Uzumaki no.. Eh, Maksudnya Kuroko no Basuke
Warning:
Kisah ini mengandung unsur typo, humor gajelas, kata dewasa dan referensi NBA dan basket yang banyak. Authornya mencoba membuat cerita ini mengandung unsur humor, tapi karena dia gak lucu, jadi mohon dimaklumi~
Pairing:
Pairing di cerita ini adalah Fem!Kuroko/Naruto (ngomong dengan suara datar), Fem!Kuroko bakalan bernama Kuroko Tetsuna. (pergi lanjutin main basket)
Disclaimer:
Kuroko: Kuroko no Basuke milik Tadatoshi Fujimaki dan semua afiliasinya. Naruto milik Masashi Kishimoto dan semua afiliasinya. Author hanya mencuri semua karakter dan konten-kontennya secara (belum tentu) legal. Sumimasen. (bow)
(Oy oy Kuroko… Tajem tau gak..)
"Dudududu~"
Seorang pemuda dengan ceria bersiul selagi melipatkan kedua tangannya di belakang kepalanya, ia mengarahkan wajahnya kelangit untuk merasakan cuaca yang cerah ini sambal menutup mata, dan dengan ajaibnya tidak menabrak orang-orang yang melewatinya.
Ya, cukup ajaib karena ia kini berada di tengah-tengah keramaian.
SMA Seirin, walaupun bisa dibilang SMA yang baru, bisa dibilang mempunyai murid yang sangat antusias dengan kegiatan ekstrakurikuler klub mereka, dilihat dari betapa semangat dan antusiasnya anggota klub ekstrakurikuler menawarkan formulir anggota klub baru kepada murid-murid Kelas 10.
'Suasana kaya gini kaya pasar aja… Tinggal tambah bau ikan mentah sama daging yang dibekuin, aku gabakal bisa bedain mana pasar mana sekolah..' Adalah apa yang dipikirkan pemuda itu. Mulai dari Klub Literatur, Klub Sepakbola, sampai Klub Memasak semuanya semangat banget buat nawarin murid-murid baru untuk masuk ke klub mereka.
Yep, udah resmi, sekolah ini emang kaya pasar.
'Neh…. Daritadi aku tidak melihat stand klub Basket. Kudengar mereka berhasil ke InterHigh walaupun baru di tahun pertama mereka…' Pikirnya, tidak pernah menyangka kalau salah satu alesan dia daritadi ga ngeliat stand klub basket berhubungan dengan matanya. Yang saat ini sedang ketutup. Dan ngeliat kearah langit.
Emang..
Dia kadang bisa sengklek otaknya.
Menghindari seseorang lagi, tetap sambil menutup matanya dan melihat keatas, kedua tangannya masih menopang kepalanya, pemuda ini berjalan, berharap mungkin ia akan mendengar teriakan seseorang mempromosikan klub basketnya.
-LineBreak-
Kuroko Tetsuna mengalihkan matanya dari buku yang ia baca, mengintip ke belakang dari bahunya untuk melihat figur yang tadi hampir dia tabrak. Biasanya, dialah yang harus menghindar agar orang tidak menabraknya, karena postur dia yang kecil dan juga hawa keberadaannya yang tipis, membuat ia selalu tidak dinotis oleh orang sekitar.
Namun ini pertama kalinya, ada seseorang yang sepertinya merasakan hawa keberadaannya. Kulit tan, dan rambut pirang. Apa dia datang dari luar negri? Tetsuna bertanya-tanya. Dia tidak bisa dibilang tinggi, setinggi kebanyakan point guard, yang biasanya adalah pemain terpendek di permainan basket, dan lebih tinggi dari kebanyakan orang. Ia sedikit lebih tinggi dari Tetsuna sendiri.
'Apa aku pernah bertemu dengannya sebelumnya?' Tetsuna berpikir, karena satu-satunya orang yang setidaknya bisa mendeteksi hawa keberadaannya adalah yang pernah menemuinya.
Tetsuna hanya menaikan bahunya, tidak terlalu memperbesarkan. Ia hanya akan menaruh formulir pendaftaran klub basketnya. Tapi apakah dia, seorang perempuan, bisa bermain basket di Klub Laki-Laki? Pada waktu dia SMP di Teiko, ia masih bisa, karena peraturan disana tidak menjelaskan bahwa perempuan tidak boleh ikut klub laki-laki, karena mereka berpikir, perempuan mana yang akan masuk klub laki-laki? Tapi dia tidak tahu, mungkin saja disini berbeda.
