Author's note:

Sebenernya saya gak nyangka kalo bakal banyak orang yang baca Exorcism for Dummies dan request sequelnya.. Dan karena banyak yang minta, yaudah saya tulis. Kali ini lokasinya bukan di sekolah, tapi di asrama mereka. Kalo ada yang mau tau lokasi aslinya, silahkan visit Teacher's Dorm di BISS~ (soalnya ga ada asrama murid di sekolah..)

I don't own Hetalia!


Who's The Real Dummy?

*Flashback*

Kemarin malam…

"Serius! Kemaren aku ama Romano ngeliat penampakan serta para hantu sakau yang di jamin matinya gak tenang.." ujar Alfred masih ngos-ngosan.

"Yee, Al. Kalo mereka ngegangguin kita, pastilah matinya gak tenang.. Tapi kayaknya kemaren ada satu kenalan si albino, deh," sahut Romano.

"Albino? Maksudmu Gilbert?" tanya Antonio.

"Iya. Soalnya hantunya tiba-tiba teriak ASUM pas kita bunuh," jawab Romano.

'Itu sih bukan kenalan. Itu PASTI kerjaannya si Gilbert..' ujar Arthur dalam hati.

"Astaga, Lovi! Kamu pasti takut banget ya, kemaren!" teriak Antonio yang langsung memeluk Romano.

"B-berisik, sekarang lepaas!" muka Lovino langsung memerah seperti tomat.

Arthur hanya bisa melongo melihat Antonio dengan muka 'Serius-lo-ga-sadar..?'

"Yah, yang jelas.. Untung kalian sampai dengan selamat. Meskipun terlalu malam, sih…" Arthur langsung melihat kearah jam yang menunjukkan angka 2, yang kebetulan berdiri di sebelah kaca.

Arthur langsung menyipitkan matanya kearah pantulan kaca. Karena yang dia lihat bukanlah lorong gelap yang kosong, melainkan seorang wanita berdiri sambil memelototi mereka.

Dan sayangnya, Romano juga melihat kearah 'wanita' tersebut.

"ARGHH! HANTU YANG TADI DI LANTAI 4!" teriak Romano histeris.

Otomatis, Alfred langsung loncat ke pelukan Arthur yang secara refleks menangkap Alfred dengan gaya pasangan yang baru saja menikah di kuburan, soalnya mukanya gak nyantai, alias napsu ke toilet gara-gara kebelet (halah, bilang bridal style aja susah bener…).

Dan secara Arthur lebih kecil dari Alfred dan Arthur sudah dimakan usia (*plaak!), Arthur langsung melepaskan pegangannya, membuat Alfred jatuh terhormat, mendarat dengan pantat duluan.

Sayangnya, Arthur tidak memperhitungkan jarak, jadinya Alfred mendarat di jari kaki Arthur.

"WHAT THE BLOODY HELL?" teriak Arthur.

Antonio yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala.

Dan sejak saat itu, Arthur bersumpah akan menangkap sang hantu dan menyegelnya menggunakan Camera Obscura (seandainya ada di situ..) supaya hantu yang sudah mati tidak tenang itu semakin tidak tenang.


"Goblok lo, Art. Kalo makin gak tenang, hantunya juga makin nge-gangguin kita kan..?" tanya Antonio.

"Se-goblok-gobloknya gua, masih lebih goblok lu, Tonio. Gua sih gak takut sama hantunya, gua cuma mau MEREKA (penekanan pada kata 'mereka') ngerti kalo main-main itu ada batasnya," tutur Arthur.

"Mereka..? OH!"

"Lo udah tau kan?" Arthur langsung senyum karena Antonio sepertinya sepakat untuk balas dendam juga.

"Iya! Yaelah, Arthur.. Kalo cuma gitu doang gak usah pake penjelasan panjang-panjang, kali!"

"Iya, intinya gua cuma mau balas den—"

"Kalo lu khawatir sama keadaan pacar, gak usah segitunya kali..! Asal lu mau menghibur dia dan nge-comfort dia, dijamin dia langsung puas!" ujar Antonio dengan senyumnya.

