Judul : If We Love Again
Cast : Kim Jongdae, Wu Minseok (GS) and other
author : chen21ina
.
.
Chapter 1
"Eommaaaa pokoknya nanti Daemin ingin beli es krim Sepuluh! " Minseok terkekeh mendengar ucapan anak laki-laki yang sedang berjalan di sampingnya. Matanya berbinar lucu kala menyebutkan nama makanan yang sangat ia sukai tersebut.
"Memangnya Daemin mau sakit gigi? Terlalu banyak makan es krim tidak baik" Minseok mencoba menjelaskan namun putranya tersebut menggembungkan pipinya tanda ia sedang marah.
"Uuhh eomma menyebalkan! " Daemin melepaskan pegangan tangannya lalu berlari membuat Minseok panik bagaimanapun usia Daemin baru lima tahun, sangat berbahaya jika ia berjalan sendirian.
"Yakkk Daemin tunggu eomma " Minseok mencoba mengejar sang putra, namun ia kemudian menghela nafas lega ketika Daemin berhenti di depan sebuah toko elektronik, di balik kaca terdapat televisi dengan ukuran besar. Daemin berdiri disana dengan mata penuh harap.
"Nak, jangan bilang kalau kau sekarang ingin membeli tv" ujar Minseok, Daemin menoleh sebentar kemudian ia menggeleng.
"Aniya! Tapi Daemin ingin seperti ahjusi itu " ujar Daemin ceria sambil menunjuk ke arah televisi, disana sedang di putar siaran live mengenai konser dari duo grup yang sangat populer di Korea "Kim Bro" dengan masih tatapan berbinar Daemin kembali memfokuskan diri pada layar televisi tak melirik lagi kearah sang eomma yang menatap tv tersebut dengan pandangan kosong.
..
CHEN!
KAI!
Dua laki-laki yang namanya terus di teriakan oleh penggemar itu kini membungkukan badannya lama, tampak sedikit bulir air mata menggenang di pelupuk mata laki-laki yang lebih tua. Namun dengan cepat ia menghapusnya tak ingin para fans tahu betapa sedih dan terharunya ia saat ini.
Chen yang bernama asli Kim Jongdae di usianya yang menginjak angka 27 dan di tengah melambungnya popularitas ia justru memutuskan untuk hiatus sejenak. Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin mengambil cuti namun sayang pekerjaan yang menumpuk sama sekali tak dapat di hindarkan. Apalagi perjalanan konser sudah menanti, jadilah baru sekarang ketika ia sudah merampungkan konsernya Chen baru bisa beristirahat.
"Kami akan merindukanmu" teriakan beberapa fans membuat Jongdae tersenyum haru.
"Aku akan lebih merindukan kalian, jangan bersedih ya air mata itu tak pantas jatuh dari malaikat seperti kalian semua" ujar Chen dengan senyum menenangkannya. "Aku tidak akan kemana-mana hanya beristirahat sebentar dan menikmati waktu bersama keluarga. Aku sangat berterima kasih jika kalian tetap akan menantiku"lanjut Chen dan dengan ajaib penonton pun berteriak "Iya" mengizinkan sang idol untuk beristirahat sejenak.
"Kenapa jadi sedih seperti ini ? Baiklaahh sebelum konser kami tutup kami akan mempersembahkan lagu terakhir LUCKY! " Kai mengambil alih suasana yang dirasa mulai melankolis, pria yang dua tahun lebih muda dari Chen ini memang di kenal sangat ceria namun penuh kharisma.
.
.
"Jongin-ah gomawo" Kai menoleh ketika Jongdae memanggil nama aslinya, kini mereka sedang berada di backstage karena konser telah usai sejak 30menit yang lalu.
"Aigoo kenapa kau jadi melankolis begini, kau kan hanya cuti sementara dan setelah itu akan kembali ke dunia hiburan. Tapi kau seperti orang yang akan pergi jauh, hahahaha kau tenang karena aku akan baik-baik saja disini" Jongin berbicara dengan lancar, bahkan ada tawa di suaranya namun kini kedua mata yang selalu menatap tajam justru mengeluarkan kristal bening dari pelupuk matanya.
Grep
Jongdae memeluk Jongin erat membuat yang lebih muda semakin menumpahkan air matanya.
"Janji ya Hyung, kau akan cepat kembali. Aku tidak sanggup jika harus sendirian" Jongdae hanya bisa mengangguk. Dalam hati ia pun berdoa agar dirinya baik-baik saja.
Baekhyun manager pribadi untuk Kim Bro hanya dapat menatap sedih, Jongdae dan Jongin bukanlah saudara kandung keduanya di pertemukan oleh agensi. Namun mereka berdua telah mengalami manis dan pahitnya dunia hiburan bersama-sama. Tentu akan sangat sulit jika salah satunya tak ada.
