"…Intinya berita ini benar-benar menarik!"
.
.
Title: The Truth
Rated: T
Character(s): Kim JongIn, Oh SeHun, Park ChanYeol, Byun BaekHyun, Huang ZiTao, HyoRin [SISTAR].
Pair: Kim JongIn & Oh SeHun.
Genre(s): Drama, Humor, Romance, Alternatif Universe [AU].
Disclaimer: SMTown – EXO and another characters belong to God and their family.
Warning: Out Of Character, Typo(s) maybe, Hancur, Freak, OneShot.
.
.
Seorang pemuda bersurai blonde tengah bersiul santai—mengikuti irama lagu yang tengah ia dengarkan dari smartphonenya melalui headphonenya. Hari ini terlalu cerah untuk dilewatkan, sehingga sayang jika dirinya harus repot-repot memikirkan pelajaran sebegitu banyaknya; padahal jauh di luar sana, keindahan telah merayunya untuk bermain bersama mereka.
TUK!
Ia membuka sebelah matanya, melirik seseorang yang mengganggu tidurnya di atap sekolah. Tampak seorang—ah! Tidak—dua orang pemuda tersenyum idiot kearahnya. Entah apa yang lucu sebenarnya. JongIn membenarkan posisinya menjadi duduk bersila. Ia melepaskan headphone di kedua telinganya, dan memandang kedua sahabatnya aneh. "Ada apa? Bukankah tadi kalian berdua tidak mau membolos bersama?—berubah pikiran, eoh?"
Pemuda pertama; memiliki ciri fisik, bersurai dark chocolate, dan berbadan lebih kecil darinya, terkekeh sebentar, ia menepuk pundak JongIn keras—nyaris membuat JongIn terjengkang kebelakang. Sahabatnya yang satu ini memang terlalu over terhadap sesuatu, salah satunya menyangkut hal-hal yang lucu, seperti tadi contohnya. "Ouh! Sorry, Kai." Ucapnya dengan ekspresi sedikit bersalah, tetapi tak lama—tidak sampai sedetik—mimiknya kembali menjadi bodoh, tidak lupa cengiran lebarnya.
Apakah perumpamaannya terlalu kasar?—ah! Tapi sudahlah, mereka juga menerimanya dengan ikhlas.
"Di kelas, Kang Seonsaengnim tidak berangkat. Beliau mengambil cuti kelahiran anak pertamanya—jadi sekarang kelas sedang kosong. Kang Seonsaengnim juga hanya memberi tugas, dan kebetulan sekali tugas itu tidak harus dikumpulkan. Lalu, alasan kita menghampirimu kemari adalah…"
"—Kalian kesepian, dan tidak tahu harus berbuat apa. Ingin kekantin tapi tidak punya uang. Makanya kalian menghampiriku kemari kan?" BaekHyun terkikik pelan, "Kau tahu saja kami seperti apa. Tapi ada berita bagus yang harus kau dengarkan! Err… sebenarnya kami juga tidak tahu ini berita bagus atau sebaliknya. Intinya berita ini benar-benar menarik!"
JongIn memutar bola matanya malas. Terlalu bertele-tele seperti biasa—yang anehnya masih saja JongIn bertahan dengan mereka. BaekHyun tersenyum, dan menyenggol pemuda kedua; memiliki ciri fisik, berrambut brown, berbadan tinggi melebihi rata-rata, dan bertelinga lebar, tertawa keras. "Oh SeHun telah menikah diam-diam!" Mata JongIn terbelalak seketika. Itu bohong! Yakinkan dirinya berita itu bohong!
"Apa kau bilang?"
"Sudah kukatakan, bahwa berita ini kelewat menarik. Hingga JongIn akan menanggapinya, kau kalah taruhan denganku, Park ChanYeol!—berikan jaminan uangnya!" tagih BaekHyun kepada ChanYeol, dan meninggalkan kestressan JongIn tanpa bertanggung jawab. Mereka berdua itu , sahabat macam apa? Dengan mendesah kecewa, akibat kehilangan uang makannya, ChanYeol memberikan uangnya kepada BaekHyun tidak ikhlas.