"…Hah..? Lu nyambung ke mana sih..?" Senyum Arthur langsung hilang dari wajahnya.

"Lu mo balas dendam gara-gara Alfred trauma kan?" Antonio hanya tersenyum polos.

"GAK. Hadoh, Antonio.. Lu itu kok bisa masuk OSIS, sih..?" ujar Arthur geram.

"Eh, terus apa dong?"

"HANTU ITU EMANG GILBERT, DONGO! MEREKA –ENTAH SIAPA TEMAN-TEMAN DIA– NGEJAHILIN ALFRED SAMA LOVINO..!"

"Hah? Tau dari mana?"

"Cuma ada 1 MAKHLUK di sekolah ini yang memakai kata ASUM dari lahir sampai lahir."

"Hah..? Dari lahir sampe lahir..? Maksud lu apaan? Gak jelas deh."

"Maksud gua, dia itu gak jelas."

"Hah..?" Antonio malah makin bingung.

"Hah-heh-hah-heh aja lu terus. Lu mau ketemu para hantu ato gak..?" tanya Arthur yang sudah kesal karena waktu mereka sudah terbuang banyak.

"Ah, niatnya sih gitu.. Tapi lu tau gak sih kalo sebenernya ada hantu ASLI di sekolah ini..?" Antonio bertanya balik kepada Arthur.

Arthur langsung menghentikan langkah kakinya.

"Hantu… asli..?" ulang Arthur sambil melihat ke arah Antonio.

"Iya! Dia sering nongol di jembatan penghubung asrama cewek sama cowok..! Katanya sih dulu matinya di toilet cewek, gantung diri… Tapi penyebabnya itu—"

"Eits, eits. Santai, man. Bisa ceritain tentang hantu ini dari awal..?" Arthur menatap Antonio penuh harap.

Antonio pertamanya terlihat agak ragu untuk bercerita, tetapi akhirnya dia setuju juga.

"Gua sih oke-oke aja, tapi ini sama sekali bukan tempat yang bagus," jawab Antonio.

Wajar saja dia berkata demikian, karena mereka memang sedang berada di jembatan penghubung tersebut. Dan karena Arthur juga masih ingin menyimpan kewarasannya, akhirnya dia setuju untuk pergi ke kamar Antonio.


"Lah, Arthur? Ngapain lo pagi buta gini ke sini..? Bukan razia mendadak kan..?" tanya Nesia yang sedang asik main game online lawan adeknya yang di kamar sebelah, Malaysia.

"Gak lah. Gua mo denger cerita si Tonio ini aja," jawab Arthur sambil duduk di ranjang Nesia.

"Cerita? Ada cerita seru nih?" tanya Nesia lagi.

"Cerita horor," jawab Antonio sambil senyum-senyum kayak biasa.

Nesia, yang termasuk penggemar cerita horor, tentu saja langsung mematikan laptopnya dan duduk di sebelah Arthur karena tertarik.

"Hee~ Kok tumben Arthur mo denger cerita kayak gini?" tanya Nesia sambil ngelirik Arthur.

"Gara-gara Alfred ditakut-takutin Gilbert dan kawanannya."

Nesia langsung mingkem.

"A-ah, kalo gitu, langsung cerita aja deh, Ton! Entar gua keburu ngantuk soalnya," ujar Nesia buru-buru.

Antonio langsung melihat penuh curiga ke arah Nesia. Tetapi dia menyingkirkan perasaannya itu, karena waktu Romano gak pulang-pulang, Nesia mau bersusah payah nyariin Romano.

"Oke. Nes, lo tau kan tentang murid yang pernah gantung diri di toilet asrama cewek?" tanya Antonio.

"Ya iyalah gua tau. Itu cerita kan terkenal banget sampe muncul gosip-gosip gak jelas…" jawab Nesia.

"Nah, kita mulai aja ceritanya..?"


Jadi, sekitar 2 tahun yang lalu di Hetalia Academy, ada kakak-adik psikopat yang sangat akrab.

"KAKAK! MENIKAHLAH DENGANKU!"