Ia harap tidak…
-LineBreak-
"Orang yang sangat menyenangkan, si Kagami itu," Cetus seorang pemuda berkacamata kepada orang di sampingnya jelas dengan nada sarkastik. Pemuda ini adalah Junpei Hyuuga, kapten dari Tim Basket Seirin.
"Mmmm, apa kau tidak bisa merasakan potensial yang dimilikinya?! Jika dia benar yang aku duga, kita akan mendapatkan Ace baru! Dan jika Kiyoshi kembali dari cederanya, kita mungkin punya kesempatan untuk memenangkan InterHigh dan Winter Cup!" Seru perempuan di sampingnya, Riko Aida dengan semangat, sepasang bintang berkilau entah bagaimana menggantikan bola matanya.
"Aku tidak akan terlalu yakin, dengan Generasi Keajaiban—"
"Mmm.. Aku mulai berpikir apa kau masih ingat janjimu tahun lalu yang di atas atap itu loh.."
"—sudah pasti kita akan tetap menang!" Lanjutnya, kali ini dengan senyuman paksa, keringat ngucur dari jidatnya. 'Dasar setan!' Ngomongnya dalam hati.
"Eh? Sejak kapan dua formulir ini disini?" Suara Izuki mengalihkan perhatian mereka berdua. Mereka berdua melihat Izuki mengambil formulir itu dan membacakannya.
"Uzumaki Naruto.. Asal sekolah, SMP Konoha, Alasan bermain…." Hyuuga dan Riko memandang dengan penasaran ketika tiba-tiba urat perempatan(?) muncul di dahi Izuki, "Apa-apaan ini? 'Karena bola basket warna oren, aku suka warna oren'?!" Izuki ingin merobek kertasnya, tapi kertas itu keburu diambil oleh Riko.
"Gini-gini, ini masih formulir pendaftaran, tau! Gatau apa fotocopynya mahal?!"
*Plak!*
Dan kini Izuki mempunyai satu benjolan yang menghiasi kepalanya.
"Eh, tetapi..." Riko menggumam, mengerutkan keningnya melihat asal sekolah orang yang bernama Uzumaki ini.
"Ada apa, Coach?" Tanya Hyuuga, mencoba melihat formulir registrasi yang ada di tangan Riko, mencoba melihat apa yang membuat Riko mempunyai raut wajah seperti itu.
"SMP Konoha.. Bukankah mereka yang SMP yang telah ditutup tahun lalu karena kekurangan murid?"
"Hmm.. Ah ya, berarti dia adalah generasi terakhir dari SMP itu..." Gumam Hyuuga.
"Eh," Suara Izuki kembali menarik perhatian mereka. "Bukankah SMP Konoha adalah SMP yang dua tahun lalu berhasil masuk Turnamen Nasional hanya dengan Tim yang berisi 5 orang?" Izuki berpikir-pikir, mencoba mengingat masa SMP-nya ketika dia kalau tidak salah pernah bermain dengan Tim mereka.
Mendengar itu, Riko melebarkan matanya. Realisasi terpancar di matanya.
"Pantas saja terlihat familiar!" Serunya dengan senyuman.
"Bisa jelaskan lebih lanjut lagi?" Hyuuga bertanya.
"Ini tim sekolah yang pernah dicoach oleh legenda basket Jepang dan kandidat Hall of Fame NBA, Hatake Kakashi!" Serunya dengan sangat gembira.
Hyuuga dan Izuki melebarkan mata mereka, tidak dapat percaya.
"Itu sebabnya mereka bisa mengikuti Turnamen Nasional walaupun hanya dengan 5 pemain. Sayang sekali mereka harus didiskualifikasi saat semifinal, karena salah satu pemain mereka cidera dan tidak ada pemain yang bisa menggantinya." Ucap Riko. "Jika dia adalah salah satu dari 5 pemain itu... Hmm, tahun ini penuh dengan kejutan!"
-LineBreak-
Ia menatap perempuan yang duduk di belakangnya tanpa berkedip. Perempuan itu dengan mata yang monoton dan tak berekspresi, menatapnya balik.
...
"Rambutmu biru." Ia berkata seenak jidat sambil mengalihkan perhatiannya ke arah rambut sang perempuan itu.
"...Dan rambutmu kuning." Balas perempuan itu dengan monoton.
