My Lost Love

Oneshoot

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Pair: WonKyuMin, Genderswitch (Minnie)

Summary: Kyuhyun seorang tuan muda yang manja. Dibully dan dijauhi adalah nama tengahnya. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Sungmin dan Siwon. Akankah Kyu menyadari pentingnya arti SiMin di hatinya?

.

.

\(w)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

"Kya~ Kyuhyun oppa!"teriak para yeoja ketika aku keluar dari mobil mewahku.

Para Yeoja berusaha mendekatiku dan memberikan berbagai macam bingkisan yang terbungkus dengan sangat rapi dan penuh warna. Aku hanya melengang dengan tenang sambil sesekali menebar senyuman evil-ku. Aku tak perlu susah-susah menerima semua bingkisan itu karena asisten setiaku, lee sungmin, akan dengan senang hati menyimpannya untukku. Aku juga tidak perlu takut para yeoja itu akan bertindak brutal kepadaku, karena Choi Siwon, pengawalku akan dengan sangat berani menjagaku.

Ini adalah rutinitasku setiap pagi. Sambutan hangat senantiasa mengisi pagi hariku. Tidak, bahkan sambutan hangat ini akan selalu menghiasi keseharianku selama di sekolah. Jika istirahat tiba, yeoja fanatik itu akan berdatangan ke kelasku untuk memberikan hasil prakarya mereka pada pelajaran tata boga. Ada beberapa dari mereka yang senang hati mengerjakan tugas-tugasku bahkan sebelum aku sempat berpikir untuk menyelesaikan itu semua di rumah.

Kalian sudah lihat bagaimana para yeoja itu memujaku sedemikian rupa. Hal ini wajar terjadi karena aku adalah namja tampan di sekolahku. Selain tampan, aku juga pintar, populer dan ketua OSIS. Belum lagi kekayaan kedua orangtuaku yang tidak akan habis hingga turunan kesekian. Tubuhku tinggi, dengan rambut kecoklatan sedikit ikal, dilengkapi dengan mata obsidian yang penuh pesona, belum lagi kulit putih bersih yang menyelimuti ragaku yang sempurna. Perfect adalah kata paling benar saat menggambarkan diriku dan semua kehidupan yang kumiliki.

PLAAAAK

Aku merasakan kepalaku berdenyut keras. Nyeri tak tertahankan ketika sebuah kamus besar menghantam belakang kepalaku dengan indahnya. "Apa-apaan sih hyung? Sakit!"teriakku kepada namja super tinggi itu.

"Kamu pasti sedang mengkhayal ya? Hah! Ngaku! Dasar saeng kurang ajar!"omel Siwon-hyung, semakin membabi-buta memukul kepalaku dengan map-map yang ada di atas meja.

"Ya! Sakit, hyung! Sakit! Ngerti nggak sih? SAKIIIIT!"teriakku sambil melindungi kepalaku dengan perlindungan minimal, yaitu kedua lenganku.

"Biarkan saja. Aku tidak peduli. Memang kamu pikir kamu siapa? President? Huh!"balas Siwon-hyung tanpa niat memberiku simpati.

Aku menatap yeoja yang sedang asyik membuka beberapa bungkus cokelat. Aku memandangnya dengan tatapan penuh kasih, memohon bantuan lebih tepatnya.

"Tatapanmu sungguh menggelikan, Kyu. Kau pikir aku peduli? Tidak!"balasnya sambil memberikan senyuman yang tak kalah evil padaku. Huft! Dia terlalu lama bergaul denganku sepertinya.

"Rasakan kau! Itu memang pantas kau dapatkan. Dasar saeng menyebalkan"teriak Siwon-hyung kesal. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa dalam ruang OSIS ini.

Oke aku memang salah menganggap kedua orang ini sebagai asisten setia dan pengawalku padahal mereka hanya namja-yeoja yang menyandang status sahabat Cho Kyuhyun. Aku bertindak angkuh tadi dengan berlagak seperti bos besar kepada mereka. Aku memerintah mereka dengan seenaknya terutama saat berhubungan dengan yeoja penggila itu. Sepertinya aku harus mengaku saat ini sebelum aku hanya tinggal kenangan.

"Ommo! Maafkan aku HYUNG-NOONA!"teriakku saat menyebutkan panggilan mereka, Hyung dan Noona. Mereka ini lebih tua dariku. Dua tahun di atasku. Tapi atas kepintaranku, aku bisa satu tingkat bersama mereka.

"Tuh kan! Membayangkan apalagi kau kali ini?"tanya Sungmin-noona ketika ia melihat aku kembali menyeringai tanpa kusadari.

PLAAAK

"Maafmu tak ada gunanya. Kau pasti akan kembali berulah. Hah! Aku kesal!"ujar Siwon-hyung sambil menarik tangan Sungmin-noona setelah ia memukul kepalaku dengan sebuah bingkisan.

"Ayo, Minnie! Kita tinggalkan saja dia disini. Aku bosan mengurusinya"

Tanpa penolakan, Sungmin-Noona berjalan mengikuti langkah Siwon-hyung yang jauh lebih panjang darinya itu.

BLAAAM!

Pintu ruang OSIS ditutup dengan sangat tidak elit oleh Siwon-hyung untuk entah ke berapa kali. Itu memang kebiasaannya jika lelah melayani sikap kekanak-kanakan milikku. Berakhirlah aku kembali sendiri di ruangan ini. Sebuah benda berbentuk kotak berwarna hitam tergeletak dengan manis diatas meja. PSP tersayangku memanggil jiwa bertarungku yang sudah hilang dibawa pergi oleh para sahabatku itu. Maaf, PSP! Aku tidak tertarik padamu saat ini.

Choi Siwon dan Lee Sungmin adalah sahabatku dari kecil. Mereka tidak berasal dari keluarga super kaya sepertiku, tapi mereka memperlakukanku sama seperti anak yang lainnya. Mereka tidak takut mendekatiku bahkan mereka rela memberikan segalanya untukku.

.

FLASHBACK

.

