Iyaaaaaa.. si author gak mutu balik lagi dengan cerita yang gak mutu juga. Ahahaha. Gw bikin yg model begini lagi. Tapi settingannya Reader udah pacaran ma member GoM, masing2 dapet giliran. Karakter readernya juga bakal gw ubah sih. Ahahahaha~ yg pertama muncul yaitu Kuroko, sbg tokoh utama kurobasu. oia, judulnya gak nyambung ama isinya, yak bodo. /disambit petasan/
Kenapa xReader lagi? Yak, bodo. Karena gw sbg author sekaligus reader bisa merasakan posisi yg sama dgn yg ada di cerita. Kyaaaah *dihajar massa* tapih, gw agak mau muntah rasanya kalo inget gw bikin cerita romance beginian. Sudahlah. Please enjoy~
My Boyfriend is ...
Kuroko no Basuke - Fujimaki Tadatoshi
Chapter 1 : My Boyfriend is Kuroko Tetsuya
-Reader's POV-
Kira-kira sudah 5 bulan aku berpacaran dengannya, tapi ada yang terasa aneh. Kami tidak seperti orang yang sedang pacaran.
.
.
.
"Sudah lama menungguku?"
"Tidak kok, ayo pulang."
"Gomen, aku agak terlambat soalnya tadi aku membersihkan lapangan dulu."
"Tidak apa-apa! Tetchan jangan kaku begitu dong. Ayo, hehe.."
"…"
Kenapa Tetchan selalu saja bersikap kaku begitu, padahal kita kan pacaran. Aku sudah memberikan panggilan sayang khusus untuknya supaya kita semakin dekat tapi tetap saja dia bersikap seperti orang asing. Apa dia tidak suka dipanggil 'Tetchan'? Kuroko Tetsuya, sudah pasti aku harus memanggilnya dengan Tetsuya tapi supaya kawaii jadi 'Tetchan'.
"Nee, Tetchan tidak suka dipanggil 'Tetchan' ya?"
"Tidak kok. Kalau kamu mau panggil aku begitu silahkan saja."
Tuh, sopan sekali kan pacarku ini. Dimana lagi bisa menemukan orang yang bicara sopan pada pacarnya? Ini orangnya. Fuuh, aku ingin setidaknya dia sedikit berkomentar, mengeluh atau apalah! Tapi ini salah satu sifat yang kusuka darinya, jadi mau diapakan lagi.
Biasanya kami pulang bersama dan Tetchan akan mengantarku sampai rumah. Selama perjalanan kami ngobrol banyak hal.
"Tau tidak? Di kelas hari ini, Kise-kun tidak sengaja menginjak snack Mura-kun, lalu Mura-kun marah dan mengejar-ngejar Kise-kun sambil bawa-bawa gunting! Sepertinya Kise-kun bakal dibunuh, ahahahaha! Mura-kun seperti Akashi-kun saja bawa-bawa gunting."
"Pantas saja waktu latihan Kise-kun kelihatan ketakutan dengan Murasakibara-kun. Semenjak tadi dia berusaha mendekati Akashi-kun untuk minta bantuan."
"Ahahaha~ dasar! Kelakuan mereka berdua di kelas konyol sekali, terutama Kise-kun!"
"Benarkah?"
Apa? Kenapa Tetchan berwajah datar saja? Tidak suka melihatku bicara ya? Semenjak pacaran entah kenapa dia sedikit aneh. Dia memang berwajah datar namun terasa lembut, tapi sekarang berubah jadi datar yang agak dingin. Jangan-jangan dia mulai bosan denganku? Tidaaak!
Kami sudah pacaran sekitar 5 bulan, jangankan ciuman, pegangan tangan saja belum pernah, bisa bayangkan? Teman-teman tidak percaya kalau aku bilang begitu, tapi itu kenyataannya. Sungguh nasib yang tragis. Habisnya Tetchan begitu sih, aku bingung. Apa dia malu? Apa sebaiknya aku yang 'menyerangnya' duluan? OH TIDAK, apa yang aku pikirkan!