"Rambut pirang adalah warna yang wajar, tau." Jawabnya sedikit jengkel. Kenapa orang-orang selalu ngira rambut kuning itu ga normal, ha? Mentang-mentang namanya Jepang, jadi ia gapunya darah dari luar gitu?
"Aku pernah bertemu orang berambut hijau dan ungu." Perempuan itu kembali membalas.
"..."
"..."
"Uzumaki Naruto, yoroshiku." Ucap Naruto, sambil meenjatuhkan tasnya di meja di depan perempuan itu, dan kemudian menjatuhkan badannya ke kurisnya.
Perempuan yang tadi hanya mengedipkan matanya bingung. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Apa mereka sedang berkenalan? Bukankah mereka harus berjabat tangan, atau setidaknya, menatap satu sama lain? Pemuda di depannya ini hanya menjatuhkan badannya di kursi, dan kemudian meletakan kepalanya di atas tas ranselnya sambil memeluk tasnya, seolah mencoba tidur. Bukan seolah. Ia tahu bahwa laki-laki di depannya ini ingin tidur. Apa.. Apa cara berkenalan orang luar seperti ini?
"Um.. Kuroko.. Tetsuna.." Jawab perempuan itu, Tetsuna dengan ragu -ragu.
"Mmm, senang bertemu denganmu, Tetsuna.." Gumam Naruto, suaranya sedikit terpendam karena wajahnya tertutup oleh tasnya, walaupun itu gumaman, Tetsuna masih bisa mendengarnya.
Dan juga, memanggilnya dengan nama panggilan langsung? Bukannya itu tidak sopan? Bahkan teman setimnya yang mengenalnya bertahun-tahun masih memanggilnya dengan nama keluarganya, Kuroko. Apa diluar negri memang seperti ini? Huh. Sangat aneh. Mungkin kapan-kapan ia harus beli buki tentang tata krama luat negri. Itu pasti akan menarik.
"Kau seharusnya tidak tidur di kelas pada hari pertamamu, Naruto-kun." Cetus Tetsuna dengan halus. Karena Naruto sudah memanggilnya dengan nama panggilan, ia jadi tidak enak jika tidak memanggil Naruto langsung dengan nama panggilannya.
"Mmm.. 5 menit lagi. Ini masih belum bel ka—"
KRING KRING KRING
"...kuso." Naruto kemudian menutup matanya lagi. "5 menit lagi. Guru kita juga belum datang. Guru yang dateng tepat pas jam bel itu ga a—"
SRET
"Ohayou gozaimasu. Nama saya adalah Fujihata Matsuda. Kalian bisa memanggil saya Fujihata-sensei. Saya adalah wali kelas dari kelas 2-B, kelas ini. Senang bertemu dengan kalian!"
...
"Bangun." Suara Tetsuna, yang walaupun terdengar datar, di telinga Naruto terdengar seperti mengejek, membuat alis Naruto berkedut kesal.
Iya kemudian menegakan badannya dan memutarkaan badannya untuk melihat Tetsuna yang menatapnya dengan datar.
Mereka menatap satu sama lain.
"Jangan pasang wajah seperti itu." Cetus Naruto, terlihat jengkel.
"Wajah apa?"
"Wajah datar gitu. Ngeselin diliatnya."
"Naruto-kun, itu sangat jahat." Walaupun begitu, Tetsuna tetap mengatakannya dengan wajah datar, membuat alis Naruto berkedut.
Tidak ingin dimarahi oleh gurunya pada hari pertamanya, Naruto kembali membalikan badannya ke depan, untuk memerhatikan guru yang sekarang sedang menjelaskan peraturan dasar sekolah, apa yang dia harapkan dari kita, dan menjadi kelas yang terbaik, dan bla bla bla.
Sementara itu di belakangnya, Tetsuna mengukirkan senyuman kecil.
-LineBreak-
Setelah bel pulang sekolah, murid-murid langsung saja bertebaran. Alasan untuk ini adalah, untuk memberikan murid-murid waktu untuk mengikuti penerimaan anggora klub sekolah.
Karena itu, beberapa murid yang belum mendaftar klub ada yang tetap tinggal di sekolah untuk melihat-lihat penerimaan anggota ekstrakurikuler, dan ada juga yang langsung pulang. Sebagian besar, tetap tinggal di sekolah untuk mengikuti tes penerimaan anggota ekstrakurikuler mereka.