Aku bermain di pojok ruang kelasku, ditemani oleh mainan-mainan dan beberapa pengawalku. Aku sendiri bersama imajinasiku yang kutuangkan ke dalam buku gambarku. Aku menatap nanar temanku yang lain. Mereka sedang asyik bercanda gurau bersama di sisi lain kelas. Aku iri. Aku juga ingin bermain dengan mereka.

"Aku mau pipis ahjuci! Pipis"keluhku sambil menarik celana seorang pengawalku.

"Ne, tuan muda. Aku antar ke toilet"tawar pengawalku itu.

"Andwae, kyu cudah becar. Kyu bica cendili kok"tolakku dengan suara cadelku.

"Benar? Kalau ada apa-apa, tuan muda teriak ya!"kata pengawalku penuh pengertian.

Aku mengangguk mantap. Ia membiarkan aku berjalan sendiri ke toilet yang letaknya ada di ujung koridor kelas. Aku memasuki ruang toilet khusus murid yang memang dicampur namja-yeoja.

Ommo! Semuanya penuh. Aduh, aku sudah tidak tahan! Aku mengapit selangkanganku, berusaha menahan cairan itu keluar.

"Teman-teman, gantian dong. Kyu cudah tidak tahan niy"teriakku sambil menggedor beberapa pintu.

Tidak ada respon dari teman di balik pintu itu. Aku berjalan mondar-mandir di depan bilik toilet. Argh! Tidak tahan!

"Dor!"

"Huahahaha... Tuan muda becar kita telnyata cuka ngompol!"

"Hahahaha... Ih bau... Jolok!"

Seorang 'teman' sekelasku mengagetkanku dari belakang sehingga kran yang berusaha kutahan jebol juga. Celana, sepatu dan lantai basah oleh air seniku yang berbau itu. Beberapa 'teman'ku mulai mencemooh diriku yang ngompol. Kurasakan mataku mulai panas dan dadaku bergetar nyeri.

"Tukang ngompol... Dacar ngompol"

"Jolok! Jolok! Iiih Jolok!"

BRAAAK!

Sebuah pintu bilik terbuka lebar. Seorang yeoja kecil keluar dari bilik itu. Ia menatapku yang menggigit bibir bawahku menahan tangis. Ia mengalihkan tatapannya kepada tiga orang 'teman' yang mengejekku itu. Tatapannya tajam dan menusuk. Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia pergi meninggalkanku.

"Ih, cyelem banget cih!"keluh seorang teman itu saat yeoja tadi sudah menghilang dari hadapan kami.

"He-eh! Aku tatuuut~"ujar seorang yang lain mengiyakan kata 'teman' sebelumnya.

"Iiih~ apa cih yang kamu lihat! Dacar tuan becar jolok tukang ngompol"ledek 'teman' yang lain saat sadar aku menatap mereka.

"Iiih~ cana~! Jolok! Bau~!"

Seorang 'teman' mendorongku ke tembok sampai aku jatuh terduduk. Airmataku jatuh juga. Aku menangis dalam diam.

"Huahahahaha! Cengeng! Cengeng! Kyu cengeng!"sorak tiga 'teman'ku itu.

TEEET!

"Eh, udah macuk!"kata salah satu dari 'teman' itu menghentikan kegiatan mereka terhadapku.

"Ayo cepat macuk! Aku tidak mau ketinggalan!"seru yang lain.

"Ayo!"ujar yang terakhir sambil menarik kedua temannya keluar.

Sebelum mereka sampai diluar, yeoja kecil tadi masuk ke dalam toilet lagi. Ia menatap tajam kepada tiga 'teman' itu. Aku masih terisak, melihat keadaanku yang basah. Yeoja itu menghampiriku, lalu berjongkok di depanku.

"Uljima. Ne"ucapnya lembut seraya mengelus kedua pipiku dari jejak airmata.

"Hiks... Nugu? Hiks..."tanyaku takut.

Ia tersenyum manis padaku, lalu membantuku berdiri. "Nih! Pakai ya!"katanya sambil mengulurkan seragam TK dan celana dalam kepadaku.

Aku menatapnya bingung. Pipiku merona merah. "Ne. Wae?"

Ia tersenyum sekali lagi. "Ayo, pakai. Mau aku bantu?"tanyanya dengan lembut.

Aku tersontak kaget mendengar ucapannya. "Andwae. Aku bica cendili kok"tolakku.

"Ya cudah. Aku tinggal ya"katanya lagi sambil melangkah keluar.

"Chogiyo!"teriakku. Aku menahan lengannya. "Jangan pelgi. Temani aku ya?"pintaku padanya. Saat ini ruang toilet ini sepi. Hanya ada aku dan dia. Aku takut. Aku menatapnya dengan puppy eyes-ku.

"Ne. Arraso. Cepat ganti. Aku tidak akan mengintip"katanya sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

.

FLASHBACK END

.

"Kyu, sudah sore. Sampai kapan kau mau di sini?"tanya Sungmin-noona membuatku kaget dari lamunanku. "Palliwa!"ajaknya, masih dengan posisi kepala menyembul dari pintu.

Aku bergegas menghampiri Sungmin-noona, yeoja kecil penyelamatku. "Ne, noona! I'm coming"teriakku sambil menerjang Noona-ku itu. Aku memeluknya erat.

"Aigoo! Kau tidak pernah berubah Kyu. My little saeng!"katanya sambil mengacak rambutku dengan lembut.

Aku tersenyum menanggapi perilakunya padaku. Aah~ aku cinta Noona-ku ini!

.

.

\(^o^)/ ~YuyaLoveSungmin~ (=w=")

.

.

"Kyu, aku lihat kamu kemarin memeluk Sungmin Sunbae ya?"tanya Jessica saat aku sedang menikmati makan siangku.

"Kamu nggak malu berjalan dengannya?"tanya Yuri menimpali.

Aku tersenyum. "Hahaha... Kalian ini dapat gossip semacam itu darimana?"tanyaku mengalihkan.

"Ada deh. Dia bilang oppa baru keluar ruang OSIS sore kemarin"tambah Seohyun.

"Sudahlah. Untuk apa kita membicarakan sesuatu yang nggak penting. Lanjutkan saja makan kalian"ujarku bosan.