Sudah kuduga, pasti dia bosan padaku. Mungkin setelah mengetahui diriku yang sebenarnya dia jadi membenciku, bagaimana ini~?! aku tidak mau kehilangan Tetchan!
"Tetchan…"
"Apa?"
Setelah berpikir seperti itu, aku jadi sedih. Aku berhenti sejenak dan menundukkan kepala. Aku tidak mau pisah dengan Tetchan!
Aku berusaha untuk meraih tangannya, tapi…Eh? Loh? Loh? Loh? Kemana dia?
"Hei, kamu kenapa masih disana?"
"Heh? Tetchan sejak kapan kau ada disana?"
"Sejak tadi aku disini."
"Eh?"
Tidak mungkin. Aku yakin dia ada di dekatku tadi, tepat di depanku! Aku mendengar suaranya dengan jelas dan terasa dekat. Kenapa sekarang dia ada di seberang jalan? Oh, iya, tadi kami dalam perjalanan menuju seberang jalan. Jadi dia meninggalkanku?
"Ayo, cepat."
.
.
.
Esok hari.
Aku dapat email dari Tetchan hari ini. Katanya hari ini tidak bisa pulang bersama.
Lusa.
Hari ini Tetchan juga tidak bisa pulang bersama lagi.
.
.
Selama seminggu ini, aku tidak pulang bersama Tetchan. Apa dia menghindariku? Tidak, jangan berpikiran aneh.
DRRRRT DRRRRT
Ah, email dari Tetchan. Hari ini bisa pulang bersama, akhirnya. Aku kangen dengannya.
Pulang sekolah. Aku melihat Tetchan dekat loker sepatu. Hehe, aku kageti dia ah!
"Tetchaaaan~"
Aku berlari ke arahnya, dan kemudian memegang lengannya dengan sedikit hentakan. Dia tidak kaget sama sekali, wajahnya begitu saja. Aku sudah memasang senyuman manis dan menunggu pujian darinya, tapi kok—
"…"
Tetchan memandangi tanganku yang memegang lengannya. Dia melihatku yang menunggu komentarnya tentang senyumanku yang merekah ini dan kemudian menyernyitkan dahi, a-apa aku melakukan hal yang salah? E-eh..? dia melepaskan tanganku dari lengannya? Dia tidak suka aku pegang lengannya ya? A-atau dia tidak suka disentuh olehku? A-ah.
"Tet—chan..?"
"Ayo, kita pulang."
.
.
.
Benar. Dugaanku benar. Ada yang salah disini. Sepertinya Tetchan mulai benci padaku. Akhir-akhir ini dia menghindariku. Kalau aku dekati, dia selalu ada alasan untuk pergi. Kami tetap pulang bersama tapi dia diam saja tidak bicara apa-apa. Setiap ingin aku sentuh, dia menghindar. Oh, tidak. A-apa yang terjadi?
Kami semakin terlihat tidak seperti orang yang pacaran. Kesempatan untuk pegangan tangan pun hilang, apalagi ciuman.
Sudah kuduga, dia bosan padaku! Tidak boleh begini terus! Aku harus berbuat sesuatu. Aku sangat menyukainya, aku tidak mau pisah dengan Tetchan! Mungkin aku harus lebih agresif, aku harus melakukannya. Aku akan 'menyerangnya' duluan! Aku akan membuatnya jatuh cinta lagi padaku.
.
.
.
Esok hari saat istirahat siang.
Persiapan oke. Tinggal menunjukkannya pada Tetchan. Hari ini aku sudah dandan dengan cantik untuk menarik perhatiannya. Semalam aku sudah mencari tekhnik make-up minimalis di internet dan bahkan minta bantuan Kise-kun. Kise-kun dan Mura-kun saja memujiku cantik.
Oke, pasti berhasil. Sip, aku akan ke kelasnya sekarang dan mengajaknya makan siang.
"Tetchan~ A-are? Dia tidak ada di kelas?"
"Ada apa mencariku?"
"UWAH! Sejak kapan kamu ada dibelakangku, jangan muncul tiba-tiba!"
