A/N : Fic aneh...-_- . R&R, and sorry for the grammar mistake.

*P.S : Neko = Kucing

Disc : Not Mine


Neko Kurapika

.

.

Author : Nemurase Hime

.

.

Chapter 1 : The Beginning

"It's all begin with normal day..."

.

.

Langit YorkShin bersinar cerah dengan sedikit awan menutupi sang mentari, meskipun panas, namun orang-orang tetap menjalankan aktifitas mereka seperti biasa, berlalu lalang melewati trotoar dan berlalu lintas di jalan raya.

Kurapika Kuruta berjalan dengan tangan dan kakinya menelusuri kota YorkShin. Semua disekitarnya tampak begitu besar, dia merasa begitu kecil di antara semua manusia yang 10 kali lebih tinggi dan besar daripada dirinya.

Dia melirik tangannya yang sekarang telah berubah menjadi cakar.

Apa yang terjadi denganku... Pikir Kurapika dalam hati dengan frustasi.

Semalam semuanya tampak normal. Makan malam bersama teman-temannya, kembali ke penginapan untuk menjaga Nona Neon, kemudian tidur. Semuanya normal kecuali tadi pagi, seorang Kurapika Kuruta bangun dalam keadaan berbulu, memiliki cakar, dan tidak bisa berbicara bahasa manusia.

Yap... Kurapika Kuruta telah berubah menjadi seekor kucing. Wujud kucing Kurapika bisa dibilang menggemaskan, warna bulu Kurapika kuning keemasan, di lehernya ada kalung dengan bel (Gak tau deh siapa yang memakaikannya pada Kurapika), dan matanya berwarna coklat terlihat lebih besar karena tubuh kecilnya yang membuatnya makin menggemaskan. Selain itu, Kurapika sama sekali tidak bisa mengatakan apapun kecuali 'Meong' dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak bisa menggunakan Nen.

Kesialannya berlangsung ketika Eliza menemukannya dan mengusirnya keluar rumah sehingga membuat Kurapika harus pontang panting di jalan. Sambil menggeram ala kucing (?) Kurapika berlari ke sembarang arah untuk mencari tempat dimana ia akan tidur malam ini sekaligus tempat untuk berpikir apa penyebab perubahan wujud pada dirinya, dan tentu saja memikirkan cara agar tubuhnya kembali seperti semula.

Dan...

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Tiba-tiba Kurapika merasakan kalungnya ditarik dan tubuhnya terangkat ke atas. Kaget, Kurapika segera meronta dan berusaha berbalik untuk melihat orang yang mengangkatnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Kuroro Lucifer.

Kurapika kaget dan panik bukan main, dengan tenaga dan bahasa kucing yang dimilikinya, ia meronta-meronta sekuat tenaga, memaksa untuk diturunkan dengan menggerakkan tubuhnya ke segala arah dan tak lupa berusaha mencakar lengan pemimpin Ryodan itu.

Ketakutan mulai merasuki Kurapika, penglihatan akan dirinya yang dibunuh oleh Genei Ryodan dalam wujud kucing sama sekali bukan pemandangan menyenangkan. Saat ini dia hanya ingin bisa pergi sejauh mungkin dari Genei Ryodan dan seluruh manusia di muka bumi sampai wujudnya kembali normal. Ironis sekali, dia menghabiskan 5 tahun hidupnya memburu Genei Ryodan, tapi ketika bertemu dengan mereka, ia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap mereka.

Sementara di sisi lain, Kuroro hanya memperhatikan kucing di hadapannya sambil berusaha mengingat kira-kira dimana dia pernah melihat kucing berbulu kuning keemasan ini. Kucing ini terasa familiar, ia merasakan aura berbahaya datang dari kucing ini. Tapi bukan aura nen, lebih seperti... kau tau ? Saat kau tidak suka pada orang sampai-sampai ingin membunuhnya, lalu perasaan itu terlihat jelas diwajahmu sampai-sampai bisa dirasakan oleh orang-orang disekitarmu ? Nah...itu dia yang kumaksudkan! Tapi anehnya, Kuroro tidak berusaha menjauhi bahaya itu ? Ha! Siapa yang aku ajak bercanda ? Kuroro menyukai bahaya.

"Mau kau apain kucing itu, Danchou ?" Tanya Shalnark tiba-tiba nongol dari belakang Kuroro.

"Kelihatan kucing itu tidak menyukaimu, Danchou. Lihatlah, dari tadi dia meronta terus saat dipegang Danchou." Komentar Machi.

"Apa mungkin Danchou ditolak sama kucing ?" Tanya Shizuku polos membuat seluruh anggota Ryodan meledak dalam tawa, tentu saja kecuali Kuroro yang mengabaikan komentar mereka dan masih konsentrasi mengamati kucing di hadapannya.