Kumpulan yeoja itu menuruti kata-kataku, melanjutkan makan mereka dalam diam.

Saat ini aku sedang berada di cafe sekolah, khusus untuk kelas VIP. Di Yoo Nim High School terdapat beberapa kelas; kelas reguler, kelas internasional dan kelas VIP. Kelas reguler terdiri dari siswa-siswi kalangan biasa nan cerdas sehingga mendapatkan beasiswa di sekolah bergengsi ini. Kelas internasional terdiri dari siswa-siswi dengan kewarganegaraan luar korea atau pun memiliki keluarga dengan campuran budaya. Sedangkan kelas VIP terdiri dari siswa-siswi dengan latar belakang keluarga High class. Siswa di kelas VIP biasanya berusia lebih muda dari siswa yang lain, sehingga banyak dari kami yang ada di tingkat akhir memanggil siswa lain sebagai Sunbae. Jumlah siswa di kelas VIP bisa dihitung dengan jari, karena memang diberikan yang terbaik untuk kami.

Kantin di YN High School pun terbagi menjadi tiga; kantin, cafetaria, dan cafe. Kantin dikhususkan untuk siswa reguler. Sistematikanya adalah siswa memesan, mengambil, lalu membayar dengan uang saku mereka. Di kantin disediakan berbagai makanan kalangan biasa dengan kualitas biasa namun tetap sehat. Kebanyakan dari siswa reguler membawa bekal mereka sendiri, jadi kantin lebih bisa diartikan tempat berkumpul bagi mereka. Cafetaria dikhususkan untuk siswa internasional. Sistematikanya adalah siswa mengantri, lalu mendapatkan makanan sehat sesuai yang mereka inginkan dengan kupon makan siang. Cafetaria sangat luas dan dipenuhi dengan makanan dari berbagai negara. Ya, kalian tahu isi kelas internasional siswa seperti apa. Terakhir adalah cafe. Disini kami dilayani keseluruhannya. Kami tinggal duduk di lounge, membuka menu, memanggil waitress, lalu makanan siap sedia di depan mata kami. Semua jenis makanan bisa kami pesan disini. Itulah keistimewaan untuk kami.

Jessica menggelayut manja pada lenganku. Aku membiarkan ia berbuat semaunya. Toh kami tidak memiliki hubungan apapun. Saat aku ingin masuk ke dalam lift khusus siswa VIP, pintu lift tertahan sesuatu. Sebuah wajah yang begitu kukenal sedang terengah-engah mengatur napas. Jessica seketika melepaskan tangannya dariku. Yuri, Seohyun dan beberapa siswa VIP terkejut melihat siswa regular berada di wilayah kami.

"Kyu... Hah... Hosh... Ini... Tertinggal... Hah... Hah..."ucap Sungmin-noona, memberikan bekal makan siangku yang terbungkus kain.

Semua mata memandangku bingung bercampur shock. Aku ikut tertegun bahkan menahan napasku saking kagetnya. Kenapa Sungmin-noona harus menyusul kemari sih?

"Kyu"ucap Sungmin-noona sambil menggoyangkan kotak makan itu di depan wajahku. "Ini ambillah"

Aku mendorong kotak makan itu ke arahnya. Aku menekan tombol lift agar pintu mulai tertutup. "Aniyo! Shirreo! Pergi sana!"teriakku di hadapan Sungmin-noona.

Noona menggenggam kotak makan itu sambil tersenyum ketika pintu lift mulai menutup. Lift mulai bergerak ke atas. Aku masih bisa melihat sebuah senyuman terpampang di wajah noona. Senyum yang kini merobek hatiku. Andai saja pintu lift ini tidak terbuat dari kaca, aku tidak perlu melihat wajah terluka milik noona-ku.

Sepanjang pelajaran, wajah Noona selalu menghantuiku. Aku tahu Noona pasti sangat lelah menaiki tangga darurat sampai ke lantai 4 dari lantai dasar kantin. Aku sungguh tega menolak makanan yang ia buat begitu saja.

Aku kesal dengan fasilitas sekolah yang benar-benar diskriminasi ini. Kantin di lantai dasar, lantai 1 dan 2 cafetaria yang hanya bisa dinaiki eskalator oleh siswa internasional serta lantai 3 dan 4 cafe yang bisa dicapai dengan lift khusus kartu milik tiap siswa VIP. Semua lantai hanya bisa diakses dengan tangga oleh siswa regular. Untung saja kelas mereka hanya sampai lantai 3.

"Kyu? Kamu kenapa?"tanya Lee seonsaengnim dengan nada khawatir karena ia mempergoki aku yang sedah mengacak rambut secara frustasi.

"Gwenchana, seonsaengnim. Boleh saya ke UKS sebentar? Sepertinya saya sedikit lelah"tawarku kepada guru baik hati itu.

Setelah melalui beberapa lantai dan sistem menyebalkan dari sekolah ini, sampailah aku di ruang OSIS. Aku mengganti haluanku. Lebih baik aku menenangkan diri di ruang ternyaman milikku. Aku menekan beberapa deret angka pada pintu ruang ketua OSIS. Aku memasuki ruang pribadiku. Aku merebahkan tubuhku di atas sofa. Mataku teralihkan kepada sebuah benda berbentuk kotak dengan warna biru. Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih kotak itu.

Sebuah pesan terselip di bawahnya: Makannya pelan-pelan ya. Maaf tadi aku lupa. Selamat makan! Semoga kamu menyukainya ^.^b

Sebuah bento yang begitu indah. Sungmin-noona memang sering membuatkanku bento. Hal ini dikarenakan aku yang mudah sakit. Ia juga membuat terobosan baru sehingga aku bisa makan sayuran tanpa merasakan rasa khasnya.

Aku mengambil ponselku, lalu mengetikan beberapa baris kata. 'Sungmin-noona, gomawo! Mashita! Temui aku di taman air Kim Island pukul 04:00 pm ya. Aku mau bicara. Tunggu aku'

Pesan terkirim. Pikiranku mulai terasa ringan dan perutku sudah terasa penuh. Mataku mulai memberat, memintaku untuk diistirahatkan. Aku memutuskan untuk bolos pelajaran terakhir. Hoam!

