Hinata Hyuuga menggelung rambutnya yang acak-acakan sebelum meeting dimulai.

Sesi meeting kali ini akan membahas tentang projek pertama Hinata setelah 7 bulan lamanya bekerja di sebuah perusahaan percetakan majalah. Hinata mendapat tugas untuk menentukan tema juga desain majalah serta hal apa saja yang akan dibahas untuk edisi selanjutnya, yang akan diputuskan kesepakatannya setelah pertimbangan dari kepala editor perusahaan dan kantor pemasaran.

Gadis berambut biru tua itu menarik napasnya dalam. Ketika ia telah siap dengan file power point juga sebuah pena ungu sebagai media tambahan, Ino Yamanaka menginterupsinya sebentar. Gadis berambut pucat itu membisikinya untuk menyelipkan perkenalan seorang pegawai baru sebelum Hinata memulai presentasinya. Si indigo mendengus kecewa.

"Hanya sebentar, ya?" bujuk Ino.

Secarik kertas berisikan nama sang pegawai baru diserahkan. Hinata mengucapkan sapa selamat pagi, tersenyum dan memulai presentasinya.

"Sebelum kita mulai, saya akan memperkenalkan pegawai baru di perusahaan. Pegawai barunya . . "

Iris amtehyst melebar ketika membaca nama di kertas kecilnya. Jantung Hinata berhenti berdegup untuk sekejap, sebelum Sakura menyadarkannya dengan ketukan kuku pada meja. Hinata melanjutkan dengan fokus yang buyar.

"Pegawai barunya adalah Uzumaki Naruto, dimohon untuk memperkenalkan diri."

.

.

.

.

.

.

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Etc (c) Ichimacchan

Alternative universe, slice of life, romance, drama

Naruto x Hinata

Rated T

.

.

.

If I could, give it all back. Give it all back. For just a one more day with u.

.

.

.

.

.

.

.

Sayang, Ino Yamanaka mengetahui alasan dibalik fokus Hinata yang buyar saat meeting tadi.

Meskipun projek yang telah Hinata siapkan mendapat persetujuan tanpa hambatan, tetap saja gadis itu merasa down setelah menginjakkan kakinya keluar ruangan. Ino menghampirinya dengan semangat, iris aquamarine berkerlip penasaran perihal pegawai baru yang cukup menarik perhatian.

"Bukankah Uzumaki Naruto itu mantan pacarmu?"

Hinata menyingkirkan lengan Ino dari bahunya, bernapas malas dan duduk beringsut di mejanya.

"Hinata!"

"Baik, baik. Dia memang mantan pacarku."

Kursi kerja di samping Hinata diseret paksa oleh Ino. Hinata berusaha terlihat sibuk agar teman kerjanya itu berhenti mengganggu, sayang seribu sayang tidak ada yang bisa mengalahkan rasa penasaran dari ratu gosip yang merupakan kekasih dari fotografer perusahaan itu.

"Katakan, berapa lama kau pacaran dengannya?"

"Sebaiknya kau mengecek apakah pacarmu sudah menyelesaikan pekerjaannya di minggu ini."

"Mou, tenang saja. Sai-kun tidak akan pernah melewatkan deadline."

"Bagus."

"Jadi, berapa lama?"

Hinata menghela napas keras. Ia memutar kursi kerjanya, berhadapan dengan Ino yang tersenyum lebar.

"7 atau 8 bulan."

Ino tertawa riang. Tangannya mampir sebentar untuk memperbaiki kancing kemeja yang kebetulan copot karena terlalu banyak bergerak. Hinata menyipitkan mata.

"Apakah dia menyenangkan?"

"Biasa saja."

"Tapi dia terlihat menyenangkan meskipun agak kikuk, betapa lucu!"

"Ya, lucu. Sekarang kembali ke meja mu dan urusi jadwal pemotretan dengan model majalah."

Hinata memutar kursinya sehingga berhadapan dengan komputernya lagi. Ino menggembungka pipinya bosan, menggerling kesal kemudian berdiri dari kursinya. Sebelum pemilik aquamarine itu beranjak, Inuzuka Kiba yang merupakan salah satu Lay-outer majalah menghampiri Hinata.

"Hinata, aku harus membicarakan sesuatu denganmu."

Hinata menoleh. Ino masih berada di sana, malah kembali duduk di kursinya tidak ingin ketinggalan cerita. Kiba bersandar pada pembatas meja kerja Hinata.

"Ada apa?"

Pria bermarga Inuzuka itu menggaruk kepalanya. Gigi taring berderit enggan.

"Lay-outer yang menangani projek mu akan diganti."

Alis Hinata berkerut.

"Kau ada projek lain?"