Kurapika yang meronta-ronta dengan sia-sia mulai kehabisan tenaga sehingga pergerakannya berkurang dan napasnya menjadi sesak, yang tersisa hanyalah sebagian otaknya yang berusaha berpikir untuk melepaskan diri dari Kuroro di tengah kepanikan dalam mentalnya.

Kenapa aku harus bertemu mereka di kondisi seperti ini ? Uhh... Andai aku bisa menggunakan Nen. Sesal Kurapika dalam hati.

"Danchou mau pelihara kucing itu ?" Tanya Shalnark sambil ikut-ikutan memperhatikan kucing yang dipegang Danchounya.

Kuroro melirik Kurapika yang berada ditangannya, setelah bertatap mata dengan kucing cukup lama, Kuroro menjawab, "Kucing ini menarik juga. Mungkin aku akan memeliharanya." Ujar Kuroro dengan senyum—yang entah apa artinya—sambil mengelus kepala Kurapika.

Kurapika merasa dia akan menghantam kepalanya ke dinding berulang-ulang. Nampaknya keberuntungan tidak berpihak padanya, pertama dia bangun dalam keadaan menjadi kucing, kedua dia bertemu dengan Genei Ryodan dalam keadaan menjadi kucing dan tidak bisa menggunakan Nen, dan sekarang dia akan dipelihara oleh pemimpin Genei Ryodan.

Menakjubkan sekali...

"Danchou mau menamai kucing itu apa ?" Tanya Shizuku.

"Oh benar juga...dia harus diberi nama." Ujar Kuroro sambil mengangkat leher Kurapika sehingga dia bisa bertatapan mata dengan Neko Kurapika.

Kurapika menatap Kuroro dengan kesinisisan dan kebencian sebisanya, memperingatkan pemilik mata obsidian itu untuk tidak menamainya aneh-aneh sekaligus usaha agar Kuroro tidak jadi memeliharanya.

Mau taruh dimana harga diri Kurapika kalau dunia tau dia dipelihara oleh pemimpin Genei Ryodan ?

"Kucing itu benar-benar tidak menyukai Danchou ya...lihat bagaimana cara dia menatap Danchou." Komentar Nobunaga disusul tawa beberapa anggota Ryodan.

"Kalian ada ide untuk namanya ?" Tanya Kuroro mengabaikan komentar Nobunaga.

"Bagaimana kalau Pussy ?" Usul Shizuku.

"Terlalu biasa." Tolak Kuroro.

"Catty ?"

"Tidak."

"Neko-chan ?"

"Tidak. Tidak."

"Em... apalagi ya ?" Gumam para anggota Ryodan sambil memasang posisi mikir masing-masing.

"Bagaimana kalau Noir ?" Usul Kuroro.

"Tapi Danchou, kucing itu kuning, bukan hitam." Komentar Machi.

Kuroro mengangguk setuju dan mulai memikirkan nama untuk kucing barunya, sebelum dia akhirnya menyadari apa yang paling mengganggunya tentang kucing ini, yaitu bulu keemasannya yang mengingatkannya pada seseorang, "Bagaimana kalau Kurapika ?" Usul Kuroro asal tanpa tau akibat perkataannya.

Kurapika terhenyak. Genei Ryodan melonjak kaget. Kuroro sih woles aja.

"Apa-apaan ini Danchou ? Kenapa Danchou mau menamainya atas nama pengguna rantai itu ?" Protes Nobunaga.

"Bulunya mengingatkanku pada Kuruta itu." Jawab Kuroro.

Disisi lain, Kurapika masih dalam keadaan shock. Siapa sangka musuh bebuyutannya hendak menamai kucingnya atas nama dirinya sendiri ? Mungkin dunia akan berakhir sebentar lagi.

"Pokoknya aku tidak setuju Danchou menamainya Kurapika! Kau juga tidak mau dinamai atas nama pengguna rantai itu kan, kucing ?" Tanya Nobunaga pada Kurapika.

"Kau bodoh meminta pendapat seekor kucing." Kata Kurapika, namun yang keluar dari mulutnya hanya 'meoong...meoong.'

"Baiklah, kalau begitu..emmm...ah...aku namai kau Nekora saja." Kata Kuroro pada Kurapika atau sekarang sudah berubah nama jadi Nekora. "Kau kucingku sekarang..." Tambah Kuroro.

Kurapika merasa ingin menghilang dari muka bumi sekarang juga mendengar kalimat terakhir Kuroro. Apa yang membuatnya begitu tidak beruntung ?

Kurapika menggeram dan berdoa untuk dirinya sendiri, Semoga beruntung Kurapika...

~~Neko Kurapika~~

Matahari telah digantikan oleh bulan dan taburan bintang yang bersinar terang di langit dengan sedikit awan yang menutupi sang rembulan, meskipun pemandangan di langit begitu indah dan menenagkan hati, namun rupanya sama sekali tidak mempengaruhi susana hati seseorang.

