"Bartimaeus" "ya" "kau telah menjadi pelayan yang baik" "ya…ehm, kau oke juga" "tapi aku tidak bilang kau sempurna" "apa?" "jauh dari sempurna malah. Hadapi saja, kau biasanya berhasil membuat keadaan menjadi kacau" "APA!" Nathaniel nyengir puas saat merasakan gelombang kemarahan si jin dalam benaknya "well, karena kita blak-blakan sekarang, kuberitahu kau bung…" "karena itulah aku membebaskanmu" "eh?" Bartimaeus melongo mendengarnya. Ia mengorek telinganya sebentar, memastikan kalau ia tidak salah dengar. Tapi tidak, ia tidak salah dengar, ia kan dapat membaca pikiran Nathaniel "jangan salah sangka. Hanya kita harus mematahkan tongkat ini dan aku tak dapat memercayakan hal sepenting ini padamu. Kau akan mengacaukannya entah bagaimana" pikiran Nathaniel mulai berkabut, namun mulutnya telah menggumamkan mantra. "lebih baik…lebih baik membebaskanmu. Dengan begitu aku bisa yakin kalau tugas ini terselesaikan dengan baik" "Nathaniel…" "sampaikan salamku pada Kitty" Nouda menerkam tepat pada saat Nathaniel menyelesaikan mantranya dan Bartimaeus pergi
"Jadi, hanya sampai di situ janji kalian" Kitty berkata sinis sambil memandang ke reruntuhan istana kaca di hadapannya. 2 hari setelah ledakan besar itu berlangsung, istana kaca masih dibiarkan berupa reruntuhan. Kitty berbalik menuju Whitehall
"Lizzie, apa yang kau lakukan di sini?" Kitty menoleh dan mendapati Mr. Button, bekas masternya sedang berjalan ke arahnya. "benar-benar tragedy yang mengenaskan ya, tapi sudahlah jangan memikirkan itu lagi. Kau tahu, teman-temanmu para commoner telah mendapat apa yang mereka dambakan. Kearogannan penyihir telah runtuh. Jadi jangan terlalu bersedih" Mr. Button mencoba menghibur Kitty "bukan itu, aku memikirkan Nathaniel dan Bartimaeus" pikir gadis itu getir. "Err Lizzie, apa kau berniat melanjutkan pelajaranmu?" Tanya Mr. Button tiba-tiba ketika mereka sedang berjalan menuju Whitehall "yah well, sebenarnya aku ingin pergi ke… Eropa mungkin agar dapat melupakan segala yang terjadi di sini" Kitty menolak tawaran penyihir itu dengan halus "terutama Nathaniel" tambahnya dalam hati "Oh ayolah Lizzie, apa kau tidak tertarik memanggil demon misalnya? Kau tahu, kalau kau beruntung, mungkin kau bisa memanggil salah satu demon yang selamat dari peristiwa kemarin. Afrit milik Jessica Whitwell mungkin" Kitty tersentak mendengar kata-kata Button. Sebuah ide muncul di benaknya "well, akan aku pertimbangkan sir. Sekarang aku ingin permisi. Ada sesuatu yang ingin kupastikan" tanpa memerdulikan keheranan masternya itu, Kitty berlari pergi
Kitty menyelinap memasuki bekas ruang kerja Nathaniel dengan perlahan. Tampak keetas-kertas bertebaran dan debu menutupi lantai, sebuah meja terbalik di sudut ruangan dan sipratan darah mengering di lantai dekat sebuah pentacle. Kitty memeriksa pentacle itu, melihat potongan garis yang hilang, dan memaki. Gadis itu melanjutkan menyingkirkan kertas dan segala macam kotoran di lantai hingga akhirnya ia menemukan apa yang ia cari. Dua buah pentacle di ujung ruangan mulai nampak setelah stopmap yang menutupinya dilempar keluar oleh Kitty. Memang, kedua pentacle tersebut adalah yang terjelek di antara semua pentacle di lantai, tapi seridaknya masih utuh dan dapat dipakai. Kitty segera menyiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan dan menggumamkan mantra pemanggilan.
