Yay! Akhirnya fic YuKisa-nya aku publish! xD Meski sebetulnya ini belum kelar sih. Huehehe.
Yukina dan Kisa bukan milikku. Mereka saling memiliki dengan penciptanya yang super awesome, Nakamura Shungiku-sensei. Aku hanya memiliki cerita ini dengan beberapa OC yang sengaja kubuat demi konflik yang ada. Hehe. OC yang akan kuperkenalkan di chapter-chapter awal ini adalah Haruki dan Yumeka.
Fic ini belum tau mau sampai berapa chapter. Dalam bayanganku sih ga banyak-banyak paling 5-7 chapter. Kecuali ada rikuesan atau aku ada ide dadakan. Hehe.
Karena ini fandom yaoi, jadi kuharap sih tidak ada yang nyasar dan pembenci malexmale di sini :3
Enjoy the story, guys~
It is Love
Chapter 1
Haruki's POV
Pagi yang indah. Kicau burung yang saling bersahutan di langit mengiringi langkahku. Berirama dengan detak pelan heels sepatu boot yang kukenakan. Merah, itu yang kupakai di pagi yang dingin ini. Oh, di musim dingin yang beku dan dipenuhi salju begini mana boleh seorang primadona sepertiku memakai warna-warna sendu macam abu-abu atau hitam atau biru. Tidak, tidak, boot selutut warna merah yang dipadukan dengan stoking warna kulit, rok mini putih sepaha dan mantel cantik berwarna merah terang. Ditambah dengan syal bulu rubah berwarna putih. Paduan merah dan putih bernuansa seperti santa claus yang membawa kehangatan di bekunya salju. Itu yang paling cocok untuk wajah cantikku ini. Ditambah senyum lebar khas angel di wajah imut yang dibingkai surai ikal sepinggang, aku yakin hati-hati yang muram itu akan kembali bersemangat setelah melihatku.
Fufufu, kau anggap aku narsis? Oh, tidak, tidak. Itulah kenyataan. Lihatlah cowok-cowok dari berbagai departemen yang langsung menghentikan langkah mereka begitu aku memasuki pelataran kampus. Lirikan mereka sudah kusadari sejak aku masih ada di dalam mobil silverku tadi. Dengan iris emerald yang bersinar, kutatap mereka semua. Senyum manis yang aku yakin mampu melelehkan salju di kutub utara ini kutebarkan secara cuma-cuma pada mereka. Aku hanya menahan geli saat mendapati beberapa dari mereka meleleh di tempat atau mendadak mimisan atau bahkan pingsan. Ohohoho, siapalah yang mampu menolak pesona primadona kampus dari jurusan desain produk ini, hm?
~ # 0 # ~
Kecantikan memang sebuah dosa. Akan tetapi, bukan aku yang memilih untuk mendapatkan dosa memiliki wajah cantik ini, benar? Ini adalah hukuman Tuhan karena telah menganugerahiku kekayaan, kepintaran, dan kecantikan. Dunia memang sungguh tak adil, bukan begitu?
Hei tapi, aku serius. Dunia ini tak adil. Karena lelaki yang kusukai tak pernah 'melirik'ku. Kau penasaran siapa lelaki beruntung yang mendapatkan cinta Sang Bidadari ini? Aku sedang menuju tempatnya saat ini. Jam kuliahku sudah selesai karena memang hanya ada mata kuliah pagi dan sejak sekarang adalah waktunya makan siang maka aku akan kembali merayunya.
Kaki jenjangku kulangkahkan menembus gundukan salju menuju studio lukis. Oh, kau tahu, meski sekarang hampir akhir tahun dan seharusnya kami sudah libur, beberapa departemen memang mengadakan pengecualian karena kurikulum yang padat. Termasuk jurusanku, Desain Produk, dan jurusan Seni Lukis yang sedang kutuju ini.
