Repeat
Story by: Marceline Christy
Posting by: Jade Owrh Hangrizcky
Happy reading
Mengulang, mengulang, terus mengulang..
Setiap hal yang sama terus terulang di dalam hidupku. Bangun tidur, sarapan, mandi, berangkat bekerja, pulang, tidur,dan begitu selanjutnya. Sesungguhnya aku bosan akan rutinitas ku ini,aku juga tidak tahu tentang apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Jika kalian mengira ini adalah cerita tentang seseorang yang bosan dengan hidup monotonnya, lalu mulai bertindak seperti psikopat gila, kalian salah. Aku bukanlah tipe orang yang kehilangan akal, setidaknya otakku masih didalam keadaan waras. Ya, yang membuatku terus merasa kekurangan adalah...aku jenuh atas pengulangan yang terus terjadi di dalam hidupku.
Ini dimulai di suatu pagi di hari Senin, aku mulai memanggang roti, mengoleskan mentega, dan memakannya perlahan. Lalu aku menengok ke arah jam dinding, pukul 06.30, masih ada waktu setengah jam lagi sebelum masuk kerja. Tiba-tiba aku mulai berpikir.
Andai saja aku bisa lebih ramah dengan perempuan dulu, mungkin aku tak akan tinggal sendirian seperti ini. Setidaknya, aku harus menerima ajakan kencan dari Hinata, teman masa kecilku. Tak sepantasnya aku menolaknya.
Penyesalan mulai membanjiri kepalaku. Dulu, jika aku memilih untuk ikut dengan ayah, masa kecilku tak akan seburuk dulu. Ya,walau ibuku tak pernah menyiksa atau memperlakukanku dengan buruk, kehidupanku penuh dengan kemiskinan. Tak ada mainan, tak ada pakaian baru, setiap hari dipenuhi dengan belajar dan membantu pekerjaan ibu.
Dan dua tahun yang lalu, ketika ditawari bekerja ke perusahaan baru oleh sahabatku, dengan naifnya aku menolak. Dan kini perusahaan sahabatku menjadi perusahaan yang terkenal, gaji pegawainya pun tinggi dengan segala jaminan dan asuransi.
Ah... Semakin dipikirkan aku malah semakin kesal, rasanya frustasi sekali. Andai saja dulu aku tidak membuat keputusan yang salah, andai saja waktu dapat diputar, dan andai saja aku bisa mengulang kembali masa lalu...
DUAKKK
"Ah?" Aku merasakan benturan keras yang mengenai kepalaku. Aku mengusap-usap mataku, dan menyadari bahwa aku belum bersiap-siap untuk bekerja. Jam berapa ini?
Aku melihat ke arah jam dinding dan berkedip beberapa kali, seolah tak percaya akan apa yang kulihat. Jam 06.30. Apakah jam dinding ku rusak? Jarum detik nya tak bergerak sama sekali. Aku tertawa, lalu mengecek jam tangan, jam handphone, dan jam alarm. Ini gila. Semua jam ku rusak, bagaimana bisa semua jam berhenti seperti ini?
"Itu tidak rusak. Aku yang menghentikan waktu."
Aku menengok ke pemilik suara. Ada seorang laki-laki yang mengenakan penutup kepala dan jubah hitam yang menjuntai ke lantai. Wajahnya tertutup juga oleh topeng hitam polos. Rasanya ia seperti seorang anggota perkumpulan sesat yang menerobos masuk ke rumahku.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa masuk ke rumahku dengan seenaknya?" ucap ku sambil berusaha mengambil pisau selai yang berada di dekatku.
Ia tertawa kencang, entah mengapa suara tertawaannya sungguh menyeramkan. Rasa takut dan khawatir bercampur aduk dalam benak ku. "Bukankah kau ingin mengulang lagi masa lalumu itu?"
"Ya, dan kau pikir kau bisa membantu?"
"Tentu, tapi kau tahu kan. Tidak ada yang gratis di dunia ini,dan aku juga punya aturan tersendiri, jadi kau harus mengikuti aturanku. Sementara ini, apakah kau setuju?"
Aku mengangguk.
Ia kembali tertawa melihat responku. "Begini, aku akan memberikanmu tiga kesempatan untuk mengulang kembali masa lalu mu. Dan jika kau merasa tidak puas dengan ketiganya, kau harus mengorbankan salah satu anggota tubuhmu yang ku perlukan. Apapun itu. Bagaimana?"
Dengan bodoh nya aku mengangguk untuk yang kedua kalinya tanpa mengetahui dengan siapa aku berurusan. Entah itu hantu, monster, atau iblis, persetan dengan semuanya. Aku tidak perduli.