Merasa terasingkan, JongIn mendengus, "Ya!—tidak lihatkah aku juga berada disini? Kenapa kalian justru mengacuhkanku? Apa yang terjadi? Oh SeHun diam-diam menikah?" ChanYeol tersenyum masam—masih tidak rela JongIn menanggapi berita ini dengan antusias, membuat makan siangnya diundur. "Seperti yang barusan kukatakan. Oh SeHun menikah diam-diam. Tidak tahu berita itu berawal muncul darimana, tapi setahuku, ZiTao-lah pasangannya itu."
ZiTao?—pemuda bermata panda itu?
JongIn mengangguk-anggukan kepalanya, "Oh, hanya itu? Tidak ada yang lain?" BaekHyun dan ChanYeol serempak menggeleng, "Jadi Kai, kau masih berminat mengatakan perasaanmu kepadanya?—setelah mengetahui bahwa SeHun telah menikah diam-diam." Salah satu alisnya terangkat, sebelum tersenyum miring. "Kalian mengatakan bahwa berita ini asli?" BaekHyun dan ChanYeol menggeleng sok polos, "Kalau begitu, kenapa aku harus menyerah. Ini masih gossip, dude." Ujarnya enjoy, setelah itu kembali memasang headphone di kedua telinganya dengan mata terpejam.
BaekHyun hampir menjatuhkan rahangnya, tetapi keburu ChanYeol sikut, menyebabkan BaekHyun menoleh kearah pemuda itu dengan cepat. ChanYeol menaik turunkan alisnya, dan tersenyum lebar—lebih lebar daripada sebelumnya. Dia memajukan telapak tangan kanannya, "Kembalikan uangku, kau lihat? Kai tidak peduli dengan berita itu." BaekHyun tertawa kaku, ia mengambil uang ChanYeol dari saku celananya, tetapi kembali memasukkannya, ketika melihat ChanYeol lengah. Ia menunjuk langit dengan ekspresi takjub, "Lihat! Ada superman terbang!" Dengan cepat ChanYeol mengikuti arah yang ditunjukkan BaekHyun, saat itu pula BaekHyun pergi meninggalkan ChanYeol, "Tapi hanya bungkus supermannya!"
ChanYeol berjengit, ia melihat ke tempat BaekHyun semula—yang telah tak berpenghuni. "Sialan kau, BaekHyun! Kembalikan uangku!"
.
.
"Say A…" pinta seorang pemuda bersurai pirang sambil menyodorkan sandwich yang mereka—atau yang dirinya beli untuk orang di sampingnya kini. Sedangkan pemuda bersurai brunette di sampingnya, hanya melirik tajam pemuda itu, ia menutup komik yang dibacanya, dan menolehkan kepalanya kearah pemuda pirang itu. "Aku tidak lapar, Tao." Tao mengerucutkan bibirnya, merajuk SeHun agar segera menghabiskan sandwichnya yang teranggurkan. "Tapi kau belum makan, babe. Makanlah selagi sandwich ini masih enak."
SeHun menggelengkan kepalanya, ia melipat tangannya di depan dada, "Kenapa tidak kau saja yang memakannya?—aku tahu kau juga belum sarapan kan?" Tao menaruh kembali sandwich itu ke dalam kantung makan, "Itu karena kau tidak memasakkannya untukku." SeHun hanya tertawa kecil mendengarnya. Dasar kekanakan!
"Salahmu sendiri tidak memintaku untuk membuatkanmu sarapan. Lagipula, apa yang harus aku lakukan jika kulkas saja tidak berisi. Memasakmu?" Tao melipat wajahnya, ia meninju lengan SeHun. Senyum angel SeHun semakin terlihat, ia mengacak surai pirang Tao, "Lain kali aku akan membuatkanmu sarapan—tapi jangan lupa, belilah beberapa bahan makanan di supermarket." Terlihat pancaran kebahagiaan di mata Tao, ia mengangguk pasti. "Okay, honey!—mulai pulang sekolah nanti, aku akan berbelanja bahan makanan. Kau maukan menemaniku berbelanja?"
Tawa SeHun lepas, ia menggeleng pelan. Dia sangat menggemaskan. "Baiklah, tapi jangan terlalu lama, aku tidak ingin menjadi nyamukmu—yang terus berdengung mengikuti kemanapun kau pergi," candanya yang dibalas dengan kekehan Tao. Tapi keharmonisan hubungan mereka tidak bertahan lama, ketika mendengar bisikan beberapa gadis di meja sebelah mereka.