Akan tetapi, sebelum aku sampai di studio yang cukup luas itu, langkahku terhenti karena Sang Pujaan Hatiku ternyata ada di sana. Di depan pintu gerbang samping dan sedang dikerubungi oleh cewek-cewek yang berusaha menggodanya, mengajaknya kencan, memberinya kue, meminta janjinya untuk menghabiskan malam tahun baru bersama. Cih. Mereka pikir bisa menang melawan aku Sang Primadona dari Desain Produk ini, hm?
Sedikit terbakar karena cewek-cewek tak tahu malu itu mulai menyentuh-nyentuh tubuh jangkung atletis Sang Pangeran, aku pun berdehem dan memanggilnya dengan suara lembut mendayu-ku. "Kou~"
Sontak mereka semua menoleh ke arahku. Aku tetap menjaga senyum malaikatku menghadapi tatapan buas cewek-cewek yang perlahan satu persatu mundur dan menjauh. Meninggalkan pemuda dengan surai coklat gondrong itu kini sendirian denganku.
"Ah, Haruki-san. Sudah selesai kuliah?" tanyanya dengan senyum lebar. Ah, betapa indahnya senyum itu. Seolah ada bintang-bintang yang berkelip di sekitar wajah tampannya. Lihat, hanya dialah satu-satunya yang mampu mengimbangi senyum bidadariku. Sang Bidadari dan Sang Pangeran. Tidakkah kami akan menjadi pasangan paling serasi sejagat raya? Hohohoho~!
Aku mengangguk manis sebagai sahutan. "Kou-kun sendiri, mau pulang? Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku lapar," ujarku kemudian sambil mengelus pelan perut langsingku. Manik emerald-ku kudongakkan ke arahnya dengan tatapan memohon. Tak ada pria manapun yang bisa menolak salah satu jurus andalanku ini. Mereka akan bertekuk lutut dan menuruti apapun yang kuminta.
Biasanya.
Harusnya sih, seperti itu.
Tapi, pemuda bertulang pipi tinggi di hadapanku ini malah memasang senyum minta maaf. "Wah, sayang sekali sudah waktunya aku pergi kerja sambilan. Mungkin lain kali kita bisa mengobrol lebih lama," ujarnya. "Maaf, Haruki-san, aku duluan."
Dan sosok tinggi itu pun berlalu begitu saja. Mengabaikan senyum malaikatku. Cih. Dia tak terpengaruh oleh jurusku. Itulah yang membuatku menginginkannya. Yukina Kou, satu-satunya lelaki yang masih tak mau bertekuk lutut di hadapanku. Aku akan menjadikanmu milikku! Tunggu saja!
~ # 0 # ~
Normal's POV
Karena sudah menjelang akhir tahun dan banyak sekolah yang sudah libur, toko buku tempat Yukina bekerja terasa semakin ramai hari itu. Sejak siang toko buku yang cukup luas itu dipadati pengunjung. Terutama kawasan komik sejak banyak anak-anak yang berkunjung dan membeli komik-komik yang baru rilis. Mahasiswa jurusan seni lukis ini pun dibuat sibuk karena banyak yang meminta dicarikan komik-komik lama yang sudah tak dipasang di rak, juga menghadapi siwi-siswi SMP dan SMA yang berusaha merayunya dan mengajaknya kencan sepulang kerja nanti. Karena Yukina terlalu baik, maka semua pengunjung itu dilayaninya dengan senyum yang tetap lebar tiap detik selama berjam-jam. Membuat para pengunjung itu betah dan semakin memadati ruangan.
Karena terlalu sibuk itulah, maka Sang Pangeran beriris coklat itu tak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya sejak berjam-jam yang lalu. Mengawasinya dari jauh dengan tatapan intens tapi sama sekali tak mendekat. Sebenarnya Yukina sadar ada yang sedang memperhatikannya, tapi karena terlalu banyaknya pengunjung, ia menyangka bahwa yang memperhatikannya adalah siswi-siswi di hadapannya ini. Maka iapun tak ambil pusing.