Hanadoolset geudaega wootjyo soomi muhjeul guhtman gatjyo
Geudae misoreul damasuh maeil sarangiran yorihajyo yuhngwuhnhi

I love you Love you Love you

Tidurku terusik oleh senandung nada dari ponselku. Dengan mata yang enggan membuka, aku mencari keberadaan ponsel itu.

"Yoboseyo"ujarku malas saat akhirnya kutemukan ponsel yang sedaritadi meminta haknya untuk diangkat.

"Tuan muda dimana? Ini sudah sangat sore. Tuan dan Nyonya menunggu tuan muda sedaritadi"ujar seseorang di seberang saluran telepon yang kuyakini sebagai Mr. Park, supir pribadiku.

Mendengar kata Tuan dan Nyonya, membuat mataku bersemangat untuk bangkit. Appa dan Eomma pulang! Huaaaa... Aku berlari keluar ruang OSIS yang masih sepi. Kupandang langit yang sedang tidak bersahabat dari kaca lift. Hujan turun begitu deras di gelapnya malam. Aku lihat arlojiku menunjukkan pukul 06:25 pm. Pantas saja Mr. Park terdengar cemas. Eomma, appa! Tunggu aku!

.

.

\(^o^)/ ~YuyaLoveSungmin~ (=w=")

.

.

BUUUG!

"Dasar kau namja sialan tak tau diri!"teriak Siwon-hyung setelah memukulku.

Saat ini aku sedang berada di kelasku, menunggu jam pelajaran pertama dimulai. Bisik-bisik mulai memenuhi ruangan ini. Semua siswa bingung melihat siswa internasional berlaku seenaknya di kelas VIP. Pada saat seperti ini, biasanya akses kelas VIP telah terkunci, sehingga tidak akan ada siswa lain yang bisa mengusik. Oh, mereka lupa. Bagaimanapun Siwon-hyung adalah dewan siswa kedisiplinan. Ia memiliki semua akses untuk bisa menjelajahi setiap inchi sekolah tanpa terkecuali. Tapi pertanyaannya adalah apa yang ia lakukan disini dan mengapa ia memukul ketua OSIS.

"Sunbae, apa yang kau lakukan?"

"Jangan bertindak semaunya di sini, sunbae!"

"Biarpun sunbae dewan kedisiplinan, tapi ini kelas VIP dan sunbae tidak bisa macam-macam"

"Kyu itu ketua OSIS. Sunbae nggak berhak memukul Kyu!"

"Kyu, gwenchana?"tanya salah seorang temanku sambil membantuku berdiri.

Teman-temanku yang lain masih menuding Siwon-hyung. Aku lihat mimik wajah Siwon-hyung sama sekali tidak berubah. Amarah dan kebencian masih terkuar dari aura tubuhnya.

"Gomawo, Jinki"kataku dengan gaya cool setelah aku berdiri tegap. Aku menghampiri Siwon-hyung.

"Apa salahku Siwon?"tanyaku. Benar, aku tidak mengerti apa kesalahanku.

"Siwon?"lirih Siwon-hyung pelan, tapi masih sangat jelas kudengar. "Kau tidak tahu salahmu, wahai Cho Kyuhyun yang agung?"cibir Siwon dengan mata meremehkan.

"Hei! Maksudmu apa, Siwon?" Aku tidak suka mendengar cibiran Siwon-hyung. "Apa salahku? Jangan mencibirku begitu!"

"Sadarlah, Kyu! Inikah yang kamu harapkan?"tanya Siwon-hyung sambil menunjuk setiap sudut ruang kelas.

"Siwon, jangan bertele-tele! Sebutkan kesalahanku!"gertakku mulai kesal.

"Pikirkanlah sendiri. Aku bosan selalu mengingatkanmu! Lagipula ternyata aku bukanlah hyung-mu lagi. Bye, baby-Kyu!"ujar Siwon-hyung dengan nada marah bercampur kecewa. Ia meninggalkanku yang masih belum bisa mencerna kata-katanya.

"Ommo! HYUNG!"teriakku ketika aku mengerti ucapan Siwon.

Aku berlari ke arah Siwon-hyung yang sudah menghilang.

Kepalaku terasa pening. Badanku oleng ke depan pintu. Beberapa temanku menghampiriku dengan khawatir. Aku menolak mereka mendekatiku. Apa salahku, Siwon-hyung? Kenapa kamu tidak mau menganggapku lagi?

"Kyu, kembali ke tempat dudukmu sekarang!"perintah Seo seonsaengnim.

Aku berjalan dengan gontai ke mejaku. Semua teman sudah duduk di bangku mereka masing-masing. Mereka masih memberikan tatapan bingung dan simpati kepadaku. Entahlah aku bisa konsentrasi atau tidak. Huft!

.

FLASHBACK

.

Aku sedang duduk di bangku taman. Para pengawalku tidak menemaniku, karena aku meminta mereka untuk tidak ikut. Butuh waktu lama dan rayuan super agar semua pengawalku itu membiarkan aku pergi sendiri ke taman. Ralat. Aku tidak sendirian tapi bersama Sungmin-noona.

Sejak kejadian empat tahun lalu, orangtuaku sudah mengenal Sungmin-noona. Awalnya orangtuaku menolak aku berdekatan dengan Sungmin-noona yang berasal dari keluarga biasa itu. Sungmin-noona memang berasal dari keluarga biasa dengan Appa bekerja sebagai pegawai bank dan eomma bekerja sebagai penjaga toko. Sungmin-noona bisa bersekolah di TK Flower yang bergengsi itu dikarenakan Nenek-nya menjadi guru kami.

Aku menangis selama tiga hari karena eomma dan appa melarangku bermain dengan Sungmin-noona. Aku jatuh sakit, demam tinggi. Setelah mempertimbangkan banyak hal, eomma dan appa memperbolehkan aku bermain dengan Sungmin-noona. Akhirnya setelah seumur hidup aku terasingkan, sekarang aku memiliki teman.

Aku tersenyum senang sambil menggenggam lollipop kesukaan Sungmin-noona. Aku menunggu Noona yang sedang membeli ice cream untukku. Tiba-tiba ada yang mengambil lollipop-ku begitu saja.