Suhu di ruangan kotor itu perlahan-lahan menurun seiring dengan munculnya sesosok prajurit berkepala singa yang mengenakan rok lipit khas Mesir. "Bartimaeus" Kitty berbisik memanggil sang demon. Sang prajurit menolehkan kepala singanya menghadap pemanggilnya "Kitty, apa yang kau lakukan di sini?" Kitty tersenyum lelah "jadi, kau masih hidup. Mana Nathaniel?" Bartimaeus menggerak-gerakkan bahunya gelisah "aku tidak tahu" ucapnya ragu. Mata Kitty melebar marah "Apa yang kau maksud aku tidak tahu? Kau ada dengannya kan?" "yah, Nathaniel membebaskanku sesaat sebelum Nouda menerkam kami" Kitty kembali membelalakkan matanya "dia membebaskanmu? Kau tidak bohong? Maksudku setelah –seperti katamu- menahanmu di bumi dan memperlakukanmu dengan buruk dia membebaskanmu?" "well" Bartimaeus menggerakkan badannya pelan dan sosok prajurit gagah itu digantikan oleh seorang anak lelaki yang telah familier di mata Kitty "Nathaniel baik kok, maksudku kami sering ngobrol dan ia juga memperlakukanku dengan hati-hati dan baik, aku cukup menyukainya. Yang kumaksud menyebalkan dan menahanku di bumi bukan Nathaniel" anak laki-laki itu menghela nafas "tapi penyihir bernama John Mandrake" "Kalau kau memang menyukai Nathaniel, maka bantu aku mencarinya" ucap Kitty tiba-tiba "eh, apa?" Kitty memandang mata onyx anak di pentacle sebelah "kau mendengarku. Kau kan tidak tuli" "bukan itu" si anak laki-laki -Ptolemy- menghitung-hitung jarinya "Nathaniel ada di reruntuhan itu. Kemungkinan dia selamat itu sangat kecil. Tapi…" sosok Ptolemy mengangkat tangannya memegangi dagu. Setelah ragu-ragu cukup lama, ia kembali membuka mulut "baiklah, aku akan membantumu" "benarkah?" mata Kitty bersinar gembira. Tanpa ragu, gadis itu melangkah keluar dari pentacle-nya dan mengambil sebuah piringan perak tajam yang ia temukan di laci. Lalu, ia berbalik menghadap Bartimaeus yang kini telah berwujud seekor serigala besar "ayo"
Reruntuhan Istana Kaca tampak menyeramkam dalam kegelapan. Kitty segera menerjang masuk tanpa membuang waktu, Bartimaeus mengikuti dengan hati-hati dan sesekali terbang menghindari besi atau perak yang menonjol. "jadi, di sinilah kami berpisah" ucap si jin saat mereka tiba di pusat kekacauan. Kitty segera menyingkirkan reruntuhan di sana dibantu oleh Detonasi kecil-kecilan milik Bartimaeus.
Menjelang fajar, reruntuhan sudah berkurang jauh. Bartimaeus mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan untuk yang kesekian kalinya. Sedangkan Kitty masih terus sibuk walau pakaian yang ia kenakan sudah basah oleh keringat dan darah yang mengucur dari telapak tangannya. Akhirnya, Kitty berjalan terseok menuju Bartimaeus "kau benar, Nathaniel sudah tiada" ucapnya murung. "maaf mengganggumu, ayo pergi" Kitty baru menggumamkan separuh bagian dari mantra pembebasan ketika sebuah erangan kecil dari bawah reruntuhan mengejutkannya. Bartimaeus yang juga terkejut segera melayang menuju asal suara dan tak lama, ia muncul sembari menggendong sesosok tubuh berlumuran darah. Kitty berlari memburu "Nathaniel!" jeritnya. Yang dilakukannya setelah tubuh Nathaniel diletakkan adalah memeriksa jantungnya "ia masih hidup!" pekik Kitty gembira "Bartimaeus, dapatkah kau berubah menjadi manusia dan membawanya ke rumah sakit? Aku tak kuat menggendongnya" Bartimaeus menggerutu pelan namun dengan cekatan, ia berubah menjadi seorang laki-laki gagah. Bersama Kitty, ia membawa Nathaniel ke rumah sakit.
Nathaniel membuka mata pelan. Ia merasakan tubuhnya sangat nyeri dan hampir tak dapat digerakkan. Hal pertama yang ia lihat adalah cahaya yang sangat kuat dan terang setelah sekian lama berada dalam kegelapan dan membuatnya memicingkan mata. Tak lama kemudian, ia mulai terbiasa dan membuka mata lebih lebar. Sebuah suara bergemuruh yang sangat familier menembus gendang telinganya "Kau sudah sadar Nat? Akhirnya" penyihir itu menoleh dengan susah payah dan melihat seekor kucing menatapnya dari jendela… tunggu, kucing? Pada plane keempat, Nathaniel melihat sebentuk jin yang dikenalnya "Bartimaeus?" "Nathaniel!" Kitty menghambur memeluk Nathaniel, menyebabkan pemuda itu mengaduh "maaf" "Kitty? Apa yang terjadi? Kenap kau dan Bartimaeus ada di sini?" Tanya Nathaniel lirih
"Apa? Tunggu dulu, Bartimaeus bersedia mencariku? Dengan kondisinya yang juga masih lemah?" Nathaniel terbelalak heran ketika Kitty memberitahu kejadian sebulan yang lalu. Kini, mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Kitty mengangguk "oh, dan jangan terlihat syok dong, kau dan Bartimaeus telah bersahabat selama 5 tahun lebih. Dan jangan membantah. Aku tahu kalian sebenarnya sangat akrab. Bartimaeus sudah cerita kalau kau membebaskannya pada saat terakhir. Seperti Ptolemy" Nathaniel mendengus "dia baik. Hanya sayang sarkasmenya tidak pernah berubah" Kitty tertawa renyah. "Oya, dan satu lagi. Sebaiknya kau mencari nama samaran baru karena setelah berunding dengan Rebecca dan beberapa anggota dewan yang baru, kami memutuskan agar John Mandrake lenyap karena… well, kau tahu penduduk jadi sangat menghormatimu setelah apa yang terjadi dan tak sedikit yang membencimu karena itu untuk keamanan maka…" Nathaniel mengangguk "aku tahu. Kalau begitu aku akan menggunakan nama Nathaniel" dia tertawa pelan "wow, kalau Bartimaeus tahu, ia pasti akan mengomel"