"Gomen."
Ah, kenapa suasananya jadi suram begini? Lupakan.
"Ayo, makan siang bersama. Aku bawakan makanan untukmu!"
Kami makan siang bersama di atap sekolah.
Oh, Tetchan melihat wajahku. Wajah temboknya sedikit menekuk. Umm, bagaimana komentarnya ya? Ku mohon berhasillah!
"Sepertinya ada yang aneh dengan wajahmu."
"Eh? Aneh? Apanya?"
Aku bertanya dengan nada agak manja menggoda, aha, siapa tau dia tertarik.
Tetchan mendekatkan wajahnya padaku. Walaupun jaraknya kira-kira 30 cm seperti jarak aman nonton TV, tapi ini jarak terdekat yang pernah aku alami dengan Tetchan.
Kok d-dia makin dekat saja, e—to kenapa jadi deg-degan, a-aduh, Tetchan, AAAAAH aku belum siap! Apa aku pejamkan mata saja? Tidak, tidak, memangnya Tetchan mau ngapain? Tapi, tapi, tapi dia makin dekaaaaat… AAAAAAAAAAAH
"Ternyata ada remahan rumput laut di pipimu. Bersihkan dengan ini."
"Eh?"
Hah? Heh? Hah? Hm? Umm… dia menyodorkan sapu tangan?
Ada rumput laut di pipiku? Jadi tadi…bukan mau 'itu'? —Yaaah.
Sampai aku tiba di rumah, Tetchan tidak berkomentar apa-apa tentang dandananku. Hah, jadi hasilnya apa? Padahal aku bermaksud tampil jadi gadis cantik, biasanya aku kan berantakan tidak seperti perempuan. Baiklah, bisa dibilang ini gagal.
.
.
.
Oke, sodara-sodara, aku sudah siapkan ini! JEJREEENG! Kaos biru muda khusus bertuliskan 'Ganbatte Tetchan!' dengan sedikit 'pink bling bling love love' dan tak lupa ikat kepala 'Teikou pasti menang'. Aku akan mendukung pertandingannya hari ini. Aku akan menunjukkannya bahwa aku ini pacar yang penuh semangat dan mendukungnya. Aku juga akan mendukung tim nya supaya menang! Dan—ada nilai plusnya. Aku bisa menunjukkan pada gadis-gadis fans Tetchan kalau dia sudah punya aku! HOHOHOHO.
Oh, Tetchan sudah ada di bench bersama yang lain, sepertinya sedang mendiskusikan strategi. Ini kesempatan!
"Tetchaaaaaan~ yang semangaaat! Aku mendukungmu!"
Tetchan kelihatan terkejut. Wahaha, dia pasti senang aku mendukungnya. Tenang saja, sampai pertandingan selesai aku tidak akan bergeming dari tempatku sekarang.
"A-apa itu? Apa-apaan pacarmu itu? Lihat dandanannya."
"Midorimacchi, kau tidak boleh begitu. Dia datang khusus mendukung Kurokocchi. Dia terlihat imut kan? aku juga mau didukung begitu dong~"
"Nyam..nyam…lucunya~"
"Tetsu, pacarmu itu manis sekali. Ahahaha~"
"Sudahlah, kalian. Fokus pada pertandingan, lawan kita kali ini tangguh jadi jangan main-main. Atsushi, makannya teruskan nanti dan Tetsuya— kau punya pacar yang menarik."
Aku bisa sedikit mendengar pembicaraan mereka. Rekan tim Tetchan kelihatan menyukainya, tapi kenapa Tetchan agak sedikit bersikap aneh? Baiklah, aku akan membuatnya semangat!
Setelah pertandingan usai, aku dan Tetchan pulang bersama.
"Selamat ya Tetchan! Kalian masuk babak final."
"…"
Dia diam saja. Kurasa rencana mendukung Tetchan gagal. Dia terlihat tidak bersemangat. Selama pertandingan Tetchan banyak melakukan kesalahan, teman setimnya berusaha mengcover kesalahannya. Jangan-jangan dia malu ya punya pacar aneh sepertiku? Pacar tidak wajar yang mendukungnya dengan cara tidak biasa. Apa dandananku kali ini lebih mengerikan dari sebelumnya? Sepertinya iya. Gagal.