Kurapika Kuruta berjalan mengikuti Kuroro menuju sebuah mansion mewah dengan keadaan menggerutu dan merengut, nampaknya nasib sial terus mengikutinya. Setidaknya aku tidak harus tidur di jalan malam ini... Pikir Kurapika berusaha mengambil sisi positifnya yang bisa dibilang hampir tidak ada.

Setelah beberapa menit berjalan, Kurapika mendapati dirinya di sebuah kamar mewah dengan dominasi warna hitam. Inikah kamar Kuroro ? Pikirnya sambil melihat-lihat isi kamar sebelum akal sehatnya kembali dan ia segera memarahi dirinya sendiri karena mengagumi kamar musuh bebuyutannya.

"Selamat datang di rumahku, Nekora." Kata Kuroro pada Kurapika...*ehem*...kucing. Kurapika hanya mengeong sebagai jawaban.

Kuroro kemudian berjalan ke salah satu sudut kamarnya dan kembali dengan mangkuk berisi susu di tangannya. Kuroro kemudian meletakkan semangkuk susu didepan Kurapika.

"Minumlah. Kau pasti lapar." Ucap Kuroro sebelum pergi untuk mengambil makanannya sendiri.

Kurapika menatap susu didepannya, harga dirinya terlalu tinggi untuk meminum susu yang disediakan pemimpin Genei Ryodan itu, tapi fakta bahwa dia sedang kelaparan membuat cacing-cacing dalam perutnya memaksanya untuk meminum susu itu. Terlebih lagi, susu dihadapannya terlihat begitu menggoda, warnanya yang putih bersih dan baunya yang harum sudah bisa membuat Kurapika ngiler.

*Grooowl*

Kurapika melirik perutnya. Mungkin minum beberapa teguk lebih baik daripada mati kelaparan, Pikir Kurapika sambil meminum susunya sedikit, tentu saja ala kucing. Setelah mencicipi susu dihadapannya, dia tidak bisa menahan godaan untuk meminumnya lagi, apalagi rasa manis susu itu masih tersisa dimulutnya. Akhirnya, niat Kurapika yang seharusnya meminum beberapa teguk telah digeser dengan niat baru yaitu menghabiskan susu dihadapannya menutup mulut cacing diperutnya.

Disisi lain, Kuroro sudah kembali dan mengawasi Kurapika dari tempat tidurnya, dia tidak bisa menahan tawanya ketika melihat tingkah Kurapika yang tadinya tidak mau minum lalu kemudian meminum susunya sampai habis, ditambah dengan kuping dan ekornya yang bergoyang-goyang membuat tingkahnya begitu menggemaskan.

Setelah mangkuk didepan Kurapika tidak berisi lagi, dan kucing itu menatap Kuroro dengan mata coklat brownies yang besar membuat Kuroro pergi ke dapur dan mengambilkan susu tambahan untuknya.

Rasanya kurang masuk akal ketika orang-orang berusaha memohon padanya dengan suara dan tatapan memelas sebisa mereka namun dia tidak pernah terpengaruh, tapi sekarang dia malah kalah oleh tatapan memelas seekor kucing.

Setelah mangkuk kelima, cacing di perut Kurapika akhirnya diam juga, Kurapika kemudian menjilat sisa susu dari mulut dan kumisnya, tidak mau melewatkan sisa-sisa rasa manis yang tertinggal.

Kuroro mengawasi Kurapika dari tempat tidurnya dan harus mengakui kalau dia kucing paling imut dan paling menggemaskan yang pernah ditemuinya. Menyadari kalau Kurapika telah selesai mengisi perutnya, ia memutuskan untuk mengajak kucingnya bicara.

"Kau tau apa kepanjangan Nekora ?" Tanya Kuroro pada kucingnya.

Meskipun Kurapika berpikir Kuroro gila karena berbicara dengan kucing, dia mengangkat kepalanya dan menatap Kuroro, mengisyaratkan kalau dia tidak tau dan penasaran ingin mengetahuinya kepanjangannya.

"Kepanjangannya adalah 'Neko Kurapika'." Kata Kuroro.

Lagi, Kurapika terhenyak dan berada dalam keadaan shock stadium lanjut.

"Kau mengingatkanku padanya. Warna bulumu, atau bagaimana cara kau mencakarku tadi." Lanjut Kuroro.

Kurapika tidak tau harus menjawab apa hingga ia hanya merespon dengan ''meoong..''.

"Kau tau, aku agak tertarik dengan gadis Kuruta itu. Sebenarnya aku ingin memasukkannya ke Ryodan, dia bisa menjadi pengganti Pakunoda sebagai tangan kananku. Sayang sekali dia berniat membunuhku." Curhat Kuroro pada kucingnya.