"Tidak, tidak." Dua tangan pria itu saling memeluk, kemudian bertumpu pada meja Hinata.

"Kepala editor memerintahkan pegawai baru itu sebagai Lay-outer pengganti. Tenang saja, dia sudah ulung. Hitung-hitung sebagai pengukur kemampuannya saja."

Hinata menahan napas.

"Jadi pegawai baru itu seorang Lay-outer? "

"Ya, kau tidak tahu? Dia cukup terkenal di perusahaan sebelumnya, ia dipindahkan karena kepala editor merekrutnya untuk menggantikan Gaara."

Menggantikan Gaara

"Baiklah aku mengerti."

Kiba tersenyum. "Kau bisa mendiskusikan projekmu dengannya hari ini."

Setelah mengatakannya, pria dengan tato segitiga merah di pipi itu beranjak pamit. Ino yang sedari tadi diam menyimak kini mulai bersuara, terlihat lebih gemerlap dibandingkan sebelumnya.

"Kau akan bekerja dengan mantan pacarmu!"

Hinata tersenyum masam.

"Apakah kau harus seantusias itu?"

.

.

.

.

.

Entah. Hinata tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Sebagai seorang editor, ia harus memberikan instruksi pada Lay-outer nya untuk menyelesaikan editing dari sesi foto yang telah Sai kumpulkan padanya beberapa waktu lalu, juga naskah-naskah untuk rubrik artikel yang telah berhasil dikumpulkan Tenten dari jauh hari. Tentu saja, diskusi mengenai editing ini membutuhkan ruang dimana hanya ada mereka yang bisa saling bertukar pendapat, menentukan apakah foto-foto yang telah di edit akan terlihat pantas untuk dicetak di majalah, ataupun tentang pengeditan naskah dan cover majalah yang menjadi icon utama untuk menarik perhatian.

Hinata memijit pelipisnya. Ia harus bersikap profesional, apalagi ini dunia pekerjaan. Masa lalunya dengan si Lay-outer baru tentu tidak pantas mempengaruhi kinerjanya yang memang dikenal cermat dan kritis, masa-masa SMA dimana ia menghabiskan waktu dengan sang mantan kembali berhamburan dalam ingatan. Hinata merasa kekanak-kanakan.

Dengan tekad bahwa ia akan menjadi profesional, Hinata beranjak dari meja dengan sebuah flashdisk dan buku note kecil di tangan. Gadis indigo itu mengecek gadgetnya seraya berjalan menuju tempat para Lay-outer bekerja, terkejut sebentar ketika perangkat komunikasi itu bergetar karena sebuah panggilan tengah masuk kesana.

"Ya, anata."

"Aku akan menjemputmu di tempat kerja jam 7 malam."

"Baiklah."

"Dimana kita akan makan malam? Di rumah, atau di luar?"

"Sebaiknya di rumah."

"Setuju. Sampai jumpa nanti."

"Ya."

Telepon selesai tepat ketika Hinata berdiri di depan pintu ruang Lay-outer. Gadis itu membuka pintunya, membuat seisi ruangan menoleh kepadanya.

"Apakah Uzumaki Naruto ada?"

Kepala pirang yang dulunya seperti durian itu kini berubah menjadi lebih rapi dengan potongan rambut pendekyang khas. Hinata tersenyum profesional, mengabaikan jantung yang meloncat-loncat ketika iris sapphire itu terlihat kaget melihatnya.

"Saya Uzumaki Naruto."

Aku tahu.

"Kau pasti sudah mendengar tentang pergantian Lay-outer untuk edisi selanjutnya, bukan?"

"Tentu. Mohon kerjasamanya, Hinata-san."

"Ya."

Untuk beberapa waktu, mereka tidak lagi bertukar kalimat. Saling bertemu pandang setelah sekian lama tidak saling menemukan. Iris amtehyst beradu dengan sapphire yang sama-sama terlihat redup. Mereka mematri sosok masing-masing dalam hati, tanpa sadar menghidupkan kenangan yang telah lama mati.

"Lama tidak bertemu, anata."

Seperti yang Hinata duga, Naruto memang akan memulainya.

.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

.

.

.

Note :

Anata = bisa berarti 'kamu' atau 'sayang'

Lay-outer = bekerja di bidang desain grafis, mengedit font untuk naskah ataupun foto-foto sebagai cover dan media majalah

Editor = mengusulkan dan menulis tema majalah dalam setiap edisi, mengawasi dan mengecek ulang pekerjaan Lay-outer pada tahap editing terakhir

*mohon maaf bila ada kesalahan dalam pengertian atau tugas-tugas posisi tersebut hehe

.

.

.

.

.

.

RnR for next chapter !

Danke, Tchüß!

Ore