.
.
.
Beberapa rencanaku untuk menarik perhatian Tetchan telah dinyatakan gagal. Kemarin saja, dia kelihatan marah ketika aku datang ke tempat latihan basket membawakan minuman untuknya. Aku tidak pernah melihatnya semarah itu. Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya dia makin tidak nyaman berada di sekitarku.
"Apa sebaiknya aku menyerah saja?"
"Menyerah untuk apa?"
"A-ah! Tetchan, kau sudah kembali?"
"Ini es krimnya."
Aku mengambil es krim yang baru saja dibeli Tetchan. Kali ini rencanaku adalah mengajaknya kencan di taman bermain tapi sepertinya sebentar lagi akan dinyatakan gagal karena tidak ada progress berarti dari kencan pertama kami kali ini.
Sepertinya Tetchan tidak kelihatan senang, apa karena aku bohong? Aku bohong memintanya menemani beli buku tapi aku malah ajak dia ke sini. Tetchan alergi dengan kata-kata 'kencan', setiap aku ajak dia menolak. Bayangkan! Dalam 5 bulan, ini pertama kalinya kami kencan tapi ini juga tidak terasa seperti kencan karena dia bersikap cuek saja.
"Hei, kenapa kamu malah bengong? Maksudmu ingin menyerah apa tadi?"
Aku tidak menjawabnya. Dia menatapku dengan tatapan bingung. Kalau ingin tanya, jangan dengan cara kaku dan sopan begitu! Jangan bicara seperti orang asing.
Aku berpikir—memejamkan mata.
"Menyerah untuk menjadi pacar Tetchan."
Saat aku mengatakannya, wajah Tetchan tidak berubah, masih dengan wajah temboknya. Aku tersenyum pahit.
"Sesuai dugaan, Tetchan mulai bosan denganku."
"…"
Tetchan, kenapa kau diam saja? Pasti, pasti kau sudah tidak suka padaku lagi. Kau terasa makin jauh dari genggamanku. Sedih. Air mataku sudah tidak tertahankan.
"Maafkan aku karena jadi pacar yang membosankan, tapi kalau memang Tetchan ingin berpisah denganku, aku akan berusaha menerimanya."
Aku membasahi pipiku dengan air mata ini. Sudah, jangan menangis lagi, Tetchan saja tidak peduli. Lihat, dia hanya berwajah datar begitu!
"Es krimmu meleleh."
Kenapa kau malah pikirkan es krimnya! Aku buang saja es krim ini! Kau tidak lihat pacarmu sedang depresi karena memikirkanmu?! Aku tidak mau meresponnya.
"—untuk yang terakhir, bagaimana kalau kita naik bianglala?"
'Untuk yang terakhir'? benar, ini terakhir kalinya. Ternyata Tetchan juga mengharapkan pisah denganku. Dia mengenggam tanganku, menarikku menuju ke tempat bianglala tanpa memperdulikan air mataku yang masih berlinang deras. Pertama kalinya kau mengenggam tanganku kenapa di saat-saat terakhir begini? Jahat sekali.
Aku berhenti menangis namun masih agak tersedak. Sampai naik bianglala, Tetchan masih mengenggam tanganku erat-erat. Lagi-lagi wajahnya datar saja.
Tempat kami belum sampai puncaknya. Setelah hening melanda kami selama berada di bianglala, akhirnya Tetchan bertanya,
"Kenapa kau berpikir aku bosan dan ingin pisah denganmu?"
Tanpa pikir panjang, aku menjelaskannya.
"Tetchan selalu bicara kaku dan sopan padaku. Kau tidak merespon segala ucapan dan tindakan yang kutunjukkan, kau selalu saja berwajah datar. Kau diam saja kalau bersamaku, seperti tidak tertarik."
"Lalu?"