Dan sayang sekali aku tidak tertarik bergabung dengamu ataupun kelompokmu... Jawab Kurapika yang terdengar dengan 'Meooong...Meooong...'

Tiba-tiba, sebuah kecurigaan melintas di kepala Kurapika, Tunggu...dari tadi dia membicaraanku, apa jangan-jangan dia tau kalau aku—yang berubah wujud jadi kucing—adalah Kurapika ? Kurapika mengawasi Kuroro—yang sedang sibuk dengan tempat tidurnya—untuk mencari tanda-tanda atau pergerakan mencurigakan seandainya Kuroro tau kalau Nekora adalah Kurapika Kuruta alias pengguna rantai yang berniat membunuhnya, meskipun sekarang dia tidak bisa menggunakan nen.

"Lho ? Kau kenapa Nekora ?" Tanya Kuroro sambil mengangkat Kurapika ke pangkuannya. Dengan lembut, Kuroro mengelus leher Kurapika yang membuat Kurapika merasakan sensasi aneh sehingga ia tergelitik untung mendengkur.

Sial ! Apa yang aku lakukan ? Dimana harga dirimu, Kurapika ? Eh...tapi rasanya enak juga dielus begini, pantas saja kucing suka di-...AAAH! BUKAN SAATNYA MEMIKIRKAN ITU !? Teriak Kurapika dalam hati dengan frustasi dan berusaha mengabaikan sensasi menyenenangkan yang diberikan Kuroro dilehernya.

"Ah...waktunya tidur." Ucap Kuroro dan meletakkan Kurapika di bantal yang terletak di sisi tempat tidurnya sebelum dia sendiri berbaring di tempat tidur yang sama.

Tunggu! Dia tidak berpikir untuk tidur sekasur dengan kucing, kan ? Pikir Kurapika dengan jijik. Sebenarnya, bukan kenyataan kalau Kuroro mau tidur sama kucing yang membuatnya jijik, tapi kenyataan kalau dia bakalan tidur bersama pemimpin Genei Ryodan membuatnya jijik.

Seolah bisa membaca pikiran Kurapika, Kuroro segera menjelaskan pada kucingnya, "Besok aku akan membeli tempat tidurmu, tapi malam ini kau tidur disini bersamaku. Kau tidak mau tidur di lantai, kan ?"

Kurapika menatap lantai marmer kamar Kuroro, meskipun lantai itu terlihat bersih dan cukup nyaman untuk dijadikan tempat tidur, tidak mengubah kenyataan kalau lantai itu dingin. Namun yang namanya Kurapika, ia lebih memilih tidur dilantai daripada bersama Kuroro, sehingga Kurapika melompat turun. Bagitu kakinya menyentuh lantai marmer hitam itu, ia langsung merasakan sensasi dingin dikulitnya, namun ia mengabaikannya dan berusaha membuat nyaman dan hangat dirinya di lantai yang dingin itu.

Sambil mengawasi Kurapika, Kuroro menghela napas panjang dan berat. Bagaimana mungkin kucing bisa begitu keras kepala ? Tanya Kuroro dalam hati, namun ia memutuskan untuk mengabaikannya dan menarik selimut tebalnya untuk membantunya tidur.

Sementara di lantai, Kurapika sedang bermasalah dengan suhu di batu marmer itu. Ia berusaha untuk mengambil sisi postif dan menghibur dirinya sendiri di tengah kesialan yang melandanya.

Kurasa satu malam bukan masalah...lagipula aku tidak akan tidur, siapa tau si brengsek ini tau identitasku dan berencana membunuhku saat aku tidur. Pikir Kurapika, namun suara dengkuran halus Kuroro melumpuhkan semua kecurigaannya. Seketika itu juga, mata Kurapika terasa begitu berat, ia telah melalui banyak hari ini dan sesuatu yang paling diinginkannya sekarang adalah tidur yang panjang untuk menyegarkan kembali sel-sel otak dan akal sehatnya yang entah kenapa menghilang hari ini.

Tanpa terasa, Kurapika sudah membawa dirinya ke alam mimpi. Namun tidur Kurapika bisa dibilang tidak nyaman, ia berguling ke sana kemari dengan gelisah dalam rangka mencari kehangatan yang tak pernah ada, ketika rasa dingin serasa menusuk tulangnya, Kurapika akhirnya terbangun dan berdiri dengan tangan dan kakinya.

Kurapika menghela napas, Satu malam...hanya malam ini saja aku akan satu kasur dengan pemimpin Ryodan dan besok aku akan mencari tau apa penyebab aku berubah jadi kucing. Pikir Kurapika.