"Hai, Tuan Muda Cho Kyuhyun! Mana pengawalmu, hah? Anak mami!"cibir anak yang mengambil lollipop-ku.

Ia adalah teman sekelasku di HeeNam Elementary School. Salah satu anak nakal yang senang mem-bullying aku. Aku akui aku ini termasuk yang dijauhi oleh semua teman-temanku, karena mereka takut dengan pengawalku dan segala kekuasaan milik keluargaku. Oleh karena itu, aku begitu senang memiliki teman, Sungmin-noona.

"Kamu sendirian, Kyu?"tanya temanku yang lainnya.

"Ani. Aku bersama temanku"jawabku jujur.

"Teman? Siapa? Memangnya ada yang mau berteman denganmu?"tanya mereka lagi.

Beberapa teman muncul di hadapanku. Ada kira-kira sepuluh orang kini mengerumuniku. Mereka memasang wajah garang kepadaku. Jujur, aku takut. Andai saja aku tidak meminta semua pengawal berdiam di rumah. Mana Sungmin-noona?

"Hei, kau kenapa? Takut?"tanya seorang dari mereka ketika melihat aku mulai gusar.

Aku melangkah mundur. Mereka mulai memojokkanku ke pinggir pancuran air. "Tidak. Aku mau pergi"kataku berusaha menerobos barisan yang mereka bentuk.

"Hei, dia tidak bersama dengan pengawalnya. Dia benar-benar sendirian"ujar salah seorang kepada teman-temannya yang lain.

"Betul! Bagaimana kalau kita kerjai dia?"

Gawat! Aku harus buru-buru pergi dari sini. Aku melangkahkan kakiku, menabrak tubuh mereka yang lebih besar dariku. Lenganku dicengkram oleh dua orang, membuatku tidak bisa bergerak. Mereka mendorongku kembali ke pinggir kolam.

"Mau kemana kamu? Kamu pikir bisa lari dari kami?"

"Berikan uangmu"

"ANDWAE!"berontakku.

Mereka merogoh setiap inchi pakaianku, mencari dompetku. Walaupun aku anak orang kaya, eomma dan appa belum memberikan kepercayaan kepada anak mereka berumur tujuh tahun untuk membawa uang. Mereka menarik baju dan celanaku. Mereka mulai kesal ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Hah! Ternyata dia jauh lebih miskin dibandingkan kita"

"DASAR ANEH!"

"TUAN MUDA YANG MISKIN. HAHAHAHAHA"ejek mereka kepadaku.

Mereka saling memberi pandang, seakan bertelepati kepada masing-masing.

BYUUUR!

Aku terjatuh ke dalam kolam pancuran air yang dingin. Mereka mendorongku dengan sengaja. Tanpa aba-aba air mataku membasahi pipi.

"YAAA! Apa yang kalian lakukan?"teriak seseorang dari arah lain. Sungmin-noona?

"Huahahaha… cengeng!"

"Eh, ayo kabur!"

"Dah, Tuan muda cengeng"

KLIK! Salah seorang mengambil gambarku yang basah dan berantakan serta menangis. "Ini akan bagus dipajang di mading besok"

"Bye! Bye! Kyu~~!"teriak mereka semua dari kejauhan.

"Aish! Mereka benar-benar namja nakal"ujar seseorang yang tadi berteriak kepada kami. "Awas kalian ya!"teriaknya pada gerombolan yang sudah menghilang itu. Ia mengulurkan tangannya padaku. "Gwenchana?"

Aku menangis semakin kencang. Aku mau Noona, sekarang! "HUAAAAA… NOONA!"teriakku saat aku sudah berdiri, masih di dalam kolam pancuran.

Namja yang membantuku terlihat panik karena semua orang sedang menatap kami. "Ya! Jangan menangis! Mereka bisa salah paham"bisiknya mencoba menenangkanku.

"Bukan aku yang membuatnya menangis. Bukan"jelasnya kepada beberapa orang yang sedang melintas.

Aku tidak peduli karena membuat namja itu disalahkan oleh semua orang. Aku hanya ingin Sungmin-noona di sini sekarang. Namja itu membantuku keluar dari kolam. Ia membantu merapikan keadaanku.

"KYUUU!"teriak seseorang memanggilku. Nada suaranya terdengar sangat khawatir. Aku menoleh ke arah suara. Sungmin-noona!

"Ommo! Kyu, kenapa?"tanya Sungmin-noona sambil memelukku. Ice cream yang baru ia beli, sudah mencair di tanah. Saking cemasnya, Noona spontan membuang ice cream itu.

"Noona~~"panggilku manja. Aku masih menangis.

"Apa yang terjadi dengan dongsaeng-ku?"tanya Sungmin-noona pada namja tadi, masih memelukku.

"Ya! Sungminnie?"

"Siwonnie"teriak noona, melepas pelukannya.

Aku melihat mereka berdua yang jadi mengacuhkanku. Mereka melakukan jabat tangan aneh yang biasa dilakukan teman lama yang baru bertemu.

.

FLASHBACK END

.

Itu pertama kali aku bertemu dengan Siwon-hyung. Setelah berbincang beberapa lama, tentunya mengganti bajuku di rumah Siwon-hyung, aku tahu bahwa mereka adalah teman semasa kecil. Siwon-hyung pergi ke Inggris selama satu tahun karena urusan kerja appa-nya. Sejak saat itulah aku, Siwon-hyung dan Sungmin-noona menjadi dekat.

Sungmin-noona, apa yang sedang dia lakukan sekarang ya?

Langit terlihat gelap, sepertinya akan hujan lagi seperti kemarin. Padahal kalau jalan-jalan ke taman pasti seru ya. Taman air Kim Island.

"Ommo! Noona!"teriakku ketika ingat janjiku kepadanya kemarin.

"Kyu! Duduk yang benar!"bentak Seo seonsaengnim.

Aku keluar dari mejaku. Aku menghampiri Seo seonsaengnim, membungkuk di hadapannya. "Mianhae seonsaengnim. Saya ada urusan penting"

"Ya! Cho Kyuhyun! Aish!"teriak Seo seonsaengnim frustasi ketika aku berlalu dari hadapannya tanpa peduli.

