Disclaimer:

Naruto milik Masashi Kishimoto

Sword Art Online milik Reki Kawahara

.

.

.

Pairing: (?)

Genre: adventure/family/scifi/romance

Rating: T

Setting: Canon (Sword Art Online)

Minggu, 15 Mei 2016

.

.

.

Fic request untuk Firdaus Minato

.

.

.

MY BROTHER, YOU ARE THE BEST

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

Kirigaya Naruto. Itulah namaku.

Aku adalah seorang anak laki-laki berambut pirang jabrik. Bermata biru. Ada tiga garis seperti kumis kucing di dua pipiku. Kulitku berwarna kecoklatan. Tubuhku lumayan tinggi. Umurku sudah memasuki 17 tahun di bulan Oktober ini. Mungkin aku sudah duduk di kelas 2 SMA sekarang. Begitulah kira-kira yang kupikirkan.

Tapi, saat ini aku tidak bersekolah lagi melainkan menjelajahi ke seluruh lantai yang ada di Aincrad ini. Berburu monster, mengalahkan para penjahat yang mengganggu pemain lain dan juga ikut menaklukkan boss monster yang menjaga pintu lantai selanjutnya. Aku bergerak sendirian tanpa ada seorang pun yang menemaniku. Itu dikarenakan aku adalah pemain tunggal atau pemain solo. Aku tidak mau terikat hubungan dengan siapapun semenjak terjebak dalam game kematian ini, dua tahun yang lalu. Aku tidak mau mempercayai siapapun selain adikku sendiri. Hanya adikku yang kupercaya.

Ya, kenyataan sesungguhnya yang kuhadapi sekarang ini, aku benar-benar sudah terjebak dalam permainan game virtual reality yang bernama Sword Art Online ini. Bukan hanya aku saja yang terjebak, melainkan 25.000 pemain lainnya. Mereka semua bernasib sama denganku. Mereka terjebak dalam permainan game virtual reality ini karena perbuatan GM yang bernama Akihiko Kayaba. Dia telah memenjarakan semua pemain dalam dunia game yang dibuatnya. Tanpa alasan yang jelas. Sampai sekarang pun aku tidak mengerti apa tujuannya menjebak para pemain di game kematian ini. Tapi, para pemain diberi satu jalan keluarnya agar bisa menyelamatkan diri dari bahaya kematian yang menghampiri mereka yaitu dengan cara mengalahkan boss monster yang menjaga setiap lantai sampai akhir. Setelah mencapai lantai ke-100, maka para pemain bisa mengalahkan boss monster yang terakhir. Dengan begitu, para pemain terselamatkan dan bisa keluar dari game ini setelah boss monster terakhir sudah dikalahkan.

Begitulah caranya yang dikatakan Kayaba pada saat hari pengumuman bahwa game ini berubah menjadi game kematian. Hal ini mengakibatkan psikis dan mental para pemain terguncang hebat. Bahkan ada yang bunuh diri karena tidak tahan mengalami guncangan mental yang menghantamnya. Ada juga sebagian dari mereka masih menunggu bantuan yang datang dari luar. Ada juga sebagian yang mendirikan guild dan party. Sedikit di antaranya menjadi pemain solo termasuk aku, tentunya. Mereka akan melakukan suatu perubahan dan rencana untuk menaklukkan boss monster yang menjaga setiap lantai agar bisa secepatnya keluar dari game kematian ini.

Hasil perjuangan dari pemain-pemain yang aktif di guild dan party ini, mereka berhasil mencapai lantai 75. Aku mendengar rumornya bahwa ada seorang pria yang dikenal sebagai "Black Swordman" yang telah berhasil mengalahkan boss monster yang menjaga lantai 75. Black Swordman itu memakai teknik Dual Sword, teknik skill pedang yang langka di SAO (Sword Art Online). Itu adalah teknik yang jarang digunakan oleh para pemain lainnya selain ketua pemimpin guild Knight of Blood. Dia sangat hebat. Semua pemain di seluruh lantai ini mengakui kehebatannya. Maka pria yang menggunakan teknik Dual Sword itu dijuluki sebagai Black Swordman.

Itulah yang terjadi di SAO sampai saat ini. Aku sendiri masih menjadi pemain solo dan berjuang dengan kekuatanku sendiri. Dibekali dengan pedang berwarna jingga yang terpasang di punggungku sekarang. Atasan yang kukenakan berupa jaket lengan panjang berwarna jingga yang kuresletingkan. Kedua tanganku memakai sarung tangan hitam dengan jari-jari yang terbuka. Bawahan yang kukenakan adalah celana panjang jingga. Sepatu sporty berwarna hitam membungkus kakiku.

Begitulah gambaran penampilanku selama terjebak di SAO.

Kini aku sedang mencari keberadaan adikku yang juga ikut terjebak di SAO. Sudah hampir dua tahun di SAO ini, aku mencarinya. Tapi, sampai sekarang aku belum menemukannya. Dia berjarak setahun lebih muda dariku. Namanya Kirigaya Kazuto. Dia adalah adik yang sangat baik dan selalu kumanja sejak kecil. Kami adalah anak yatim piatu karena orang tua kami meninggal dunia akibat kecelakaan. Lalu kami pun tinggal dan diasuh oleh keluarga Kirigaya yang masih ada hubungannya dengan ibu kami. Kami diperlakukan seperti anak sendiri oleh Tante kami. Kami juga mempunyai adik sepupu perempuan yang bernama Kirigaya Suguha. Suguha lebih muda dua tahun dariku. Kami pun tumbuh bersama-sama hingga sampai remaja. Kami saling menyayangi seperti saudara sendiri.