Klub basket SMA Seirin juga bukan pengecualian. Terlihat ada sekitar 16 orang berada di dalam Gymnasium SMA Seirin, tidak termasuk para staff sekolah. Memang, bisa dibilang dikit daripada SMA terkenal lain, seperti Rakuzan dan Shutoku, yang selalu mendapat ratusan anggota tipa tahun.
Sebabnya adalah, tentu saja, sekolah Seirin yang secara relatif, masih baru dan belum membuat nama untuk mereka sendiri, dan juga, klub basket mereka yang baru saja didirikan setahun yang lalu.
Tetapi tetap saja, menurut Naruto, berjalan ke arah Gymnasium, ia tidak terbiasa berjalan ke Gymnasium tanpa mendengar suara deritan sepatu, dribble bola, dan teriakan 'oper woy!' yang biasanya menggema dalam Gymnasium
Disaat SMP-nya, gymnasium selalu ramai. Entah itu dipakai oleh klub senam, klub futsal, atau klub basket, dari luar selalu terdengar gema permainan mereka.
Begitupun juga pada saat ia masih SD di Amerika, gymnasium di sekolahnya tidak pernah sepi sama sekali.
"Dan ngomong-ngomong... Kenapa kau mengikutiku?!" Seru Naruto pada perempuan di sampingnya, yang berjalan dengan ekspresi datar seperti biasanya.
"Kita kebetulan menuju tujuan yang sama." Jawab Tetsuna dengan datar. Rambut pendek sebahunya menghiasi wajahnya.
Hmm, Naruto baru sadar ini pertama kalinya ia dengan teliti melihat figur Tetsuna. Wajah feminim yang kelihatan lembut, rambut yang tingginya sedikit melebihi bahunya menghiasi wajahnya, dan juga, entah kenapa, Naruto selalu tertarik dengan mata biru Tetsuna. Memang Tetsuna mempunyak wajah yang bisa dibilang, sangat cantik, tapi kalau soal badan..
'Datar seperti papan... Jika dia tidak memakai rok, aku akan mengabaikan wajah feminimnya dan langsung berpikir bahwa dia cowok. Cowok moe, tapi tetap saja, cowok.' Pikir Naruto.
"Naruto-kun, apa kau memerhatikan badanku?"
"E-eh?! Tidak! Aku hanya melamun!"
"...sambil melihat badanku?"
"Ke-kebetulan kau berada di pandanganku saat aku melamun!"
"...dan secara kebetulan pandanganmu entah kenapa kesamping daripada kedepan untuk memerhatikan jalan?"
"Ya!"
"Naruto-kun.. Kau mesum." Ucap Tetsuna dengan datar, mengalihkan perhatiannya dari Naruto ke buku yang ia baca.
"Whaa- aku tidak! Dan setidaknya, terlihatlah marah sedikit kalau aku melihat badanmu!"
"Jadi kau mengakui kalau—"
"—bukan berarti jika aku mengatakan itu berarti aku melihat badanmu!"
"Naruto-kun. Mesum."
"Aku tidak!"
"Mesum."
"Jangan bilang itu!"
"Mesum. Mesum. Mesum. Mesum."
"Aaargh!" Dengan frustasi Naruto mengacak-ngacak rambutnya yang sudah acak-acakan.
"Aku mungkin harus berhati-hati berada di sekitarmu sekarang."
"..." Naruto menghela nafasnya, sambil memberi tatapan jengkel kepada Tetsuna.
"Lagipula, kau tahu bukan ini mengarah ke gymnasium?" Tanya Naruto.
"Ya."
Naruto mengangguk. "Dan kau tahu bukan kalau saat ini yang memakai Gymnasium adalah klub basket..?" Naruto kembali bertanya.
Tetsuna mengangguk. "Naruto-kun, apa kau suka bermain basket?" Tanya Tetsuna, matanya kini tidak tertuju lagi pada bukunya, melainkan ke sepasang mata Naruto.
Naruro hanya menyeringai. "Heh, aku mencintainya. Aku akan menjadi pemain basket terbaik di Jepang, bermain di NBA, dan pada akhirnya, menjadi pemain basket terbaik di dunia, dattebayo!" Ucap Naruto dengan semangat, sebelum akhirnya menutup mulutnya dan melihat kearah Tetsuna dengan malu, berharap Tetsuna tidak mendengarnya.