Aku bergegas ke parkiran mobil. Mr. Park sedang asyik menyeruput kopi bersama supir pribadi yang lain di kantin khusus milik mereka.

"Mr. Park ayo kita pergi. Ke rumah noona, ya!"

Mr. Park memandangku kaget. "Bagaimana dengan sekolahnya?"

"Sudahlah! Ayo! Palliwa!"

Akhirnya sampailah aku di depan apartement mungil milik keluarga Sungmin-noona. Aku menekan tombol bel dengan tak sabar. Tidak ada jawaban. Aku menekan bel sekali lagi disertai panggilanku kepada Sungmin-noona.

"Ne. Tunggu sebentar"jawab suara merdu seorang perempuan di balik pintu.

"Ommo! Tuan muda Cho! Sudah lama tak berjumpa"kaget yeoja paruh baya yang biasa kupanggil eomma.

"Eomma, ada noona?"tanyaku cemas.

"Sungminnie baru saja tidur. Masuklah dulu"tawar eomma Sungmin-noona.

Aku sudah sering sekali ke rumah Sungmin-noona. Lebih tepatnya saat aku masih kecil. Sejak aku sekolah di YN High School, aku tidak pernah lagi bermain atau belajar bersama noona.

"Boleh aku bertemu dengan noona?"

Eomma mengangguk sambil tersenyum. Tanpa membuang waktu, aku berjalan ke arah kamar Sungmin-noona yang sudah kuhapal. Apartement ini tidak lebih besar dari ruang tamu rumahku, jadi tak butuh waktu sampai di depan kamar itu.

Aku membuka pintu perlahan. Kulihat noona sedang terlelap dengan wajah putihnya memucat. Aku membelai pipinya. Badannya panas. Kemarin pasti ia terus menungguku dibawah naungan hujan. Bodohnya aku sampai melupakannya. Pantas saja Siwon-hyung marah padaku.

"Sungmin-noona, mianhae. Please, forgive me! I don't mean it"bisikku.

Aku menggenggam tangan noona, ingin berbagi kesakitannya. Tak berapa lama aku tertidur di samping tubuh Noona dengan posisi duduk.

"Kyu. Ireona!" Terdengar sebuah suara di dekat telingaku dan sebuah belaian lembut di rambutku.

"Mm..."sahutku malas. Aku masih mau merajuk bersama mimpiku.

"Kyu-baby, ireona"ujar suara lembut itu lagi. Ah rasanya aku tidak rela bangun saat ini. Suaranya begitu lembut dan penuh kasih.

"Ya! KYU BANGUN!"

PLAK! Sebuah pukulan mendarat di kepalaku yang jenius ini. Dengan sangat tidak rela dan kepala berdenyut keras, aku membuka mataku berusaha mencari sang pelaku.

"Siwon, stop doing that!"teriak Sungmin-noona saat Siwon-hyung dan aku akan mulai perang 'lempar barang'. "Uhuk... Please, stop! Uhuk... Hah"

Aku dan Siwon-hyung bergegas menghampiri Noona. Hyung memberikan segelas air pada Noona sedangkan aku membantu Noona untuk duduk.

"Nah lebih baik kan seperti ini. Jangan berkelahi lagi ya"ujar Sungmin-noona setelah ia bisa mengatur napasnya.

Aku dan Siwon-hyung saling pandang. Kami berdua tersenyum. "Ne. Teman?"ujar kami berdua saling mengulurkan tangan masing-masing.

Noona tersenyum senang. "Pintar"

Sejak kejadian hari itu, aku lebih sering berkunjung ke rumah Noona. Sungmin-noona memiliki penyakit anemia, sehingga keadaan sakit sedikit saja bisa membuatnya lemah begitu banyak. Butuh waktu satu minggu untuk mengembalikan keadaan Sungmin-noona. Beberapa temanku menanyakan diriku yang sering menghilang ketika pulang sekolah. Aku memang jarang sekali berada di ruang OSISku. Semua tugas itu kubawa dan kukerjakan di rumah Sungmin-noona bersama dengan Siwon-hyung. Akhirnya Sungmin-noona sudah kembali bersekolah. Saat ini kami bertiga sedang bergelut dengan tugas kami masing-masing sebagai bagian dari OSIS.

"Kyu, kamu akan melanjutkan kuliah dimana?"tanya Siwon-hyung memecahkan konsentrasiku terhadap proposal festival budaya sekolah.

"Hm"jawabku malas. "Mollayo"

"Bagaimana denganmu, Min?"tanya Siwon-hyung yang sukses membuatku memperhatikan yeoja satu itu.

Sungmin-noona menunjukkan wajah kaget dan bingung. Dia tersenyum. Tidak ada jawaban. Hanya itu?

"Hah! Kalian ini sama saja. Membuat aku bosan"kesal Siwon-hyung karena merasa diacuhkan. "Aku pulang duluan ya"

Suasana hening menyelimuti ruangan ini.

"Kyu/Noona"ucap kami bersamaan.

"Lebih baik noona saja dulu"kataku memberi kesempatan.

"Apakah kau sudah memiliki kekasih?"tanya Sungmin-noona dengan tatapan kosong.

Aku mengernyitkan dahiku, memberi tanda bahwa aku bingung. "Kyu, tidak selamanya aku berada disisimu. Kau sudah dewasa, Kyu. Kau harus dapat menentukan masa depan dan merawat dirimu sendiri"

Aku meninggalkan laptopku di atas meja. Aku menghampiri Sungmin-noona yang tertunduk lesu. Aku mengangkat dagu Sungmin-noona agar ia bisa menatap mataku. "Noona ingin meninggalkanku? Shirreo"ujarku langsung memeluk tubuhnya.

Sungmin-noona mengelus punggung. "Aniyo. Aku hanya bertanya, Kyu"

.

.

\(^o^)/ ~YuyaLoveSungmin~ (=w=")

.

.

"Kyu, sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan Sunbae itu?"tanya Luna penasaran.