"Baiklah,pilihan yang sangat cermat. Jika kau terbangun nanti, kau akan mulai mengulang ke masa penyesalan Pertama mu. Selamat menikmati semuanya.. "
Aku merasa mengantuk seketika itu juga, mataku mulai terasa berat, perlahan namun pasti, sosoknya mulai menghilang. Tubuhku seperti terombang ambing di atas lautan,lalu terbakar oleh api neraka.
"Hei Naruto, Apakah kau mendengar apa yang ku katakan?"
Hinat duduk di sebelahku, ia mengenakan syal putih yang dipadukan dengan gaun merahnya. Kami berdua sedang duduk berhadap-hadapan di Cafe yang cukup terkenal di kota kami. Ini adalah kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat orangtuaku belum bercerai, dan ini adalah hari dimana aku menolaknya.
"Uh.. Aku tahu kau akan menolakku."
Aku menahan tangannya, "tidak, aku ingin berkencan denganmu." dan kami pun berpelukan.
Dan sejak hari itu, aku mulai berkencan, berpacaran, dan bertunangan dengannya. Semua hari terasa indah, apalagi dalam kehidupan ini, kedua orangtuaku tidak bercerai.
Usiaku sudah menginjak 35 tahun, dan ini berarti sudah 15 tahun semenjak pengulangan dalam hidupku itu terjadi. Tak ada yang mengetahuinya kecuali aku dan laki-laki misterius itu, dan tak ada yang boleh tahu selain kami. Besok adalah hari pernikahanku, tak ada yang boleh mengacaukannya.
Seperti yang ku harapkan, pernikahanku berjalan dengan mulus. Tak ada satupun hambatan dari awal hingga akhir. Begitu pula dengan malam pertama kami, tak usah ku jelaskan rinciannya, karena itu privasi kami berdua.
Aku pun mulai membuka usaha sendiri, berjuang dari awal, dan mengumpulkan uang untuk membeli rumah. Namun takdir tak dapat dihindari, apapun yang terjadi harus aku terima walaupun sakit. Musim dingin itu adalah musim yang membuat pilu.
Aku baru saja pulang dari tempat usahaku, membawa sebuah kue besar untuk Mary yang sudah menunggu di rumah. Ia memintaku untuk pulang dengan cepat, mungkin ia khawatir karena salju yang dingin bisa membuatku terkena flu. Namun sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk pergi ke toko kue dan toko bunga untuk mengejutkannya.
Sesampainya di depan rumah, aku melihat pintu terbuka dengan lebar. Oh ya ampun, ia sangat ceroboh. Bagaimana bisa ia lupa menutup pintu seperti itu? Apakah tidak dingin? Aku tersenyum geli. Lalu aku masuk ke dalam rumah, mengunci pintu, dan memanggilnya seperti biasa.
"Hinata? Dimana kau? Aku membawakan sesuatu untukmu."
Tak ada jawaban.
Aku mulai khawatir, biasanya ia langsung menjawab dan menghampiriku. Mungkin hari ini dia lelah. Aku melepaskan baju tebal dan melangkah ke arah kamar.
Disitu terpampang pemandangan yang sangat mengerikan. Hinata tergantung dengan sebuah tali. Tidak, ia tidak bunuh diri. Banyak luka tusukan di sekujur tubuhnya. Ia dibunuh.
Tubuhku membeku disana, aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku pasti bermimpi, aku harus bangun.
"Ini bukan mimpi. Ini perbuatanku." suara yang familiar terdengar dari sudut kamar.
"Ka.. Kau merampas kebahagiaanku!" Aku hampir gila, pikiranku kini sangat kacau.
Ia tertawa dan menyentuh mayat Hinata dengan ujung jari telunjuk nya. Mary berubah menjadi debu seketika itu juga,dan lingkungan di sekitar kami berubah menjadi hitam semua bagai ruang tanpa batas.
"Aku sudah bilang, tak ada yang gratis di dunia ini kan? Kau juga sepakat dengan itu. Sekarang lanjutkanlah pengulangan hidup mu yang kedua. Nikmati kesempatan kedua ini. Bagaimana ya akhirnya? baik atau buruk? Itu terserah aku! Hahahaha."
Laki-laki misterius itu hilang kembali, meninggalkan aku sendiri dalam kegelapan. Kepalaku kembali pusing..
DUAKKK...
TBC
Cerita ini bukan aku yang buat, tpi salah satu admin di official account LINE yang namanya "deep dark fears" . Berlanjutnya fic ini tergantung pada penulis aslinya.
Apakah masih perlu di lanjutkan? Jika perlu, tolong reviewnya ya~