"Kau juga akhir-akhir ini menghindariku. Kau tidak suka aku sentuh, kau juga tidak pernah menyentuhku sedikitpun. Kita tidak pernah pegangan tangan, pelukan bahkan ciuman. Dan yang paling penting—kau tidak pernah bilang 'suka' padaku sekalipun."
Benar juga. Tetchan tidak pernah bilang suka padaku. Aku yang seenaknya menyatakan perasaan dan menganggapnya pacar bahkan menyebarkan beritanya ke semua orang. Bodoh, kenapa aku baru sadar? Tentu saja Tetchan tidak menyukai perbuatanku yang egois ini. Bukannya dia pernah suka padaku, sejak awal dia memang tidak menyukai aku. Kalau begitu sejak awal sebaiknya kau tolak, Tetchan, kau memang terlalu baik hati.
Menyadarinya, aku kembali menitikkan air mata. Pandanganku buram, aku tidak bisa melihat jelas ekpresi Tetchan.
"Gomen, Tetchan. Aku sadar, sejak awal ini memang salahku. Bukan salah Tetchan."
Tetchan terus saja terdiam. Sebaiknya, kau nyatakan dengan tegas menolakku sekarang. Aku sudah siap. Tetchan terlihat sedang berpikir.
"Jadi—kamu ingin aku sentuh?"
"Eh?"
Tangan kanannya masih menggenggam tanganku dan semakin erat. Tangan kirinya mendekati wajahku, berusaha menghapuskan air mata yang tidak henti mengalir ini. Ah, akhirnya dia menyentuh wajahku. Kemudian dia membenamkan wajahku di dadanya. Hah?
"Aku juga ingin sekali menyentuhmu, tapi takut. Aku pikir kamu tidak akan suka. Jadi aku lupakan niat seperti itu—"
Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku bisa membayangkannya, pasti masih 'poker face'. Pelukannya semakin erat saja. Aku membalas dekapannya. Uuumm…bau Tetchan, aku suka. Kenapa nyaman sekali disini?
"—kupikir, berpacaran tidak harus begitu. Karena bagiku, bersama denganmu saja sudah senang."
Dia melepaskan pelukannya dan menghadapkan wajahku padanya. Tiba-tiba aku sadar kembali pada sesuatu.
"Tetchan.. tidak usah memaksakan diri. Sejak awal aku yang egois bilang 'suka' dan menjadikanmu 'pacar' tanpa persetujuan."
Setelah mendengarkan ucapanku, Tetchan sedikit mengerjapkan mata. Wajah yang sudah bisa kubayangkan ternyata memang sesuai. Wajahnya yang entah sejak kapan semakin dekat. Aku merasakan sesuatu yang hangat dan lembut disekitar bibirku. Ah, ci-cium? Dia sedang menciumku sekarang? Oh, tidak, apa aku akan pingsan dan mati bahagia sebentar lagi?
Aku berusaha untuk memejamkan mata untuk lebih merasakan kecupan hangat darinya. A-aku memang sangat menyukainya, aku tidak mau berpisah dengan Tetchan. Tidak mau!
Dia melepaskan ciumannya,
"Yappari, aku suka padamu, Tetchan! Aku tidak mau—"
"—aku suka padamu, bahkan sebelum kau mengenalku. Jadi, jangan mengatakan apa-apa lagi."
Aku baru saja mendengar kata-kata yang sudah lama ingin sekali aku dengar langsung dari mulut Tetchan. Bianglalanya tanpa sadar sudah sampai puncaknya, tapi sepertinya aku tidak bisa menikmati pemandangan indahnya bersama Tetchan karena dalam waktu 5 detik lagi aku akan pingsan.
"A-are? Dia…pingsan?"
OMAKE
Beberapa hari kemudian.
Setelah insiden bianglala, aku jadi merasa berdebar-debar kalau ada didekat Tetchan. Sudah, sudah, sudah, lupakan insiden memalukan, apalagi bagian pingsannya. Tetchan jadi menggendongku sampai rumah karena aku tidak sadar juga. Yang lebih parah, Ayah bertanya-tanya Tetchan siapa dan kenapa membawa anaknya dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Ada yang lebih mengerikan. Tetchan jadi agak berbeda. Dia berkomentar banyak, yang paling dia tekankan adalah 'JANGAN KE TEMPAT LATIHAN BASKETKU!'. Kenapa tidak boleh? Aku menggangu ya? Pantas dia marah waktu itu.