Tentang keluargaku yang tidak pernah kutemui lagi setelah dua tahun di SAO. Itulah mereka. Aku masih mengingatnya dengan baik meskipun aku masih hidup di dunia digital ini. Perasaan yang merindukan ingin keluar dari game kematian, terus menggebu-gebu diriku untuk terus maju dan bertahan hidup selama terjebak di dunia nyata kedua ini. Bertemu Suguha, ibu dan ayah sekali lagi. Itulah keinginanku. Aku mencoba untuk terus berjuang ikut menaklukkan boss monster di setiap lantai atas keinginan untuk bertemu keluargaku di dunia nyata sana. Di sisi lain, ada keinginan mencari Kazuto yang kini keberadaannya entah di mana. Entah nama apa yang dipakainya selama bermain di game ini. Aku tidak tahu pasti. Yang kuingat terakhir sebelum mengenal SAO, Kazuto selalu mengurung dirinya di kamar setelah pulang sekolah. Dia akan keluar saat aku atau Sugu-chan yang memanggilnya. Entah apa yang dilakukan Kazuto di dalam kamarnya. Dia hanya mengatakan padaku kalau dia hanya bermain game dan mengerjakan suatu proyek. Hal itu menjadi kesibukan terbarunya setelah berhenti berlatih kendo. Dia terlihat bersemangat saat menceritakannya. Aku mendengarkannya dengan penuh antusias.

Kemudian pada suatu hari, aku tidak sengaja masuk ke kamar Kazuto karena ingin meminjam game yang pernah diceritakannya. Aku pun menemukan helm yang berbentuk aneh bernama Nerve Gear dan sebuah game yang bernama SAO yang tergeletak di atas tempat tidur adikku. Saat itu, Kazuto belum pulang sekolah. Lalu aku penasaran tentang Nerve Gear itu. Maka kucari tahu sendiri Nerve Gear itu melalui internet dan cerita dari teman-teman dekatku. Bahwa Nerve Gear adalah alat yang bisa membawa penggunanya masuk ke dalam game secara nyata. Sistem permainan yang sangat canggih keluaran terbaru di tahun 2022. Suatu perusahaan terkemuka yang telah memproduksinya sebagai pengganti stick dalam permainan biasa. Maka dikembangkanlah Nerve Gear yang bisa membuat jiwa penggunanya masuk ke dalam game dan merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi pemain yang berada di dalam game. Berbagaimacam permainan sudah diujicoba melalui Nerve Gear ini. Hingga muncullah game virtual digital yang bernama SAO ini. Sebuah game yang sangat nyata dan bergenre petualangan untuk menjelajah kastil melayang berlantai 100, Aincrad. Menyedot banyak orang ingin mencobanya secara langsung. Aku pun tertantang untuk mencoba bermain di SAO ini. Kuminta pada ibu agar ibu membelikan aku Nerve Gear itu tanpa sepengetahuan Kazuto dan Sugu-chan. Ibu pun menyetujuinya dan membelikan Nerve Gear itu padaku. Aku senang sekali saat mendapatkannya dari ibu. Game SAO itu juga sudah kubeli dengan hasil tabunganku sendiri. Setelah itu, aku mencoba bermain SAO lewat Nerve Gear. Aku pun terdaftar sebagai beta tester. Sampai pada akhirnya, pengumuman game kematian itu datang. Aku menjadi syok mendengarnya dan ...

SET!

Langkahku terhenti di antara keramaian para pemain yang berjalan hilir mudik di sekitarku sekarang. Aku sedikit menundukkan kepalaku karena mengingat semua yang terjadi di hari pengumuman game kematian itu. Aku merasa sangat syok dan hampir mengalami putus asa karena terguncang hebat. Tapi, aku langsung teringat semua kata yang pernah diucapkan Kazuto sehingga menyadarkan aku dari keterpurukanku selama tiga hari di penginapan. Aku harus tetap hidup dan berjuang agar bisa keluar dari game ini. Aku tidak boleh terlihat lemah. Aku tidak ingin menjadi pecundang yang kalah dari game ini. Aku harus maju melangkah demi menjalani hidup di dunia digital ini. Aku harus menjadi orang yang paling kuat. Sekuat seperti Kazuto.

GYUT!

Kedua tanganku mengepal kuat. Wajahku menjadi sangat serius. Aku memantapkan hatiku untuk terus maju melangkah. Demi mencari adikku yang juga terjebak di dunia digital ini. Aku yakin adikku ada di sini sebab aku pernah menemukan game SAO itu di dalam kamarnya. Adikku penyuka game. Pasti dia sudah berjuang mati-matian demi bertahan hidup di SAO. Dia tidak tahu jika aku juga bermain di SAO ini. Karena itu, aku harus secepatnya mencari tahu tentang dirinya. Kazuto, tunggulah aku.

TAP! TAP! TAP!

Langkahku kuayunkan kembali karena sekarang aku berada di Algade City. Karena aku ingin memeriksa sekali lagi tanda-tanda keberadaan adikku. Entah siapa dia di dunia ini. Aku tidak tahu dia menggunakan nama apa. Namun, yang pasti aku akan menemukannya sebelum game ini berhasil ditaklukkan. Aku ingin memastikan Kazuto tetap hidup dan baik-baik saja selama di dunia digital ini. Itulah harapanku.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Maaf, telat buatnya Firdaus. Ini udah saya buat ulang. Segini aja dulu untuk tahap perkenalan. Apa betul ceritanya begini?

Nanti saya sambung di chapter 2 ya ...

PLEASE REVIEW!

Minggu, 15 Mei 2016