Sambil menggerutu, ia dengan terpaksa melangkahkan kakinya ke tempat tidur Kuroro, ketika kulitnya menyentuk kasur Kuroro, yang bisa dipikirkannya hanya kenyataan bahwa benda itu lembut dan luar biasa hangat dan nyaman. Sambil menguap, Kurapika menyelinap masuk ke selimut Kuroro dan membaringkan tubuhnya disamping pria itu, seketika itu juga, Kurapika segera terbang ke alam mimpi.

Sementara itu, mata Kuroro Lucifer terbuka, ia berbalik dan mendapati kucingnya sedang tidur dengan nyaman disampingnya. Benar-benar kucing keras kepala... Komentar Kuroro dalam hati. Namun kucing yang terlalu biasa juga tidak akan menarik, kan ?

Sambil menguap, Kuroro memeluk kucingnya dan mengelus kepalanya, yang membuat kucing itu mendengkur dan dengan senang hati menyandarkan tubuhnya pada Kuroro.

~~Neko Kurapika~~

Kurapika terbangun dari tidur panjangnya, ia menguap dan mengelus perutnya namun ia enggan membuka matanya sebelum ia menyadari ia bukan di kasur lembut lagi, dengan malas, ia menggulingkan tubuhnya berulang-ulang, berharap mendapatkan kenyamanan kasur sekali lagi.

Kurapika terus berguling hingga tidak menyadari ujung dari permukaan datar tempat dimana punggungnya menempal, ketika tubuh Kurapika hampir jatuh, ia segera membuka mata dan memekik ala kucing sebelum sebuah tangan menangkapnya.

"Oh...kau sudah bangun, Nekora." Kurapika menoleh ke asal suara dan mendapati Kuroro berdiri sambil memegang kalungnya. Kurapika menyadari kalau ia sudah tidak lagi dikamar Kuroro, namun di sebuah gedung terlantar yang cukup besar, atap gedung itu mulai lapuk dan runtuh, sehingga membuat tempat untuk duduk yang cukup bagi para Ryodan.

"Dimanaini ?"Tanya Kurapika yang tentu saja yang keluar dari mulutnya hanya 'Meoong..' . Perhatian Kurapika kemudian teralih pada anggota Ryodan yang juga berada disana, masing-masing memandangnya dengan tatapan yang bervariasi.

Kuroro mengabaikan anak buahnya dan duduk di salah satu batu bekas reruntuhan atap dan meletakkan Kurapika di pangkuannya, sebelum dia membuat Kurapika berdiri dengan kakinya dengan cara memegang kedua tangan Kurapika untuk mengangkat badannya.

Kuroro menaik turunkan tangan Kurapika, membuat kucing itu panik, mereka berada di kondisi itu lumayan lama sebelum sisa anggota Ryodan yang lain datang.

Kuroro meletakkan Kurapika di bahunya, sebelum mengalihkan perhatiannya pada anggota Ryodan untuk menjelaskan rencana pencurian mereka selanjutnya.

Yah...mereka memang pencuri sih. Pikir Kurapika.

Sementara itu, sepasang mata mengawasi Kurapika yang berada di bahu Kuroro. "Eh...Kucing itu kayaknya jadi kesayangan Danchou, ya ?" Bisik Nobunaga pada Shalnark yang berada di sebelahnya. Shalnark mengalihkan perhatiannya dari Kuroro yang sedang menjelaskan rencana mereka pada Nobunaga.

"Eh ? Sepertinya sih begitu... memangnya kenapa ?" Tanya Shalnark dengan berbisik.

"Apa menurutmu mungkin Danchou akan lebih sayang sama kucing itu daripada kita ?" Tanya Nobunaga dengan muka khawatir sambil mengawasi kucing yang sedang menguap dan menggoyangkan ekornya dengan malas.

"Hahaha... Mana mungkin Danchou lebih sayang sama kucing daripada kita." Kata Shalnark meyakinkan sebelum perhatian mereka beralih pada Kuroro yang lagi.

"Baiklah... Berpencar !" Perintah Kuroro dan semua anggota Ryodan menghilang dari pandangan, hingga tersisa Kuroro dan Kurapika. Kuroro melirik Kurapika dan memberikan smirk yang menandakan operasi pencurian mereka akan dimulai.

"Nah... sekarang saatnya kita pergi." Ucap Kuroro sebelum menghilang dari tempat ia berdiri sebelumnya.

~~Neko Kurapika~~

Di antara 7 Big Jewel terbesar, terindah, dan termahal di dunia, Red Tear adalah salah satunya. Red Tear adalah Big Jewel yang berbentuk Ruby biru besar yang diwarisi turun temurun dalam keluarga bangsawan Priestly. Menurut legenda yang diceritakan turun temurun, Red Tear bisa mengabulkan permintaan sejati seseorang saat warnanya berubah menjadi merah. Big Jewel itu disimpan dalam lemari besi di salah satu museum dengan sistem keamanan ketat dikarenakan harga Red Tear yang hampir tidak terhitung berdasarkan besar dan nilai sejarahnya.