"Ooooi~"
"Oh, Kise-kun, Mura-kun dan Tet—chan."
"Hei.. kenapa kau tidak main ke tempat latihan lagi? Kami semua kangen padamu loh, iya kan Murasakicchi?"
"Iya—nyam..nyam.. Akashi mengijinkanmu mendukung kami dipertandingan berikutnya seperti waktu itu."
"O-oh, akan aku usahakan. Hehe."
Aku melempar pandangan ke Tetchan. Dia terlihat tidak senang. Sebenarnya ada apa sih?
"Tidak bisa."
"Memangnya kenapa Kurokocchi?"
"Pokoknya tidak boleh, Kise-kun."
"Eeeeh~ padahal waktu itu dia terlihat imut sekali, iya kan? kami jadi semangat loh! tapi, dandananmu yang pertama waktu itu terlihat beda sekali, cantik."
Kise-kun menempatkan lengannya di bahuku. Ya, kami memang akrab sih.
"Lepaskan tanganmu darinya, Kise-kun. Kenapa kau tau dia pernah dandan?"
Eh? jadi Tetchan sadar aku dandan ya? Sekarang sih sudah aku lupakan make-up sialan itu.
"Dia kan dandan untukmu Kurokocchi, aku yang bantu loh."
"Sudah kubilang lepaskan tanganmu itu. Bukankah aku sudah memperingatkanmu waktu itu?"
"Kenapa Kurochin~? Kau cemburu? Aku juga suka lihat dia waktu pakai baju aneh itu. Kalau dandan aku belum liat sih."
"Murasakibara-kun jangan ikut-ikutan."
Aku cuma bengong memperhatikan cowok-cowok besar ini berdebat tentangku. Aku seperti dikelilingi raksasa, ah, tidak kecuali Tetchan. Hehe.
Kise-kun melepaskan tangannya dengan paksaan Tetchan.
"Ngomong-ngomong, maksudnya kata-kata Tetchan 'aku sudah memperingatkanmu waktu itu' apa ya, Mura-kun?"
"Iya, waktu itu selama beberapa hari, aku dan Kisechin diceramahi oleh Kurochin. Katanya, jangan membuat kelakuan konyol yang menarik perhatian di depanmu. Aku tidak mengerti maksudnya. Dan setelah pertandingan basket waktu itu, Kurochin juga menceramahi semua anggota tim kecuali Midochin, katanya jangan mengatakan 'manis, imut dll' tentang dirimu di depannya."
"Hah?"
"AH! Kurokocchi, jahat! Jangan pukul aku begitu! Aku dan dia kan hanya sahabat. Lagipula, aku kan yang mempertemukan kalian berdua!"
"Habisnya kau tidak mendengarkan ucapanku Kise-kun. Sebelum dipertemukan olehmu, aku sudah mengenalnya."
"Iya! Tapi kan dia gak kenaaal Kurokocchi—AAAAH…Murasakicchi, tolong aku~"
Tetchan mengejar Kise-kun, entah apa yang mau dia lakukan.
"Dadaaaah~ Kisechin~ semoga kau selamat."
Jadi selama ini Tetchan memikirkanku juga ya. Jadi senang.
Tetchaaaaaaaaan~ aku juga lope lope sama kamu! Dan disini gw bikin omake, tp kurang greget ah. Bodo. Trus, gw jg ngerasa ada yg 'miss' disini, sekali lagi, bodo amat. /ditabok
kok pacarannya udah lama bgt yak? keknya jgn 5 bulan deh harusnya, sori yah lebay dikit gpp.
Ih, gw msh merinding bayangin gw bs bikin crita romance dgn adegan begitu. Lagi lagi, sabodo teuing. Ahaha. Abis ini giliran siapa yak? ahaha
Review Please! *bows*
