat dan dihukum oleh dosen tam– dosen galak maksudku" Luhan sangat yakin jika Chanyeol tau kalau Luhan menyukai dosennya sendiri, tiang itu pasti akan menertawainya habis habisan.
"Jika aku jadi kau, sekarang aku lebih memilih mencari taksi daripada mengomeli orang yang tidak bersalah. Memangnya siapa dosenmu hari ini? tidak biasanya kau panik seperti ini"
"Dosenku hari ini adalah oh sehun dan berbahagialah kau Park karena tidak ada jadwal hari ini"
"Ohh, si mayat berjalan itu" menurut Chanyeol, dosen itu memang seperti mayat berjalan. Sikap nya yang dingin ditambah dengan kulitnya yang pucat pasi membuatnya terlihat seperti mayat berjalan.
"Yak! Park Chanyeol bodoh! berhenti menyebutnya seperti itu!"
"Kenapa hyung? Kenapa kau marah saat aku mengejeknya? Ah~ kau jatuh cinta pada dosenmu sendiri? Hahahahah" tawa Chanyeol terdengar sangat menyebalkan di telinga Luhan.
"Ti-tidak! Sudahlah aku terlambat. Berbicara denganmu hanya membuang buang waktuku saja"
"Hahahaha aku doakan semoga kau terlambat dan kau dihukum dan dibawa kerumah nya dan kau akan di-"
Luhan menutup telfonnya karena tidak ingin mendengar lebih jauh ucapan Chanyeol. Ia tersipu saat membayangkan apa yang diucapkan oleh Chanyeol. Lalu ia melirik jam dinding dan
"SIAL! Ini sudah jam 6.50" Luhan bergegas keluar dari rumahnya dan pergi ke kampus menggunakan taksi
Jam sudah menunjukan pukul 7.15 saat Luhan sampai di depan kelasnya. Dengan berat hati ia membuka pintu kelasnya. Oh sehun yang tadinya sedang mengajar, menoleh kearahnya.
"Kau terlambat 15 menit"
"Maaf saem, tadi pagi aku bangun sedikit terlambat"
"Memangnya aku bertanya?" Luhan hanya bisa menghela nafas berat. Sikap dosen nya yang satu ini memang sedingin es.
"Duduk." perkataan Sehun menyadarkan Luhan yang sedang melamun
"T-terimakasih saem" ucap Luhan sambil membungkuk
Belum sempat Luhan duduk, Sehun sudah kembali berucap
"Setelah ini, datang ke kantorku untuk menerima hukuman"
"Ne saem" Luhan hanya dapat menghela nafasnya.
.
.
Sekarang, Luhan sedang berjalan menuju kantor dosen tampannya itu. Luhan sempat ragu saat berada diambang pintu. Tetapi ia memutuskan masuk ke ruangan itu agar tidak ada huruf F pada nilainya nanti. Lalu setelah meyakinkan hatinya, ia mengetuk pintu kayu itu.
"Masuk" sahut sebuah suara dari dalam.
"Permisi"
"Duduklah" Sehun memerintahkan Luhan untuk duduk dikursi depan mejanya.
"B-baiklah saem" Luhan gugup, sangat gugup. Entah karena ia takut dengan hukuman yang menantinya atau karena ia sedang berdua dengan Sehun disini.
"Kau tahu kalau kau salah, bukan?"
"N-ne saem"
"Jadi kau harus siap menerima hukuman apapun"
Luhan meneguk saliva nya. Hukuman apapun. Apapun. Luhan takut disuruh membuat laporan dalam waktu satu hari, seperti saat terakhir kali ia dihukum.
"T-ta-tapi saem"
"Tidak ada tapi. Datang ke alamat ini nanti malam pukul 9" ucap Sehun seraya memberinya secarik kertas. Setidaknya Luhan lega, karena hukuman yang diberikan tidak seperti yang ia kira.
"Saem, boleh saya bertanya?" tanya Luhan hati-hati
"Apa?"
"Hukuman apa yang anda berikan pada saya?" Sejujurnya Luhan ingin bertanya 'apa yang akan kau lakukan padaku' tetapi ia tahu jika itu tidak sopan.
"Kau akan tahu setelah datang kesitu" Sehun menunjuk pada kertas itu.
"Baiklah"
.
.
.
.