Saat ini kami sedang ada di Lounge Café menikmati makan siang kami. Hari ini Noona tidak membuatkan aku bekal seperti dua minggu belakangan ini. Entah ia sedang sibuk apa. Yah, tingkat akhir seperti kami apalagi siswa regular harus sangat memperhatikan nilai agar bisa lulus dengan baik. Eh, tadi Luna seperti menanyakan sesuatu?

"Oppa, kamu pacaran dengan sunbae jelek itu ya?"tanya Krystal dengan nada manja.

"Itu tidak mungkin kan oppa? Katakan bahwa Krystal berbohong"elak Jessica sambil bergelayut manja di lenganku. Yeoja ini senang sekali bermanja-manja padaku, padahal dia bukan siapa-siapaku.

"Sebenarnya ada apa diantara kalian? Oppa hanya memiliki hubungan sebagai Ketua OSIS dan Bendahara OSIS kan?"terka Seohyun penuh analisa.

Aku mendorong piring kosong bekas makan siangku. Aku meneguk cappucino terakhirku. Aku tersenyum kepada semua yeoja yang sedang asyik menginterogasiku. Beberapa namja juga terlihat asyik menyimak perbincangan kami.

"Aku dan Sungmin Sunbae tidak memiliki hubungan khusus. Kami hanya rekan kerja. Kalian pasti tahu kan bahwa aku tidak akan memiliki hubungan khusus dengan yeoja biasa itu"

Beberapa dari mereka menghela napas lega.

"Tuh kan itu hanya gosip"

"Benar, tidak mungkin saja Kyuhyun oppa mau bersanding dengan Yeoja jelek, gendut, miskin dan cupu itu"

"Syukurlah"

Suara-suara perbincangan dan tanggapan terhadap kata-kataku barusan mendominasi ruangan ini. Aku bosan harus membohongi diriku sendiri. Aku memang pengecut. Inilah alasan utamaku jarang main ke rumah noona lagi. Aku juga tidak pernah menunjukkan interaksi kami bertiga di depan para siswa lainnya, kecuali untuk urusan OSIS. Aku hanya tidak ingin mereka menjauhiku dan mengatakan aku aneh seperti yang selama ini aku dapatkan sejak kecil. Hanya di YN High School saja, aku mendapatkan teman-teman yang baik dan menerimaku apa adanya. Mereka tidak pernah menyindirku sebagai tuan muda atau apapun. Mereka juga senang berada di sekelilingku. Tidak ada yang pernah memperlakukanku sebaik ini selain teman-teman di YN High School.

Sungmin-noona dan Siwon-hyung yang notabene masyarakat kalangan biasa terlihat tidak menarik di mata teman kelas VIP. Padahal aku yang memaksa kedua orang itu masuk ke sekolah ini. Sungmin-noona bersusah payah mendapatkan beasiswa walau otaknya memang sudah sangat encer. Sedangkan Siwon-hyung dengan sangat terpaksa juga ikut serta karena ingin melindungi kami berdua. Sekarang aku tidak menganggap mereka ada. Hubungan kami tertutup oleh tembok ruang OSIS yang terkunci rapat oleh password yang hanya diketahui kami bertiga.

Aku malu jika harus mengakui bahwa aku mengenal mereka dengan baik. Aku tidak berani mendengar cibiran orang tentang Sungmin-noona yang jauh dari kata elite. Sungmin-noona begitu sederhana, wajah tanpa polesan make-up terkesan kusam, kacamata tebal bertengger di hidungnya, tubuhnya yang sangat berisi dan pakaian sekolah yang kebesaran. Apa kata orang jika melihat aku seorang Cho Kyuhyun yang sempurna bersanding dengan Sungmin-noona. Aku takut pasaranku menurun.

Tak kusadari ujian nasional sudah di depan mata. Kelas VIP memiliki bimbingan super ketat agar kami bisa masuk ke universitas bergengsi. Sudah hampir satu semester ini aku tidak pernah berjumpa dengan noona dan hyung-ku itu. Sesekali aku menemukan bekal di atas meja OSISku. Jujur aku merindukan mereka. Apakah aku salah selama ini?

Di hari terakhir ujian nasional, Siwon-hyung mengajak aku bertemu di café. Aku menolak mentah-mentah. Apa kata dunia jika orang lain tahu aku berhubungan dengan Siwon-hyung? Aku sudah tidak memiliki urusan OSIS lagi, jadi akan terkesan aneh jika kami bertemu di sekolah. Terlihat sorot mata kecewa dari Siwon-hyung saat aku menolaknya. Jadi sekarang kami berdiri di parkiran mobil pribadi kelas VIP yang sudah sepi. Semua siswa sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.

"Aku mengerti Kyu. Kamu malu berteman dengan kami kan?"jujur Siwon-hyung membuatku kaget tak percaya. Jadi selama ini mereka tahu?

"Hyung"kataku tersendat. Aku bingung harus berkata apa.

"Kami berdua tahu sejak lama, tapi kami begitu menyayangimu. Beberapa kali kami merasa tersakiti oleh sikap-sikapmu yang cenderung keterlaluan"ujar Siwon-hyung dengan nada lembutnya. Ada nada kecewa dan sakit hati di dalamnya. Siwon-hyung tidak pernah selembut ini padaku. Aku sudah menyakitinya terlalu dalam.

"Aku senang kamu telah memiliki banyak teman, Kyu. Chukkae! Berarti peranku sudah berakhir sampai di sini"lanjut Siwon-hyung membuatku semakin tidak mengerti.

Siwon-hyung menepuk bahuku. "Aku akan kuliah di Inggris. Minggu depan aku pindah ke sana. Aku yakin aku lulus ujian nasional, serta aku sudah lolos seleksi masuk di universitas"jelas Siwon-hyung. Ia menarik napas panjang. "Jadi Kyu, jagalah dirimu baik-baik ya. Berbahagialah disini. Kau sudah dewasa dan telah menjadi Kyu yang kuat"

Tanpa kupinta, sebutir air mataku mengalir di pipi. Siwon-hyung mengelus pipiku. "Uljima, nae baby-kyu. Ini ada titipan untukmu"kata Siwon-hyung memberikan sebuah kotak padaku. Ia melangkah pergi meninggalkan aku yang masih terdiam. "Bye Kyu!"