"Kau lihat, mereka tertawa bersama!—ah! Rasanya aku ingin meleleh sekarang juga. Mereka berdua terlalu tampan. Sayang, kenapa mereka berdua harus bersama? Kalau seperti ini, sudah pasti aku akan kalah telak." Bisik seorang gadis tan bersurai jingga, putus asa. Gadis di depan mejanya—sepertinya sahabat gadis jingga itu—melirik kearah tangan SeHun dan Tao, dia mengernyit dengan mata memicing, kemudian menghela napas, "Kau lihat, HyoRin-ah. Mereka berdua sama-sama memiliki cincin. Bukankah itu sudah mengartikan segalanya? Kita kalah."
Tao dan SeHun terdiam, ia tidak menoleh kearah gadis-gadis manis itu—mereka hanya mendengarkan perkataan mereka dengan wajah kosong. Tao mendekat, dan berbisik tepat di telinga SeHun, "Mereka telah mengetahui status kita yang sebenarnya?" Terlihat tatapan hampa dari SeHun. Ia tidak menjawab; atau tidak mendengarkan? Tao mengibas-ibaskan tangannya di depan SeHun. Apakah SeHun terlalu shock mengetahui status mereka yang—sebentar lagi—terbuka?
"Hunnie, kau mendengarku?"
"—Ah! Iya!" pekiknya tiba-tiba, namun setelah tersadar, SeHun menggeleng dan tersenyum. Ia kembali membuka komiknya, "Tidak, biarkan saja mereka berbicara seperti itu. Lagian, aku juga tidak terlalu peduli kalaupun hubungan kita terbuka." Tao hanya terdiam. Oh SeHun… kau benar-benar istimewa. Ia kembali tersenyum dan mencium pipi SeHun kilat. "Aku semakin mencintaimu!"
"Ya! ZiTao! Apa-apaan kau?"
.
.
Hatinya panas. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya terkepal—tapi sebisa mungkin JongIn menahan rasa kita-bunuh-hubungan-SeHun-ZiTao secepatnya. Ia tidak mungkin membuat keonaran hanya karena masalah cemburu semata. Kalau JongIn disuruh memilih 'Damai' atau 'Rebut'; lebih baik ia memilih jalur 'damai'. Semua masalah tidak harus diselesaikan dengan kekerasan, bukan?
Seseorang menyenggol-senggol lengannya, mengalihkan rasa cemburu itu seketika. BaekHyun tersenyum kecil, lalu berbisik, "Kau lihat tadi? Tao berani-beraninya mencium pipi SeHun di kantin!—Woah! Lantas apa yang kau lakukan disini, JongIn? Ayo, bunuh ZiTao! Rebut SeHun dari tangannya! Keluarkan jiwa lelakimu! C'mon Kai!" Bukannya mengikuti provokasi BaekHyun, JongIn justru menyemburkan tawanya, kemudian diikuti oleh ChanYeol. BaekHyun memandang bingung JongIn dan Kai, "Kenapa kalian tertawa? Apa yang lucu?"
ChanYeol memasuk-masukkan roti panggang yang mau habis ke dalam mulutnya, setelah mengunyah-kunyahnya, ia meminum-minuman JongIn seenaknya, "Itu minumanku, Dobi!" ChanYeol hanya melemparkan cengirannya, "Mianhae, Kai-ya. Roti panggang ini terlalu memiliki cita rasa yang tinggi—hingga membuatku lupa mana minumanku." Ujarnya, dan disambut dengan suara muntahan BaekHyun, "Bilang saja kau fans Kai."
"So, kenapa kalian tertawa tiba-tiba seperti itu?"
Kai menaruh kedua tangannya di atas meja kantin, dan mendekatkan kepalanya kearah BaekHyun, "Itu karena kau terlihat seperti MC di dalam ring tinju—memprovokasi seseorang dengan begitu mudahnya. Dan yang ada di dalam kepalaku adalah 'Apakah kau tengah mengadakan kursus menjadi MC tinju yang baik?' Itu alasanku tertawa," BaekHyun terdiam sejenak, sebenarnya ia sudah sering mendengar kata-kata melenceng-indah yang dikeluarkan JongIn; mulai dari idiot, gila, sampai cantik—itu adalah yang paling menyakitkan, tapi setelah dirinya mengaca, BaekHyun hanya bisa mengelus dada. Jadi ini alasan dirinya tidak pernah ditembak oleh perempuan daripada laki-laki?