"Kau yakin akan baik baik saja hyung?" tanya seorang pria tinggi pada pria yang lebih tua dihadapannya ini
"Tentu saja, ia tidak mungkin memukuli muridnya sendiri, kan?"
"Bukan itu maksudku. Aku hanya khawatir saat kau pulang dari sini, Hyung bawelku ini sudah tidak perawan lagi" Chanyeol tertawa saat ia berhasil menggoda hyung nya ini.
"Aku laki laki, Park-Bodoh-Chanyeol!" Luhan dengan senang hati menggeplak kepala Chanyeol.
"Aw! Sakit hyung! Lagipula memang kenapa jika kau laki laki?"
"Aku perjaka, bukan perawan" Luhan mengerucutkan bibirnya.
"Tidak usah bersikap sok manis hyung. Baekhyun-ku 100x lebih manis darimu"
Luhan memutar matanya jengah. Sepertinya isi kepala Chanyeol hanya seks, baekhyun, dan seks dengan baekhyun.
"Sudahlah. Aku masuk dulu. Kau pergi saja sana" ujar Luhan seraya megibaskan tangannya tanda menyuruh Chanyeol untuk segera pulang. Walaupun Luhan tau Chanyeol tidak akan pulang ke rumahnya sendiri, melainkan ke rumah Baekhyun.
"Ingat pesanku hyung. Pakai pengaman jika ingin melakukan itu. Jika tidak kau bisa hamil" setelah mengucapkan itu, Chanyeol buru-buru pergi sebelum luhan kembali memukul kepalanya.
"Dasar bodoh! Aku laki-laki!"
Setelah mengomeli Chanyeol yang sudah pergi jauh, Luhan mulai memasuki kawasan apartemen mewah ini. Ia tidak tahu jika dosen yang selama ini ia puja adalah orang kaya. Ia menekan angka 9 pada lantai lift. Pada kertas yang diberi Sehun, tertera 'kamar nomor 520'.
Saat sampai di depan pintu ruangan yang ia tuju, Luhan melirik jam tangannya. Ia datang pukul 8.55 yang berarti ia tidak terlambat seperti tadi pagi. Luhan memencet bel kamar tersebut.
Pintu kamar itu terbuka dan menampilkan sosok pria tampan. Luhan terpana melihat penampilan Sehun saat ini. Kaus putih polos yang di padukan dengan celana pendek bewarna hitam, dan jangan lupakan rambut nya yang masih basah dengan handuk yang berada di pundaknya. Sangat berbeda dengan Sehun saat mengajar. Terkesan lebih santai dan– seksi?
"Oh kau sudah datang"
Ucapan Sehun barusan menyadarkan Luhan dari lamunan pria itu.
"Ne seonsaengnim" ucap Luhan lalu ia membungkuk sopan
"Masuklah"
"B-baik"
Apartemen Sehun didominasi oleh warna putih. Memiliki kesan yang mewah. Walaupun sejujurnya kamar ini terlihat berantakan karena banyak baju kotor berserakan di lantai, juga ada piring kotor di wastafel. 'Apa dia terlalu sibuk untuk mengurus tempat tinggalnya sendiri?' batin Luhan.
"Duduklah. Mau minum apa?"
"Apa saja saem"
Sehun beranjak ke dapurnya lalu kembali dengan secangkir americano dan sekaleng soda. Sehun menyodorkan americano pada Luhan, sedangkan ia sendiri minum soda. Sehun tidak terlalu suka kopi. Menurutnya bubble tea berkali kali lipat lebih baik dibanding minuman pahit itu.
"Terimakasih saem" ucap Luhan diiringi senyum lebarnya membuat pria di depannya ini tertegun.
Luhan sangat bahagia saat ini. Pertama, didepan nya ada Oh Sehun yang terlihat sangat tampan walaupun hanya menggunakan pakaian santai. Kedua, ia disuguhi minuman kesukaan nya. Ketiga, minuman kesukaan nya dibuatkan langsung oleh orang yang ia suka, Oh Sehun. Tanpa pikir panjang Luhan langsung meneguk minuman itu. Tunggu, bukankah dosen nya ini tadi berkata akan memberinya hukuman? Apakah Sehun memasukan racun pada kopi nya? Luhan mulai panik membayangkan jika ia baru saja meminum racun. Sehun menyadari perubahan raut wajah Luhan.