"HYUNG! CHOGIYO, HYUNG!"teriakku berlari mengejar bayangan Siwon-hyung yang telah menghilang ketika aku dapat mencerna kejadian saat ini.

Aku mengumpulkan segenap keberanianku untuk membuka kotak yang ada di depan mataku. Sebuah surat dan beberapa benda terdapat di dalamnya. Aku terduduk lemas, melihat amplop pink di depanku kini. Sungmin-noona, batinku menerka.

Annyeong my little Kyu or I usually called you, baby-Kyu. Oops… my big boy-Kyu! Kamu sudah dewasa sekarang Kyu. Tidak mengompol lagi. Sudah tidak menangis memeluk my bunny doll lagi. Yeah, I give that to you. Beberapa barang kecil kesayanganmu ada di dalam kotak ini, Kyu. Pasti sudah tidak kamu butuhkan lagi, ya? Aku hanya ingin kamu tetap menjaganya. Gambar buatanmu ketika TK dulu; aku dan kamu. Entah kamu masih ingat atau tidak, tapi aku menyimpannya selama ini. See! Cincin mainan yang sering kita bertiga pakai semasa di HeeNam. Aku masih menyimpan cincin Pink-ku. Itu cincin blue shappire yang kamu bilang hilang itu. Aku menemukannya di sudut ruang kamarku, Kyu. Maaf. Andai saja dulu aku temukan, jadi kamu tidak perlu menangis. Mainan robot favoritmu yang kamu bilang sebagai penjagaku. Aku memberikannya untukmu agar dia berada disampingmu saat aku tak ada. Aku sudah mengatakan padanya untuk menjagamu sekarang. Beberapa foto semasa kita kecil dulu. Aku ingin kamu menyimpan semua harta ini Kyu. Aku ingin kau selalu mengenangku dan Siwon-oppa. Walau kami tidak disampingmu, aku ingin kamu selalu mengingat kami. Look! Semanggi berdaun empat yang selalu kita gilir, sekarang aku berikan padamu. Aku sudah tidak membutuhkannya Kyu karena bagiku kaulah keajaiban untukku.

Kyu, my namdongsaeng. Kamu sudah menjadi Kyu yang berani, cerdas dan memiliki banyak teman. Yeoja-yeoja terbaik selalu ada di sekelilingmu. Sudah saatnya kamu memikirkan dirimu, Kyu. Pilihlah cintamu dan melangkahlah meraih segala mimpimu. Kamu bukan lagi Kyu yang cengeng dan mudah menangis. Kamu bukan lagi Kyu yang mudah dibohongi dan di-bully oleh teman-temanmu. Kamu adalah Kyu yang hebat dengan segala kelebihanmu. Aku bangga memiliki dongsaeng sepertimu.

Maafkan aku jika aku hanya menjadi penghalangmu, Kyu. Aku akan pergi karena sekarang kau sudah bisa berdiri sendiri. Aku menyayangimu, Kyu, melebihi diriku sendiri. Katakanlah aku bodoh karena jatuh hati kepadamu. Maafkan aku yang selalu merepotkanmu. Jadilah Kyu yang tegar. Kuharap aku bisa bertemu lagi denganmu.

Saat kamu menerima surat ini, aku sudah pergi jauh. Jangan cari aku ya Kyu. Aku tahu kamu sudah menjadi Kyu yang mandiri.

Kyu, Saranghae. Jeongmal Saranghaeyo yongwonhi. Melebihi kakak kepada adiknya. Seperti seorang wanita kepada sang pria. Saranghae…

With big love,

Your Sungmin-noona

Aku menangis membaca surat dari Sungmin-noona. Aku memandang seluruh benda kenangan kami yang masih tersimpan rapi olehnya. Tanpa pikir panjang, aku meminta Mr. Park melajukan mobilnya ke apartement Sungmin-noona. Aku berharap bisa menahan kepergiannya.

Sesampainya aku di depan apartement Sungmin-noona, aku menekan bell membabi buta. Aku tidak peduli ini akan mengusik ketenangan para tetangga di hari yang semakin malam. Tak ada jawaban. Aku menggedor pintu dan meneriakkan nama Sungmin-noona. Tetap tak ada jawaban hingga seorang yeoja paruh baya menghampiriku.

"Keluarga Lee sudah pindah dari kemarin. Tadi siang Mrs. Lee menjemput anaknya, Sungmin untuk pindah setelah ujian berakhir. Kamu siapa ya?"

"Sungmin-noona pindah kemana ahjumma?"tanyaku sambil menggoyangkan bahu ahjumma itu. Aku tidak sabar menunggu jawabannya.

"Mereka tidak memberitahu apa-apa. Mereka hanya bilang mereka tidak akan kembali ke sini dalam jangka waktu tak terhingga"jawab ahjumma itu membuat kakiku lemas mendengarnya.

Aku menangis sendiri. Ahjumma itu telah pergi. Dadaku sakit. Kedua orang terpenting dalam hidupku pergi meninggalkanku.

"SUNGMIN-NOONA!"

~Kita tidak akan pernah tahu seberapa pentingnya seseorang dalam hidup kita, sebelum eksistensi telah tiada di sisi. Jagalah semua orang di sekelilingmu. Kasihi dan sayangi mereka karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka bersama kita~

-THE END-

..::Cuap2 Author::..

Yuya iseng publish FF niy soalnya akhir2 ini byk yg publish. Status masih HIATUS kok. Tp semoga banyak yg review. Jadi Yuya akan balik lagi secepat yang Yuya bisa. Hhe…

Akhirnya selesai. Oneshoot terpanjang: 5212 kata. Membosankan? Mianhae. Yuya ga bisa buat oneshoot. Hhe… Abal dan butuh saran yang membangun.

REVIEW apapun diterima asal kasih saran ya! Untuk perbaikan Yuya di masa datang. Yuya berencana akan hadir dengan oneshoot lainnya.

Gomawo dah mau baca. Kalo reader yang review sedikit, Yuya berhenti Posting FF.

So don't be Silent Reader! REVIEW… REVIEW… Kritik diperlukan.