Tetsuna tersenyum mendengar itu. Naruto melebarkan matanya melihat senyuman Tetsuna. Kalau begini, Tetsuna mukanya datar aja terus. Ga ada orang yang pantes ngeliat senyuman secantik itu..
"Kalau begitu," Naruto melihat kearah Tetsuna sambil menaikan alisnya. "Aku berjanji aku akan membantumu untuk mencapai mimpimu, Naruto-kun." Ucap Tetsuna dengan halus, senyuman masih terukir di wajahnya.
Naruto hanya menyeringai mendengar itu. "Dan bagaimana kau akan membantuku? Kau akan mencoba try-out untuk masuk klub basket laki-laki?" Goda Naruto, jelas-jelas bercanda.
"Ya." Jawab Tetsuna dengan cepat. Mata Naruto melebar, membuat Tetsuna menghela nafasnya sedikit. Dan ini dia, 'kau tidak bisa!' 'perempuan tidak boleh bermain basket di tim lelaki' dan kata-kata lainnya.
"Heh, kalau begitu, aku hanya akan berharap kau akan menjadi pasangan yang bagus untukku."
Tetsuna melebarkan matanya mendengar itu, sebelum akhirnya senyuman kecil terukir di wajahnya.
...
"Pasangan, Naruto-kun?" Ucap Tetsuna dengan datar.
"Eh?"
"Aku tidak tahu di luar negri.. Tapi, bukankah ini terlalu cepat untuk menembak seorang gadis yang baru kau kenal hari ini, Naruto-kun?"
"Whaa.. Eh?!" Wajah Naruto langsung memerah. "Ma-maaf! Bu-bukan... Ah, aku, maksudnya—" Naruto berhenti ketika mendengar suara tawa kecil Tetsuna, membuat Naruto sadar bahwa ia dijahili. Menyadaei itu, alis Naruto berkedut karena jengkel. 'Perempuan ini...'
"Tapi," Suara Tetsuna membuat Naruto memerhatikannya. "Aku sungguh-sungguh dengan apa yang kukatakan. Aku akan membantumu untuk mencapai impianmu. Walaupun seperti ini, aku sangat menyukai basket. Aku akan menjadi rekan setim yang baik. Aku akan berusaha sekuat mungkin untuk membantumu mencapai impianmu..."
Naruto tersenyum mendengar itu. Walaupun kadang-kadang gadis ini suka ngeselin, dengan muka datarnya dan kata-katanya yang seenak jidatnya kadang kalo ngomong ga peduli perasaan orang lain, Tetsuna adalah gadis yang baik.
"...dattebayo." Tetsuna menyelesaikan, seringaian kecil terukir dari wajahnya yang biasanya datar itu.
Alis Naruto berkedut.
"Apa kau mengejekku, ha?!"
"Dattebayo. Pfft."
"Jangan bilang itu!"
"Dattebayo. Dattebayo. Dattebayo."
"Aaarghh! Diam!"
"..."
"..." Naruto menghela nafasnya, berusaha menahan agar dia tidak mati karena malu. Sungguh, dattebayo? Ia menyalahkan gen ibunya dan anime ninja yang selalu disuguhkan pamannya saat ia kecil.
"...dattebayo."
Alis Naruto berkedut lagi.
-LineBreak-
Riko Aida menatap semua kandidat tim basket yang kini menatap dirinya dengan shock, masih belum mengira bahwa pelatih mereka adalah seorang gadis SMA.
"Baiklah, pertama kita akan absen anggota terlebih dahulu." Riko memulai, di tangannya terdapat daftar absensi murid yang ingin bergabung dengan klub basket.
Mmm, lumayan. Sekitar 10 orang yang mendaftar untuk tahun kedua mereka. Tapi, mungkin hanya ada beberapa yang memang berniat untuk bermain basket.
Biasanya, walaupun ada 100 orang yang mendaftar, jika 99 orang lainnya selalu bolos latihan dan hanya 1 orang yang selalu mengikuti latihan, maka hanya orang itu yang akan dimasukan daftar roster atau tim.
"Baiklah, pertama..."
...
"Kagami Taiga?" Riko kemudian melihat orang yang tadi mendaftar. Seperti biasa, wajahnya terlihat seolah ingin menonjok orang lain. Dengan postur tubuhnya yang tinggi dan besar, 190cm, rambut merah dan wajah sangar, Riko akan sangat yakin Kagami tidak akan mempunyai reputasi bagus sebagai murid.