"Ya. Aku memasukan racun pada minumanmu" jawab Sehun seolah ia dapat membaca pikiran Luhan. Dan tentu saja ucapan Sehun barusan membuat Luhan panik setengah mati. Luhan belum mau meninggal semuda ini. Masih banyak impiannya yang belum tercapai. Berpacaran dengan Sehun, misalnya.
"A-Apa?! K-kau serius? Aku tidak mau mati muda! Brengsek!" tanpa sadar Luhan mendorong bahu Sehun sambil menahan tangisnya. Tidak sadar bahwa ia baru saja memaki dosen paling disegani di kampusnya.
Dengan gerakan cepat, Sehun memojokkan badan Luhan ke tembok terdekat. Luhan yang terkejut hanya dapat memberi tatapan kesal dan bingung. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Sehun. Wajah Luhan saat ini sangat manis hingga seorang Oh Sehun hampir kehilangan kendali. Sehun mengecup bibir manis Luhan, membuat sang pemilik terdiam karena terlalu terkejut dengan keadaan saat ini.
"Itu untuk membayar minumanmu"
"Dan ini hukumanmu karena mengataiku brengsek"
Setelah ucapan Sehun barusan, ia mencium Luhan untuk yang kedua kalinya. Menghisap bibir manis yang sudah lama diincarnya. Lidah Sehun memasuki rongga mulut Luhan. Mengajak lidah Luhan untuk beradu. Sehun menghisap bibir Luhan, membuat Luhan melenguh pelan. Setelah beberapa lama Sehun maupun Luhan belum melepaskan tautan lidah mereka. Hingga Luhan memukul pelan dada Sehun, menandakan paru-paru nya membutuhkan asupan oksigen. Sehun mengerti dengan kode yang diberikan Luhan. Walaupun ada sedikit rasa tidak rela, tapi ia memilih melepaskan tautan mereka karena tidak mau -calon- kekasih nya ini terluka.
Mata rusanya dan bertemu dengan mata indah Sehun yang juga sedang menatapnya. Wajah Luhan memerah dan ia menundukan kepalanya berharap Sehun tidak melihat wajah merahnya. Melihat tingkah Luhan yang sangat menggemaskan membuat Sehun tertawa kecil. Mendengar Sehun tertawa, Luhan tiba-tiba mendongakan kepala nya.
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu kau bisa tertawa" ujar Luhan dengan muka polosnya. Jujur saja, Luhan tidak pernah melihat Sehun tertawa bahkan Sehun tidak pernah tersenyum saat mengajar.
"Aku tidak tahu kau sangat berisik"
"Yak! Aku tidak berisik"
"Mana sopan santunmu saat berbicara dengan gurumu sendiri?"
Luhan sempat melupakan fakta bahwa ia sedang berhadapan dengan dosen nya.
"M-maaf saem"
"Sudahlah. Sekarang aku akan memberitahu mengapa aku menyuruhmu datang kesini"
"Kau….ingin memberiku...hukuman?" tanya Luhan ragu-ragu.
"Ya. Dan hukuman mu adalah kau harus menjadi maidku selama 3bulan" Sehun tau ini gila. Tapi hanya ini satu-satunya cara agar murid manisnya ini selalu berada di dekatnya.
"M-ma-maid?! K-kau memintaku menjadi maid?!"
"Hm" Sehun terlalu malas untuk menjawab pertanyaanya.
"Kau gila!" Luhan tidak menyangka akan dihukum seperti ini. Walaupun dia menyukai Sehun, tetapi bukankah untuk menjadi maid itu terlalu berlebihan? Tidak adakah hukuman yang lebih baik?
"Menurut saja atau nilaimu F semua Xi Luhan" ucap Sehun penuh penegasan
"Baiklah" pada akhirnya Luhan menerima hukuman- atau lebih tepatnya paksaan dari guru tampannya ini.
.
.
.
.
TBC/END?
.
.
Author's note: Hai, ini ff pertama aku maaf kalo kurang memuaskan, kurang romantis, ga dapet feel pas bacanya, banyak typo atau apapun yang bikin kalian kecewa, karena aku masih harus banyak belajar buat bikin ff yg bagus. Dan makasih buat yang udah mau nyempetin baca ff ini. With love, chanyeolight