Sementara itu, Sang Stalker yang ternyata adalah seorang gadis cantik berambut ikal pirang itu terus menatap Pangeran yang diincarnya sambil menyembunyikan wajah di balik buku yang terbalik. Sudah berjam-jam ia di sana. Memperhatikan mangsa(?)nya yang telah menolak ajakan makan siangnya tadi. Ia berencana menguntit Sang Pangeran yang tak jatuh pada pesonanya ini. Menyelidiki kehidupannya dan mencari tahu apa yang membuat Yukina Kou tak terpengaruh olehnya. Apa karena ia punya pacar yang lebih cantik darinya? Yang lebih seksi dan lebih kaya darinya? Hemm, Haruki benar-benar penasaran, siapa yang berani-beraninya mengalahkan ia Sang Bidadari dari Desain Produk ini!?
Malam sudah larut dan waktu kerja Yukina sudah berakhir. Pria jangkung ini mengenakan mantel berwarna gading dan berjalan menuju pintu keluar. Wajah tampannya menyunggingkan senyum senang karena teringat janjinya malam itu. Janji dengan seseorang yang sangat spesial baginya.
Akan tetapi, langkah lebarnya tertahan karena melihat seseorang yang dikenalnya. "Haruki-san!" panggilnya sediki terkejut. Kaget karena tak menyangka gadis yang terkenal angkuh bak tuan puteri itu ternyata ada di toko buku sederhana tempatnya bekerja, sendirian. "Sedang cari buku?" tanyanya dengan senyum ramahnya yang biasa.
Haruki yang sebenarnya sengaja menunggu Yukina selesai bekerja di dekat pintu itu pura-pura kaget melihatnya. "Ah, Kou. Kau kerja di sini?"
Yukina menjawabnya dengan sebuah anggukan.
"Wah, seandainya tahu begitu aku akan bertanya padamu sejak tadi," ujar gadis blasteran ini kemudian sambil memasang wajah menyesal.
"Sedang mencari buku apa?" tanya Sang Pangeran ramah.
"Eh? I-itu dia... aku lupa buku apa yang kucari. Aku... aku lupa judulnya...," sahut Haruki pura-pura berpikir keras, padahal ia memang tidak sedang mencari buku apapun.
Yukina menahan tawa geli. "Ternyata Haruki-san lucu. Mau kubantu carikan? Buku tentang apa?" tawar pria muda yang memang dasarnya baik ini. Tapi tindakannya ini malah membuat Haruki panik.
"Ah, tidak usah. Biar nanti aku tanyakan temanku saja. Kau sudah selesai kerja, kan? Emm, bagaimana kalau kita makan malam? Aku lupa makan karena sibuk mencari tadi," ujar gadis ini dengan sedikit kebohongan.
Pemuda dengan surai coklat muda berantakan ini melirik arlojinya. 'Aku ada janji dengan Kisa-san. Sebentar lagi dia pasti datang. Tapi, ini sudah sangat larut. Bahaya jika Haruki-san pulang sendiri,' batinnya.
Sambil tersenyum lembut, Yukina meraih tangan Haruki. "Ini sudah larut malam, Haruki-san. Aku juga ada janji. Biar kupanggilkan taksi untuk mengantarmu pulang, ya?" ujarnya dengan halus namun tersirat nada tak mau dibantah.
Karena terpesona oleh senyum dan kehangatan tangan Yukina yang menggenggamnya, Haruki tanpa sadar menurut saat dibimbing keluar dan didorong pelan memasuki taksi. Kesadarannya baru kembali saat taksi sudah melaju dan Yukina telah hilang dari pandangannya.
"Aaaah! Kenapa malah begini!? Aku harusnya makan malam dengan Kou! Sial! Aku terpesona pada senyumyaaa..!" gerutu gadis cantik ini keras-keras. Sama sekali tak mempedulikan sang sopir taksi yang menatapnya aneh lewat spion tengah.