"Oke. Selanjutnya, Uzumaki Naruto?" Riko kembali melanjutkan, di luar terlihat biasa saja, tapi dari dalam, ia tidak sabar untuk melihat seperti apa rupanya orang yang dilatih dibawah Hatake Kakashi sendiri.
"Hadiiir!" Seru seseorang di samping Kagami, dengan teriakan cempreng yang membuat Riko mengusutkan wajahnya.
Hmm. Wajah bule, dan postur yang... Bisa dibilang kecil. Pendek, dan terlihat sepertinya tidak mempunyai otot sama sekali.
"Cempreng." Celetos Tetsuna dari samping Naruto, membuat Naruto mengedutkan alisnya dengan kesal entah seberapa kalinya.
Naruto ingin membalasnya, tapi terinterupsi oleh coachnya yang mulai memanggil nama selanjutnya.
"Kuroko Tetsuna?" Panggil Riko, mengantisipasi untuk bertemu salah satu pemain inti Teiko, dan tidak sabar untuk bertemu dengannya. Ooohh, lelaki itu pasti mempunyai stat yang bagus.
Tetsuna mengangkat tangannya, tapi Naruto menaikan alisnya dengan penasaran ketika orang-orang seolah-olah tidak melihatnya.
'Tunggu, tunggu... Ini biasanya adalah awal dari film setan nih. Ngga ada yang bisa liat Tetsuna? Jangan-jangan Tetsuna cuma bisa dilihat olehku? Atau mungkin, Tetsuna adalah figmen dari imajinasiku! Kaa-san, sepertinya kau benar, aku memang harus mencari pacar..' Pikir Naruto.
Ia ingin mengangkat tangannya, untuk memberi tahu pelatihnya bahwa Tetsuna ada di sampingnya, ketika Tetsuna tiba-tiba saja menusuk pinggulnya dengan tangannya.
"Aw!"
"Ssst." Bisik Tetsuna, jari telunjuknya mengacung di depan bibirnya, memberi tanda ke Naruto untuk diam saja. Mukanya datar seperti biasa, tapi Naruto bisa melihat dari matanya, ada sifat jahil yang terpantul dari mata itu. Naruto hanya menyeringai. Ooh, ini akan sangat menyenangkan.
"Baiklah, selanjutnya buka baju kalian!" Seru Riko, wajahnya menyeringai sedikit.
"Whaaa! Apa ini?"
"Apa kita harus..?!"
"Eh? Setidaknya kita harus kencan dulu bukan, sebelum melakukan ini, Aida-san?" Tanya Naruto sok polos.
Riko hanya blushing mengetahui inisuasi Naruto. "Diam dan lepas bajumu saja!" Serunya.
Sementara itu di ujung Naruto menaikan alisnya dengan terkejut, menyadari sesuatu. 'Ah, dia pasti bisa membacanya. Statistika badan. Aku tidak menyangka akan menemui orang seperti itu selain Tsunade-baa-chan. Dan masih muda juga. Dia punya banyak potensial.' Pikir Naruto sambil membuka bajunya. 'Eh, tunggu-tunggu... Kalau tidak salah kan Tetsuna...' Ia kemudian melihat ke sampingnya, untuk melihat Tetsuna yang entah kenapa kini sekarang memutuskan bahwa lantai gymnasium mereka terlihat sangat menarik.
Entah bagaimana menyadari pandangan Naruto, Tetsuna mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Naruto yang melihat kearahnya.
Pipi Tetsuna merona merah, merasa malu melihat kondisi Naruto yang setengah telanjang, dan juga karena bagaimana Naruto memandangnya.
Alis Tetsuna berkedut. Ia melipat kedua tangannya dengan protektif di atas tubuhnya, telapak tangan kanan memegang bahu kiri, dan telapak tangan kiri memegang bahu kanan. Ia kemudian membalikan tubuhnya dari Naruto.
Melihat ke belakang ke arah Naruto dari bahunya dengan tajam, Tetsuna berkata,
"Mesum."
Mendengar itu, Naruto serasa ditusuk oleh bagai pisau daging yang menusuk dadanya.
"Whaa—aku tidak—maksudku—"
Namun sebelum ia berkata sesuatu, ia sudah diinterupsi oleh suara coachnya.
"Hmm, kau, otot tangan kananmu terlalu tegang. Pernah bermain baseball? Aku sarankan jika ingin bermain basket, kau seimbangkan otot kanan dan kirimu."