Dan Red Tear adalah target Genei Ryodan saat ini.

Setidaknya itulah yang didengar Kurapika berdasarkan penjelasan Kuroro beberapa jam yang lalu. Rencana Ryodan untuk mencuri Red Tear sebenarnya sederhana.

Terobos dari pintu depan, ancam dan intergasi beberapa penjaga untuk mengetahui letak Red Tear, ambil permatanya lalu pergi.

Yap...benar-benar sederhana. Komentar Kurapika dalam hati yang sedang duduk manis di bahu Kuroro. Saat ini dia dan Kuroro sedang mengawasi anggota Ryodan yang menerebos masuk dari pintu depan dan mengancam beberapa penjaga.

Kuroro dengan santai berjalan lurus untuk masuk ke dalam tanpa ada halangan, berhubung anak buahnya telah membukakan jalan untuk Kuroro. Kuroro menghampiri salah satu penjaga dan mencekik lehernya sambil tersenyum ramah, "Bisa kau beri tau dimana Red Tear disimpan ?" Tanya Kuroro dengan nada dingin tanpa melepaskan cekikannya.

Penjaga malang itu berusaha menjawab pertanyaan Kuroro di tengah-tengah persediaan oksigen yang semakin menipis, "A...aku...aku tidak tau.."

"Hmm..." Gumam Kuroro kemudian mempererat cekikannya dengan berniat mengirim penjaga itu ke alam lain sebelum Kurapika memekik ala kucing dan memegang lengan atas Kuroro, seolah meminta pria itu untuk berhenti.

"Mreeeeongg..." Pekik Kurapika. Kuroro sempat cengo sesaat melihat reaksi kucingnya, namun segera melempar lelaki itu ke sembarang arah dan melanjutkan pencarian. Interogasi selanjutnya, Kuroro hanya mengancam dan melempar penjaga malang yang menjadi sasarannya.

Kuroro semakin mendapati perasaan aneh dalam dirinya, belum lagi kenyataan mengejutkan yang mulai disadarinya. Kenyataan kalau dia bisa begitu belas kasih pada seekor kucing. Kenyataan kalau kucing ini mampu membatalkan niatnya dengan mudah. Kenyataan kalau kucing ini bisa membuat Kuroro menuruti permintaannya hanya dengan memasang muka melas yang bahkan kalah jauh dari orang-orang yang memohon hidupnya di ampuni oleh Kuroro.

Lamunan Kuroro terhenti ketika Kurapika mengeong sekali lagi. Kuroro mengusir pikiran aneh itu dari kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya. Kegiatan interogasi terus berlanjut namun tidak ada satupun yang tau dimana Red Tear disimpan, hingga akhirnya mereka berkumpul di lorong lukisan. Kurapika bisa mengenali hampir semua lukisan, tentu saja karena hobi nya yaitu membaca buku.

"Apa kalian menemukan jalan ke brankas nya ?" Tanya Kuroro pada anak buahnya.

Mereka semua menunduk seolah mengisyaratkan penyesalan dan rasa malu mereka karena tidak tau. "Maaf Danchou, kami sudah menginterogasi mereka namun tidak ada yang tau dimana pintu besinya tersembunyi. Mereka bilang sudah lama tidak ada yang kesana dan pintu itu sudah lama dilupakan." Ucap Shalnark dengan kepala tertunduk.

Kurapika melirik anggota Ryodan yang sedang tertunduk malu dihadapan Danchou mereka, Salah kalian sendiri tidak memeriksa cetak biru gedungnya... Pikir Kurapika, namun perhatiannya teralihkan oleh salah satu lukisan yang belum pernah dilihatnya, sebuah lukisan putri duyung yang dikelilingi api.

Kurapika menatap lukisan itu lama-lama, hingga sebuah pemikiran melintas di otaknya, Tunggu...Red Tear...jangan-jangan Red itu maksudnya... Kurapika segera meloncat dari bahu Kuroro dan berlari menuju lukisan itu.

"Ah...tunggu Nekora ! Kau mau kemana ? Nekora!" Panggil Kuroro namun Kurapika mengabaikannya dan terus berlari hingga sampai di depan lukisan berusaha meraih lukisan itu dengan cara meloncat-loncat didepannya, namun tidak berhasil dan hanya sampai di dinding di bawahnya, Kurapika mengutuk tubuh kucingnya sambil merendahkan tubuhnya dan menggoyang-goyangkan ekornya dengan cepat.