"Tunggu! Aku tidak bisa pulang begini saja! Aku harus mengikuti ke mana Kou pergi! Apartemennya di mana? Atau, apa dia ada janji kencan dengan pacarnya? Hah! Aku harus tahu siapa pacar Pangeranku itu!" Dengan wajah penuh tekad, putri bungsu Keluarga Kitayama ini menyuruh taksi berputar arah dan kembali ke tempat Yukina.
Tak berapa lama ia mendapati Yukina masih ada di depan toko buku tadi. Bersandar pada pembatas jalan sambil sesekali melirik arloji yang membelit pergelangan tangannya. Haruki berlari keluar dari taksi dan tepat sebelum ia meneriakkan nama Sang Pangeran, tubuh jangkung itu menegak dan menghampiri sesosok lelaki muda yang baru datang. Wajah tampan yang terpahat sempurna itu menguarkan senyum paling bersinar yang selama ini belum pernah dilihat Haruki selama di kampus. Senyum paling menyilaukan yang membuat gadis ini terpaku di tempatnya berdiri.
Karena rasa penasaran yang semakin memuncak, tubuh langsing Tuan Puteri Kitayama ini mengikuti dua pemuda itu. Melewati pertokoan dan jalanan yang semakin sepi. Berbelok di tikungan yang sedikit tersembunyi. Sedikit berlari, Haruki mengejar mereka dan mematung di tempat saat sadar ke mana arah kepergian dua orang itu. Kawasan Love Hotel...
Iris emerald melebar tak percaya. Menatap horor dua sosok pemuda yang saling bergandengan tangan diam-diam itu semakin mendekati bangunan-bangunan gemerlap yang diwarnai pasangan-pasangan yang tengah bercumbu di pinggir jalan.
Tidak mungkin... Tidak mungkin...
Saking syok-nya, Haruki tak mampu mengikuti mereka lebih jauh. Terlalu takut mengetahui lebih dalam tentang Pangeran yang dipujanya itu...
~ # 0 # ~
Siang itu, Cafe Junjou dipenuhi gumaman-gumaman dan bisikan. Perhatian pengunjung sebagian besar terfokus pada satu meja yang ada di tengah ruangan. Di mana terdapat dua orang gadis yang saling bertolak belakang mengisi dua kursi di meja kayu itu. Salah satu dari mereka adalah gadis cantik dengan rambut ikal pirang mencapai pinggang, membingkai sempurna wajah imut dengan bola emerald besar yang bersinar. Tubuh langsing jenjang khas model yang dibalut mantel cantik penuh gaya. Sementara satu orang lagi adalah gadis dengan surai hitam yang berantakan sepanjang bahu. Mencuat tak beraturan namun tampak sangat pas menghiasi wajah tirus berkacamata yang tampak suram. Aura bunga khas bidadari yang begitu mencolok yang anehnya seolah melebur dengan nuansa dingin es yang misterius.
"Kau yakin tidak salah lihat?" tanya gadis dengan nuansa dingin itu pada temannya yang menelungkupkan kepala bermahkota pirangnya di atas meja.
"Aku yakin seratus persen – tidak, seratus miliar persen kalau Kou memang pergi dengan seorang lelaki ke kawasan Love Hotel! Hyaaaaaaaanggg~~~" Mengingat hal itu saja membuat Haruki begitu gemas dan tak percaya.
Gadis bersurai gelap itu hanya kembali menyesap kopinya dengan tenang. "Kau yakin itu bukan gadis tomboi yang memang senang memakai style seperti lelaki?" tanyanya lagi tetap dengan nada dingin.
"Tidaaaakk... Aku bisa membedakan dengan sangat jelas mana laki-laki dan mana perempuan tak peduli pakaiannya. Itu memang laki-laki, Yumeee... Pangeranku pergi dengan seorang lelaki ke.. ke...!" Haruki kembali menenggelamkan wajahnya di lipatan lengan. Tak sanggup mengucapkan nama tempat itu lagi, terlebih membayangkan kemungkinan yang bisa – dengan peluang besar – terjadi di antara pangerannya dan pemuda imut tak dikenal itu.