.
.
Baekhyun kini duduk di dalam mobil, disampingnya Jongdae tengah tertidur wajah laki-laki tersebut terlihat pucat jika tanpa makeup. Ia memutuskan untuk menemani Jongdae pulang kampung dan menemui kedua orang tuanya. Segala pekerjaan Baekhyun telah ia serahkan pada Jinki untuk tetap bersama Jongin selama ia nanti akan melakukan aktifitas solo.
.
.
Rumah dua lantai dengan cat tembok berwarna pastel menjadi tempat tujuan untuk Jongdae dan Baekhyun. Suasana asri dan damai di pinggir kota sungguh menenangkan jiwa berbeda jauh dengan keadaan kota yang setiap harinya di penuhi oleh hiruk pikuk manusia.
Jongdae keluar dari dalam mobil, kedua tangannya ia rentangkan lebar seolah ingin menghirup habis udara segar disini.
"Junmyeon ahjusi, Yixing ahjuma, anyeong" Jongdae mengalihkan pandangannya pada dua orang yang baru saja Baekhyun sapa. Dengan senyum lebarnya Jongdae berlari bagai anak kecil.
"Eomma Appa aku pulang " ucapnya saat telah berhasil memeluk orang tua yang paling ia sayangi di dunia.
.
.
"Mwo? Sekolah akan di tutup? " Minseok segera menutup mulutnya sendiri ketika sadar bahwa ia baru saja berteriak saking terkejutnya.
"Tapi ahjusi jika sekolah di tutup lalu bagaimana dengan anak-anak? " ujar Minseok lagi.
"Aku pun bingung Min, Tuan Kang mengatakan akan membiarkan sekolah ini tetap berdiri jika saja kita mau membayar sejumlah uang. Maafkan aku seandainya saja Chanyeol tidak menjual sertifikat tanah ini semuanya tidak akan seperti sekarang. " Minseok ikut menatap sedih pada Park Bogum, ia adalah kepala sekolah sekaligus pemilik dari taman kanak-kanak 'Lucky One' . Di tempat ini jugalah Minseok bekerja sebagai tenaga pengajar dan Daemin putra kecilnya pun turut bersekolah di Lucky One. Sungguh sangat di sayangkan jika sekolah akan di tutup, tapi uang yang di minta pun bukanlah dalam nominal kecil .
Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah Minseok hanya diam membuat Daemin pun mengernyit bingung karena tak biasanya sang eomma menjadi pendiam. Minseok masih terus memikirkan tentang bagaimana menyelamatkan sekolah, di kota ini belum banyak sekolahan yang berdiri sekalinya pun ada biaya disana sangat mahal jika hanya untuk ukuran taman kanak-kanak. Park Bogum orang yang sangat dermawan bahkan tak sedikit siswanya yang ia gratiskan, kenapa pula anaknya begitu tega menjual sekolah yang telah susah payah di dirikan oleh ayahnya. Tanpa terasa Minseok mengepalkan kedua tangannya ingin sekali ia menenggelamkan Chanyeol pada sungai Amazon.
..
"Kami pulaanggg" Teriak Daemin ketika dirinya sudah memasuki flat kecil, aroma masakan langsung menyapa indra penciumannya.
"Kalian sudah pulang? Ayo makanlah dulu, aku sudah memasak"
"Waaahh ada banyak sekali makanan, Kyungsoo nona memang yang terbaik! " Gadis bernama Kyungsoo tersebut hanya dapat terkekeh mendengar ucapan Daemin.
"Sekarang Daemin ganti baju dan cuci tangan baru setelah itu kita makan"
"Siiaap kapten"
"Yang Daemin katakan benar, kau memasak banyak sekali Soo" tanya Minseok.
"Coba eonni tebak, naskah ku akhirnya di terima oleh penerbit! maka dari itu aku masak banyak makanan hitung-hitung perayaan" ujar Kyungsoo penuh semangat.
"Benarkah Soo? Yatuhan selamat" Minseok dengan cepat memeluk Kyungsoo, ikut berbahagia atas pencapaiannya.
"Semua ini berkat dirimu eonni, kau yang selalu memberikan semangat dan dukungan padaku"
"Tidak sayang, memang pada dasarnya kau berbakat. Eonni sungguh bangga padamu"
"Keluargaku saat ini hanya kau dan Daemin. Aku berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan kalian" ujar Kyungsoo penuh ketulusan.
Minseok merasa lucu sekaligus tersentuh dengan ucapan Kyungsoo, padahal keduanya tak ada hubungan darah sedikitpun namun Kyungsoo begitu menghormati Minseok dan menyayangi Daemin sepenuh hati.
.
.
Minseok kini berada di dalam bus bersama dengan Daemin juga Kyungsoo untuk menuju ke Seoul. Hari ini Kyungsoo di minta untuk menemui penerbit untuk membicarakan berbagai macam hal.