"Ada apa dengan lukisan ini ?" Tanya Kuroro yang tiba-tiba saja sudah di belakang Kurapika. Kuroro dengan mudah mengangkat lukisan itu dan menemukan pintu besi di baliknya. Kuroro sempat kehilangan poker face nya beberapa saat dan menampakkan ekspresi terkejut sebelum wajah normalnya kembali lagi.

"Nampaknya kalian kalah dengan kucing." Ujar Kuroro dan para Genei Ryodan hanya bisa diam, sambil diam-diam mengutuk kucing itu.

Bukannya kau juga kalah dengan kucing ? Komentar Kurapika dalam hati sambil menatap Kuroro yang sedang membuka pintu besi itu. Kurapika melirik lukisan putri duyung yang dikelilingi api itu sekali lagi, dan tanpa sadar menyeringai kecil ketika menyadari artinya, Tadinya kupikir Red Tear artinya air mata darah, rupanya yang dimaksud Red adalah api dan Tear adalah air. Api dan Air, Yin dan Yang. Pikir Kurapika sebelum mengikuti Kuroro masuk ke dalam pintu besi itu.

~~Neko Kurapika~~

Rembulan bersinar terang ditemani sang bintang, bahkan awan-awan tipis disekelilingnya enggan menghalangi sinarnya. Sementara binatang nokturnal mulai keluar dari sarangnya, binatang lain segera kembali ke sarang.

Setelah melewati sistem keamanan dan pasukan bantuan, Genei Ryodan berhasil mengambil Red Tear dengan selamat sentosa tanpa terluka sedikit pun, dan sekarang mereka sedang berkumpul di tanah terbuka di dekat museum, mereka membentuk lingkaran kurang sempurna dengan Shalnark ditengah-tengahnya.

Shalnark mengangkat Red Tear ke arah bulan agar cahayanya menyinari permata itu, "Sepertinya permata ini asli. Baiklah, sekarang tinggal mencari tau bagaimana caranya mengubah Ruby biru ini jadi merah." Ucap Shalnark dengan senyum khasnya.

Anggota Ryodan yang lain hanya mengawasi Shalnark sambil berpikir di kepala mereka masing-masing cara mengubah warnanya, termasuk Kuroro.

Sementara seekor kucing tertentu yang sedang nyantai di bahu Kuroro menggeram frustasi, Bodoh...jelas-jelas biru adalah lambang air dan merah adalah api. Kalau kau mau mengubahnya jadi merah bakar permata ituu ! Teriak Kurapika yang hanya terdengar sebagai meongan kucing.

"Sepertinya kucingmu minta makan, Danchou." Kata Nobunaga sambil menyalakan rokoknya.

Bukan itu bodoh ! Seenaknya saja kau mengambil kesimpulan! Protes Kurapika pada Nobunaga dalam bahasa kucing. Karena frustasi, Kurapika dengan cepat melompat ke tangan Shalnark dan memukul Red Tear dengan ekornya ke arah Nobunaga sehingga mendarat di geretan Nobunaga yang masih menyala.

"Who...whoaa..." Nobunaga segera berusaha menangkap Red Tear yang jatuh tidak seimbang digeretannya, membuat permata itu loncat kesana kemari (?). "Awasi kucingmu, Danchou." Teriak Nobunaga.

Kuroro mengabaikan komentar Nobunaga, matanya tertuju sepenuhnya pada Red Tear, "Permatanya ! Bakar permata itu sekali lagi !" Perintah Kuroro. Nobunaga dengan menurut mengarahkan apinya pada permata di tangannya.

Dengan ajaib, warna biru laut Red Tear berubah menjadi warna merah menyala, lalu cahaya-cahaya putih dan kuning mulai keluar dari Red Tear yang menghasilkan pemandangan indah dan menenangkan dalam sekejap mata.

Para anggota Ryodan diam-diam mengangumi keindahan yang dibawa Red Tear, tentu saja poker face mereka tidak pernah lepas, meskipun mata mereka bercahaya akibat pantulan cahaya rembulan dan cahaya dari Red Tear sendiri, masing-masing memiliki perasaan berbeda melihat pemandangan indah didepan mereka.

Setelah beberapa menit, cahaya –cahaya dari Red Tear mulai menghilang dan masuk kembali dalam permata itu, dan seketika warnanya pun kembali menjadi biru.

"Aku masih tidak mengerti. Bukankah katanya jika Red Tear berubah warna menjadi merah akan mengabulkan keinginan sebenarnya dalam diri manusia ?" Tanya Nobunaga.

Kurapika menggeram frustasi, kalau saja dia bisa bicara, dia akan meneriaki mereka satu-satu, Kalian ini bodoh ya... Pikirnya.

"Yang dimaksud dengan 'Keinginan sebenarnya manusia' adalah kebahagiaan, dan Red Tear mempersembahkan kebahagiaan pada kita melewati pemandangan tadi." Jelas Kuroro.