Yumeka terdiam dan tampak berpikir. Berusaha mengingat-ingat sesuatu. "Kalau tidak salah di sana ada bioskop yang baru dibuka. Mungkin mereka ke sana," ujar gadis ini.
Kepala Haruki terangkat. Ia baru tahu soal fakta itu. Benar juga. Mungkin saja mereka hanya pergi ke bioskop berdua di larut malam... "Tapi tetap saja mencurigakaan! Kenapa mereka pergi malam-malam berdua saja?" serunya.
"Mungkin kencan ganda? Pacar mereka mungkin sudah menunggu di sana." Yumeka berusaha mengajukan kemungkinan positif.
"Memang bisa saja begitu sih, tapi... tatapan Yukina pada orang itu...!" Haruki menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menggelengkan kepala berkali-kali. Tak sanggup percaya senyum seindah itu hanya diberikan Yukina pada seorang lelaki pendek yang tampangnya biasa-biasa saja itu!
Sebuah ide mendadak terlintas di benak Haruki. "Aku ingin menyelidikinya. Dia pasti murid SMA. Cih. Anak kecil begitu. Aku harus mencari tahu dia pakai pelet apa untuk mengguna-gunai Pangeran Kou-ku yang tampan itu!" ujarnya dengan berapi-api. "Yume! Kau ikut denganku!"
"Ha? Kenapa aku harus ikut dalam penyelidikan bodohmu itu?"
"Muuuu... jahat. Aku kan tak begitu paham soal beginian. Aku ingin kau lihat sendiri dan menilai apa benar... mereka memang sepasang kekasih..." ujar Haruki sambil menatap temannya penuh arti. "Kau suka hal-hal semacam ini kan?"
Sebelah alis Yumeka terangkat atas ucapan sahabat sejak kecilnya itu. Yukina Kou dari jurusan Seni Lukis ya... Ia sudah sering dengar tentang orang mempesona dari departemen seni rupa itu. Namun selama ini Yumeka tak pernah menaruh minat pada Sang Idola bertubuh tinggi itu. Tipe prince charming begitu bukan kesukaannya. Auranya benar-benar menyiratkan kelurusan orientasi sex-nya. Tapi, kalau ternyata Sang Pangeran yang tampak sempurna itu terjalin hubungan dengan sesama jenis...
Tanpa sadar mahasiswi jurusan Enviromental Enggineering ini menyeringai senang. Sebuah gelora dalam hati yang selama ini ditutupinya dari orang-orang meloncat-loncat penuh semangat.
Uke macam apa yang berhasil menaklukkan tipe pangeran macam Yukina? Dugaannya adalah tipe dingin menenangkan yang bisa mengimbangi sinar Yukina yang terlalu terang.
"Sepertinya menarik," sahut Yume akhirnya dengan senyum aneh yang membuat Haruki berjengit karena merasakan aura-aura yang terasa berbahaya.
~ # 0 # ~
Oke, jadi di cerita ini ada beberapa OC. Untuk sekarang akan kukenalkan dua orang OC yang bakal berperan penting dalam cerita ini
Kitayama Haruki : Mahasiswi Desain di universitas yang sama dengan Yukina (Departemen Seni Rupa)/ Sangat menyukai Yukina, dikenal sebagai primadona di kampusnya. Rambut ikal sepinggang berwarna pirang dan iris emerald. Sifatnya ceria, heboh, manja, narsis. Umur 21 tahun.
Kirihara Yumeka : Mahasiswi jurusan Enviromental Engineering di universitas yang sama. Tetangga Haruki sekaligus teman sejak kecil. Rambut hitam sebahu berantakan, iris hitam, memakai kacamata. Sifatnya tenang, terkesan dingin, sebenarnya adalah seorang fujo. Umur 19 tahun