Seoul kota dengan sejuta kenangan untuk Minseok, tak pernah terfikirkan jika kini Minseok akan kembali menginjakan kakinya di ibu kota Korea tersebut.
"Eonni sebentar lagi kita sampai" ujar Kyungsoo menyadarkan Minseok dari lamunannya.
"Soo aku ingin ke suatu tempat terlebih dahulu, nanti aku akan menyusulmu ke kantor penerbit. Tak apa kan? "
"Baiklah tapi eonni janji ya akan ke kantor, karena aku ingin kau menjadi orang pertama yang tahu desain dan segala detailnya mengenai novelku nanti"
"Iya Kyungsoo sayangg, eonni janji "
Setelah berpisah dari Kyungsoo, Minseok masih harus melanjutkan perjalanannya selama setengah jam. Daemin hanya mengekori kemana pun sang ibunda berjalan, keningnya sedikit mengernyit ketika Minseok membawanya ke tempat pemakaman umum.
Minseok berjongkok di salah satu batu nisan, tangannya terulur untuk menyentuh nisan dengan tulisan "Wu Yifan" tersebut.
"Appa " lirih Minseok.
"Eomma kenapa kita kemari? " Minseok tersenyum ketika Daemin bertanya.
"Sayang, ayo ucapkan salam untuk haraboji" Daemin memiringkan kepalanya tanda ia kebingungan. Namun kemudian ia menuruti perintah Minseok.
"Anyeing haseiyo haraboji, Wu Daemin imnida" Minseok tersenyum seraya mengelus sayang kepala Daemin.
"Appa maaf aku baru datang kemari, kali ini aku membawa Daemin dia sudah tumbuh besar dan sangat pintar" ujar Minseok lagi.
"Appa aku sungguh rindu padamu, aku-"
"KAU! " minseok berhenti bicara, suara seseorang yang meneriakinya dari belakang membuat jantung Minseok seakan berhenti.
"YAK! BERANI SEKALI KAU MUNCUL DI HADAPAN APPA! "
Bruk
Minseok diam saja kala tubuhnya di dorong hingga ia terjatuh.
"Luhan Eonni" panggil Minseok.
"Cih siapa yang kau panggil Eonni? Aku tidak pernah punya adik yang jalang seperti dirimu !" Bentak wanita bernama Luhan tadi dan Minseok hanya dapat menunduk menyembunyikan perih di hatinya.
"Yaakkk ahjuma ini siapa? Kenapa memarahi eomma ! Ahjuma jahaaattt" Teriak Daemin bahkan kini tangan kecilnya memukul kaki Luhan.
"Yaakk menyingkirlah! Hei jalang berani sekali kau membawa anak sial ini ke hadapan appa " cecar Luhan lagi.
"Eonni cukup! Daemin tidak bersalah sama sekali jadi kumohon jangan berbicara hal buruk padanya"
"Tidak bersalah kau bilang? Apa kau lupa karena bocah ini lah appa harus meninggal -"
"Luhan! "
Luhan dan Minseok kini menoleh, seorang pria dengan kulit pucat dan tubuh tinggi tegap menghampiri keduanya.
"Yatuhan Minseok " ada suara rindu dan tak percaya dari laki-laki yang kini datang.
"Sehun oppa" lirih Minseok hampir tak terdengar.
"Sayang bisa tolong kau usir wanita ini? Aku tidak sudi melihatnya" ujar Luhan ketus.
"Lu kau tidak boleh seperti itu " Sehun mencoba mengingatkan.
"Kami akan pergi" ujar Minseok seraya menggandeng tangan Daemin "Eonni kau jangan melupakan makan siang mu, kau terlihat lebih kurus" lanjutnya sebelum benar-benar meninggalkan Luhan.
Luhan masih bergeming di tempatnya, tak ada satu patah kata pun yang terucap hingga dirasa Minseok sudah berjalan jauh pertahanannya pun runtuh.
Luhan menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri untung lah Sehun sang suami dengan sigap memeluknya.
"Hiks Sehuna, apakah aku tadi sangat jahat? " Racau Luhan.
"Sstt Gwenchana Lu, aku yakin Minseok mengerti" Sehun menatap istrinya prihatin ini sudah 6 tahun dan tidak ada sesuatu yang membaik sedikitpun.
Tbc
Haiiii aku balik bawa ff baru *tebar kembang* padahal ff lama masih ngutang
Di chapter ini semua karakter aku keluarin jadi udah pada tau dong siapa siapa aja pemerannya..
Tinggal hubungan antar tokoh yang masih di rahasiakan hoohohoho..
Penasaran?
Penasaran dehhhh..
Jangan lupa follow favorit sama review yakkk dan ff ini akan saya update juga di OA Chen Indonesia