"Ah, betis kakimu kurang kuat. Terbiasa dengan duduk, kau harus banyak lari untuk mengikuti klub olahraga."
Melihat itu, Naruto mengangguk sedikit, sudah menduganya. Tapi yang membuatnya kagum adalah bagaimana perempuan itu bukan saja menganalisi statistika tubuh, tapi bisa memberi rekomendasi regimen latihan untuk meningkatkannya. Hampir setara dengan Tsunade. Perempuan ini bisa menjadi physical trainer yang hebat di masa depan nanti.
Tapi ketika Riko melihat tubuh Kagami, matanya melebar tidak percaya. Naruto tidak bisa menyalahkannya. Six-pack, ototnya jelas sekali kelihatan. Kaya model-model L-M*n. Badannya bukan badan anak kelas 10 SMA, itu badan laki-laki 30 tahun yang rajin olahraga dan mengelola badannya dengan baik.
Sesampai Riko melihat tubuh Uzumaki Naruto, ia melebarkan matanya lagi. Bukan karena kagum atau apa, lebih karena terkejut.
'Apa ini? Badannya...'
0000
0000
0000
'...tidak mempunyai angka?! Tetapi.. Bahkan anggota tubuh yang tertutup saja masih mempunyai angka, walaupun samar-samar! Ini seolah dia... Seolah dia ditutupi oleh baju armor, yang tebal.' Pikir Riko terkejut. Ia melihat ke arah wajah Uzumaki, tetapi sang Uzumaki hanya tersenyum, seolah sudah mengira ini bakal terjadi.
'...orang ini... Siapa dia?!'
"Ada apa, Riko?" Suara Hyuuga membuat Riko tersadar ke dunia nyata.
Riko membetulkan postur tubuhnya, dan membatuk sedikit. "Ehem. Tidak apa-apa, Hyuuga-kun."
"Baiklah.. Eh, apakah Kuroko Tetsuna-kun sudah datang?" Lanjut Riko, melihat kearah sekeliling.
"Etto..." Sebuah suara tiba-tiba muncul di depan Riko, membuat Riko melebarkan matanya kaget. "Saya disini." Suara feminim itu kembali melanjutkan.
Riko melebarkan matanya terkejut, ketika baru menyadari ada perempuan di depannya. Rambut biru sebahu, badan yang mungil.. Badan yang mungil dan hawa keberadaan yang kecil.. Perempuan ini seolah-olah tidak terlihat...
"Kau-kau.. Kuroko Tetsuna?!" Tanya Riko dengan syok.
"Ya."
"Apa kau ingin try-out untuk mencoba menjadi manager?"
"Aku ingin try-out menjadi pemain." Ucapnya dengan penuh determinasi.
"EHH?!" Adalah gema teriakan shock dari satu gymnasium.
Minus Naruto.
-Chapter End-
A/N: Oke... Oke.. Endingnya.. Dipaksain banget ya. T-T Aduh, sorry banget buat ngegantugin kalian. Ini ide tiba-tiba keluar. Udah lama nonton KnB, dan sekarang semangat basketku lagi tinggi... Dengan playoff semakin mendekat, dan tim favoritku, GSW udah mempunyai rekor 60-6 dan dalam trek untuk mencetak rekor baru, aku jadi semangat muahaha. Oke, oke, abaikan.
Jadi sebenernya buat kalian yang nanya... Story ini apaansih? Romance? Crack ato apa?
Oke... Ini sebenernya sih genre adventure, karena aku emang bener-bener akan mengikuti dunia KnB, bukan hanya romance doang. Tentu aku juga masukin romance karena... Karena aku suka romance, aku akui.
Fem-Kuroko?! Oke, aku gatau kenapa milih ini. Akhir-akhir ini baca fanfic fem-kuroko, dan langsung teriket(?) Sama story itu. Dan juga, ngeliat banyak deviantart fem-kuroko, kawai bangett wkwk.
Chapter selanjutnya baru kita akan ngeliat kemampuan Naruto yang sebenernya di pertandingan antara kelas 10 dan 11, dimana Naruto mengeluarkan sedikir kemampuannya muahaha.
Posisi Naruto adalah Point-guard, jadi bakal mengganti posisi Izuki. Maap, Izuki-senpai.
Oke, sampai ketemu chapter berikutnya yang entah kapan akan dateng(?) /plak