Setidaknya pemimpin mereka pintar... Pikir Kurapika, sebelum dia tiba-tiba sadar akan sesuatu, Tunggu ! AKU BARU SAJA MEMUJI PEMIMPIN RYODAN !? Teriak Kurapika shock.

"Yah, sepertinya misi kita selesai. Kau lapar, Nekora ? Sepertinya kau mengeong saja dari tadi." Kata Kuroro sambil mengangkat Kurapika ke bahunya.

*Grooowl*

Kurapika melirik perutnya yang tidak bisa berkrompomi. Kuroro melirik Nekora sebelum menatap anak buahnya.

"Kalian berhutang pada Nekora. Bagaimana kalau kalian carikan dia sesuatu untuk dimakan ?" Kata Kuroro dan sedetik kemudian anggota Ryodan lenyap dari pandangan. Kuroro kemudian duduk di salah satu tunggul pohon sambil meletakkan Nekora di pahanya dan mengelus kucing itu. "Sepertinya aku meremehkanmu, Nekora. Mungkin kau memang istimewa." Gumam Kuroro dan hanya dijawab Kurapika dengan meong-an.

Sesaat kemudian, anggota Ryodan sudah kembali dengan membawa bervariasi makanan.

Nobunaga mau pertama, ia menawarkan 'makanan' dengan seyum lebar sambil berkata, "Kau mau coba ini, kucing ?" Nobunaga menyodorkan sesuatu—dan hanya tuhan yang tau apa benda itu—pada Kurapika.

Kurapika melihat 'makanan' yang ditawari Nobunaga, benda itu berwarna hijau dan basah dan...

"MREEEOOOONG!" Tolak Kurapika sambil berusaha mencakar Nobunaga. Kau mau membunuhku, ya ? Teriak Kurapika dalam hati.

Kuroro yang menonton pertarungan kucing dan anak buahnya itu hanya bisa menghela napas, dan beberapa menit kemudian Kurapika memenangkan pertarungan dengan 'menghiasi' wajah Nobunaga dengan cap kukunya.

Kuroro beralih ke Shizuku, "Kau bawa apa, Shizuku ?" Tanya Kuroro.

"Eh...aku bawa...tunggu ! Apa yang aku bawa ya ?" Tanya Shizuku sambil mencari makanan yang 'lenyap' dari tangannya.

Kuroro menghela napas sekali lagi dan kali ini dia melirik Phinks.

"Hee ? Oh...aku membawa ini untuk kucingmu, Danchou." Kata Phinks sambil menyerahkan ikan mentah pada Kurapika.

Kurapika, lagi-lagi menggeram dan mencakar Phinks, Kau pikir aku mau makanan mentah ? Protes Kurapika dalam hati.

"Hei..kucing seharusnya kan suka ikan." Protes Phinks yang kini wajahnya senasib dengan wajah Nobunaga.

Bonolenov menghampiri Kurapika dan meletakkan 'makanan' untuknya di tanah. Kurapika hampir saja menjerit kaget ketika melihat tumpukan tikus mati di di depannya.

"MREEEEONGG!" Geram Kurapika dan langsung 'menghiasi' wajah bonolenov meskipun dia menggunakan perban.

"Danchou ? Kau kasih makan apa sih kucing ini ? Kenapa dia semua gak mau ?" Protes Nobunaga sambil menunjuk nunjuk dengan kesal Kurapika.

"Kemarin aku memberinya susu." Jawab Kuroro sambil menonton anak buahnya yang dikalahkan kucing, sebelum akhirnya Shalnark menghentikan 'aksi' Kurapika dan menyerahkan mangkuk berisi susu kepadanya.

Setidaknya ada yang normal dikelompokku... Pikir Kuroro dengan lega.

"Nekora-chan, ini makananmu..." Kata Machi sambil menyerahkan makanan asli dan yang pasti bisa dimakan pada Kurapika. Kurapika dengan senang hati menerima makanan itu.

Dan sisa malam itu dilewatkan Genei Ryodan dengan bermain bersama Nekora.

Sementara anak buahnya bermain bersama kucingnya, Kuroro memiliki pikiran lain dalam benaknya. Mungkin kucing ini memang istimewa...

.

.

To Be Continued

.

.

Kurapika telah membaut pertemanan baik dengan para anggota Ryodan. Mungkinkah dia akan memaafkan mereka ? Bagaiaman dengan teman-teman Kurapika ? Akankah identitas Kurapika terbongkar ?

.

.

'Till next Chapter


A/N : Yeee...ni fic akhirnya di publish juga! B-) . Saya mesti nanya kira-kira hampir 10 kali sama ShaKuraChan sampai yakin kalau cerita ini bagus dan pantas di publish. Oh ya, Red Tear adalah permata yang saya pinjem dari Magic Kaito. :D

Review Ne ? :3