Saking akrabnya, si adik sangat ingin menikahi kakaknya, meskipun kakaknya sampai takut karena adiknya itu TERLALU psikopat.

Sampai suatu hari…

"Hah… Hari ini melelahkan sekali," ujar Toris pelan.

"Memang melelahkan, karena si Braginski itu banyak sekali maunya," jawab Eduard.

"T-t-teman-teman.. Menurutku kita t-tidak sebaiknya b-berkata begitu.." kata Raivis sambil gemetaran.

Tiga teman baik yang lumayan kita kenal, Toris, Eduard dan Raivis, adalah salah satu saksi mata dari peristiwa menyedihkan itu.

"Hee… Banyak maunya, da..?"

Dan tentu saja, suara yang sangat mereka kenal tiba-tiba terdengar dari belakang mereka.

"IVAN!"

Dan teman-teman kita langsung lari semua.

"Da~ ayo bermain bersama pipaku~" ujar Ivan senang sambil mengejar mereka bertiga.

Sayangnya, sebelum dia sempat bermain bersama mereka, datanglah…

"KAKAK! AYO KITA MENIKAH!"

Suara yang cukup dia kenal untuk dia takuti.

"TIDAK MAU, PULANG SANA!" teriak Ivan yang tadinya mau mengejar mereka malah jadi dikejar Natalia.

Dan karena Ivan tidak memperhatikan jalan, dia meninggal terpeleset kulit pisang dan jatuh tidak elit ke got.

"KYAAA! KAKAK!"

Natalia sangat syok karena kakak yang sangat dicintainya itu meninggal, akhirnya dia bunuh diri dengan cara gantung diri di toilet perempuan, setelah gagal loncat dari kursi dan minum baygon rasa stoberi.


Arthur dan Nesia hanya bisa cengo mendengar cerita Antonio.

"Dan gosipnya, karena Ivan takut sama Natalia, hantu Ivan gentayangan di toilet cowok karena ngumpet dari hantu Natalia yang gentayangan tiap malam di jembatan!" kata Antonio dengan antusias.

Arthur langsung ber-facepalm ria.

"Yaelah, Tonio… Itu bukan cerita horor namanya. Itu ngejayus!" teriak Arthur frustrasi.

"Gua bilang itu lumayan serem, lho…" kata Nesia.

"Iya kan?" tanya Antonio senang.

"Muka lo itu serem gara-gara bisa nyeritain itu semua sambil senyum-senyum sendiri," jawab Nesia.

"Setuju," tambah Arthur.

"Kalian jahat, ih!"

"Yang jelas… Gak ada itu namanya hantu ASLI ato hantu ASUM. Yang ada hantu jayus! Tolol banget itu mah!" kata Arthur stress.

Antonio juga mengangguk-angguk sambil tersenyum seperti biasa, tetapi Nesia yang mendengar itu hanya bisa diam saja.

"…Yah, semoga saja begitu…" ujar Nesia pelan.


Keesokan harinya, Alfred sudah berani pergi kemanapun, karena dia sudah lupa dengan segala hantu yang dihadapinya kemarin! Dia beranggapan bahwa dia bermimpi semalam, dan dia berhasil memusnahkan segala hantu dengan kekuatan hamburger. Dan tiba-tiba dia kepengen ke toilet.

"Hadoh… Kenapa tiba-tiba perut gua mules dah…" kata Alfred yang sedang mencuci tangan sambil memandang cermin.

"Mules, da…?" kata suara tersebut pelan.

Alfred langsung memucat. Dia melihat baik-baik ke pintu stall di belakangnya. Pintu itu terbuka pelan-pelan, menunjukkan sesuatu yang sedang tidak ingin dia lihat.

"Mau main dengan pipaku, da~?" tanya sumber suara tersebut sambil tersenyum dengan mengerikannya.

"GYAAAA! RAPIST!"

Itulah suara yang terakhir terdengar dari arah toilet cowok.


Author's note:

Makasih banyak buat yang udah baca~

Please review buat ngeliat kelanjutan ceritanya! :D