"Baiklah, aku bisa menerima itu. Kadang ada kalanya, aku juga ingin mengikuti les menjadi pembawa acara yang baik. Lalu bagaimana denganmu ChanYeol? Apa alasanmu tertawa?" ChanYeol mengendikkan bahunya santai, lalu tersenyum 3 jari, "Entah, aku sendiri pun tak tahu kenapa aku tertawa." BaekHyun memutar bola matanya malas, tidak adakah alasan yang lebih berbibit, bobot, dan bebet dari perkataan ChanYeol?
God!—sahabat-sahabatnya ini memang crazy.
Pasca keawkwardan itu terjadi, ChanYeol memasang wajah seriusnya kali ini—maka itu artinya dia benar-benar sedang serius. "Kapan kau akan menyatakan perasaanmu? Semakin lama kau menunda pernyataanmu, semakin jauh pula SeHun dari jangkauanmu." JongIn menghentikan acara makannya, ia mendongak menatap ChanYeol, kemudian BaekHyun—dengan tatapan yang seolah berbicara 'Oh! Aku baru mengingatnya!'.
BaekHyun menepuk dahinya, sepertinya virus mereka telah menyebar kepada JongIn. Dengan segera JongIn menghabiskan makanannya dan beranjak dari kursi kantin, ia membersihkan bibirnya, dan menata rambutnya, "Apakah aku sudah rapi?" ChanYeol mengacungkan dua jempolnya, dan BaekHyun mengangguk antusias. "Baiklah, aku akan segera menyusulnya. Apakah kalian mau ikut?"
"Oh man!—Of course!"
.
.
Seluruh siswa dan siswi—dominan siswi sebenarnya, berkumpul di belakang halaman sekolah. Saat ini di depan mereka terdapat 3 pemuda yang tengah dilanda ketegangan. Pasalnya tiba-tiba saja kedua tangan SeHun dan Tao terlepas akibat kedatangan JongIn—yang tidak diundang. Sejujurnya tidak ada saling melempar tatapan tajam, hanya saling menatap saja. Namun saat melihat Tao menghembuskan napasnya lelah, dan tersenyum meninggalkan SeHun dan JongIn di tengah halaman, membuat orang-orang disana menahan napas mereka.
Sebenarnya apa yang akan terjadi?
Kenapa Tao melepaskan SeHun untuk JongIn?
Ada apa ini?
Tao melangkahkan kakinya pelan, mendekati kedua sahabat JongIn. Ia menoleh sejenak untuk melempar senyum manis kearah BaekHyun dan ChanYeol, "Hai, kalian ChanYeol dan BaekHyun kan? Sahabat JongIn?" BaekHyun dan ChanYeol saling bertatapan, dan mengangguk. "Baguslah jika seperti itu. Aku tidak perlu repot-repot lagi bersusah payah mendalami acting ini."
Aneh?
BaekHyun mengerutkan dahinya, "Acting? Maksudmu?"
Kikikan pelan Tao keluarkan, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, "Lihat saja pertunjukkan di depan."
Tampak JongIn memberikan tangan kanannya sembari tersenyum sangat—amat—manis, dan Sehun membalas senyuman JongIn hangat. Tuhan! Ini seperti di dalam surga! Ditemani dengan angin sejuk menerpa tubuh mereka berdua lembut. Menghantarkan friksi-friksi indah. Seakan dunia ini milik mereka berdua.
ChanYeol yang melihat adegan itu menjatuhkan rahangnya, secepat itukah pernyataan JongIn diterima? Tidak hanya ChanYeol, BaekHyun pun tak kalah terkejut, dan siswa-siswi yang lain. Inikah pertunjukkan yang dimaksud Tao?
SeHun memberikan tangan kanannya diatas telapak tangan JongIn. Kedua tangan mereka saling bertaut indah. JongIn mendekat dan memeluk tubuh SeHun, ia berbisik pelan, "Aku terlalu bosan menunggu kita lulus dari Sekolah Menengah Atas ini, dan mengatakan pada seluruh orang bahwa kau sebenarnya telah menjadi milikku. Aku tidak ingin kau jatuh di tangan orang lain. Maafkan aku harus membuka kebenarannya sekarang, Hunnie." SeHun menganggukkan kepalanya dalam diam. Sudah lama ia tidak merasakan kehangatan ini akibat peraturan yang dibuat oleh sekolah—dilarang menikah sebelum lulus. Tetapi untung saja ayahnya adalah kepala sekolahnya. Beruntungnya tidak ada yang mengetahuinya. Ups!
"Aku mengerti, apalagi mengingat kau adalah orang yang tidak sabaran." Sahutnya seraya tertawa.
"Ya! JongIn! Kau tidak membutuhkan ini?" Tao memperlihatkan jarinya yang tersemat oleh cicin indah. JongIn tersenyum, "Tentu saja aku membutuhkan itu!" Dalam genggaman Tao, ia melempar cicin itu kearah JongIn—yang dengan mulus dapat JongIn tangkap. Senyuman merekah JongIn sunggingkan. Ia menyematkan cincin itu ke salah satu jarinya lantas kembali menggenggam erat tangan SeHun.
"Tunggu!—Sebenarnya apa ini?" protes BaekHyun. Tao tertawa keras, "Aku adalah sepupu JongIn dari China. Beberapa bulan yang lalu, aku kembali ke Korea karena akan melanjutkan sekolah di Negara ini. Kebetulan sekali saat itu JongIn dan SeHun telah bertunangan, sejak saat itu aku tinggal bersama mereka—membuatku sering memanggilnya dear, honey, sweety, babe, dan sebagainya. Namun saat mendengar peraturan sekolah yang tidak memperbolehka siswanya menikah, maka sebisa mungkin mereka menunda pernikahan mereka, dan kedekatan mereka di sekolah. Itu sebabnya aku lebih dekat dengan SeHun."
ChanYeol ternganga tidak percaya, "Jadi selama ini kalian?"
JongIn tersenyum, ia mendekati ChanYeol dan BaekHyun, dengan tangan menggenggam SeHun, "Ya, kami telah bertunangan."
"Apa!"
Selanjutnya yang terjadi adalah kepanikkan diantara semua siswa. Oh jangan sekarang! ChanYeol pingsan!
.The End.
.
.
"Plus-plus"
Saat ini JongIn dan SeHun berada di taman kota. Semenjak kejadian tadi siang di sekolah, kedua tangan mereka tidak henti-hentinya saling menggenggam—seolah takut mereka tidak akan pernah bertemu kembali. JongIn mengacak rambut SeHun pelan, "Aku mencintaimu, SeHun."
SeHun terkekeh, ia menendang tulang kaki JongIn, membuat JongIn terpekik kesakitan—sambil melompat-lompat tidak jelas. "Kenapa kau menendangku?"
"Itu karena kau bodoh!—sekarang semua siswa tahu kita telah bertunangan!"
"Lalu apa salahnya? Kau menyesal telah bertunangan denganku?"
SeHun mendongak, menatap langit bersinar terang di atas. Walaupun terlihat samar, tapi JongIn melihat dengan mata kepalanya sendiri, SeHun menganggukan kepalanya. "Kau benar-benar menyesal?"
"Iya, aku menyesal, kenapa mereka mengetahui kita setelah kita bertunangan?—aku ingin mereka mengetahui kita telah menikah." Ujarnya dengan semburat merah tipis di kedua pipinya. Shit! Itu terlalu romantic menurutnya, dan bukan style SeHun sama sekali. Tapi tak apalah, sekali-sekali tidak masalah.
JongIn menggenggam kedua tangan SeHun dan menciumnya satu persatu, lalu mencium bibir itu lembut. "Maka buat mereka terkejut dengan berita kau telah mengandung anakku, bagaimana?"
DUGH!
"Aw! Kim SeHun!—apa yang kau lakukan dengan adikku?"
SeHun tersenyum evil—jauh lebih mengerikan dari amarah BaekHyun atau ChanYeol, ia berbisik pelan di telinga JongIn, "Aku? Aku memberinya sedikit pelajaran, agar mengerti sopan santun saat bertemu denganku nanti!" Kemudian dengan tanpa bersalah, SeHun pergi meninggalkan JongIn yang jatuh terduduk memegangi selangkangannya.
"Ya! Tunggu aku!"
.
.
Huft… fanfic ini langsung tancap gas dalam satu hari. Capek banget buat bikinnya. Semoga aja fanfic ini memuaskan kalian.
Gimana, Mind to Review?
NB: Ah! Apakah kalian punya recommended lagu yang bagus? Kira-kira yang lagunya slow, happy, dan lyricsnya keren?—lagi demam lagu.
Regards,
-Arcoffire-Redhair-
