Prince of The Dream

Cast :

Kim Jong In

Oh Se Hun

Park Chan Yeol

Byun Baek Hyun

Genre : School-Life, Romance, Lil Bit Fantasy, FriendShip

PG : 15+

Rated : T+

Lenght : [Prolog] [Book 1] [Book 2]

, Warn! Sexual Contents, Not Recommend for Childs...

Lets Read it!

Enjoy...

'Mimpi itu selalu datang. Mimpi dimana kau akan melihat dirimu sendiri tengah berjalan dengan riang di atas lembabnya rerumputan. Tepat pada jarak 5 meter dari sana, sebuah danau yang bak cermin mulai memantulkan bayanganmu, seakan-akan ingin meraup tubuhmu pelan. Dan ketika langkah kakimu telah mencapai tepian, dan karena indahnya danau itu, kau tak tahu. Disana, seorang laki-laki bertubuh tegap menatap dan menantimu seakan ingin memilikimu seutuhnya. Kau yang merasa ditatap juga mulai menubrukkan pandangan ke arahnya. Iris itu berwarna perak. Dan, pada akhirnya, tubuhmu pun terjatuh ke dalam danau yang sangat dalam itu. Menyisakan lambaian tanganmu dan teriakan kosong...'

01.00 A.M. Summer, 23 April.

"Astaga!"

Dini hari. Tepatnya, sudah yang ketiga kalinya, Jong In bermimpi dengan hal yang sama. Dan yang hanya ia ingat, adalah sosok laki-laki tampan dan sebuah danau besar.

Tubuhnya banjir akan peluh. Menandakan, mimpi itu sangatlah membuatnya ketakutan. Bahkan, saking takutnya, Jong In pernah tidak menyentuh sedikit pun benda cair yang biasa ia pakai sehari-hari. Entah kenapa, ia serasa seperti trauma. Namun sebisa mungkin, ia harus melawan. Dan memilih untuk merasa sangat ketakutan dengan ribuan volume air.

Dan mimpi itu, terus berlanjut hingga saat ini. Dimana tubuhnya tengah berada dalam rengkuhan sosok laki-laki itu dengan erat setelah terjatuh dalam sebuah danau.

"A-apa aku masih hidup? Ugh! Kenapa mimpi ini selalu datang?" setelah lelah menggerutu, Jong In segera bangkit, menuju dapur dan menegak air putih cukup banyak.

"Jong In? Kenapa kau belum tidur?" sebuah suara berat langsung menyapanya. Membuat tubuhnya berjengit kaget akibat suara yang tiba-tiba itu. Oh, ayolah! Siapa yang tidak terkejut jika sebuah suara pada dini hari menyapa dalam keheningan?

"Ya ampun, Hyung. Kau membuatku terkejut,"

Oke, itu Chan Yeol. Atau yang biasa ia panggil 'Hyung', kini berdiri dengan kedua tangannya merangkul tas sekolah.

"Kau, pulang malam lagi, Hyung? Sampai kapan?" tanyanya dengan raut heran. Pasalnya, sejak 3 hari yang lalu, Chan Yeol selalu saja pulang larut malam. Ketika ditanya, jawabannya hanya karena ada tugas yang menumpuk dan semester akhir akan menanti. Cukup masuk akal.

"Hahaha, sama seperti dengan jawabanku 3 hari yang lalu, Jong In. Tetapi, kau tidak usah khawatir. Ada Baek Hyun yang juga membantuku disana," ya, dan Baek Hyun.

"Arrasseo, Hyung. Memang enak jika satu kelompok dengan kekasihmu sendiri. Rasanya enak, nyaman dan tentram. Apalagi Baekki Hyung yang kutahu adalah seorang yang penyayang," ucap Jong In yang membuat tawa Chan Yeol seketika itu meledak.

"Ya, terserah kau. Aku mau tidur. Apa kau ingin ikut juga?"

Dan, tak ada jawaban lain, selain-

"Tentu saja, Hyung..."

Karena, Chan Yeol juga mengetahui perihal mimpi yang selalu menghantui Jong In. Bahkan, Hyung angkatnya itu juga mencari tahu. Baik di internet, maupun di buku-buku usang khas perpustakaan. Jawabannya sama-

"Kupikir, kau akan bertemu jodohmu dalam waktu dekat ini. Nantikan saja,"

Dan untuk sementara, tidur di kamar Hyungnya itu tak buruk juga...

Embun berseluncur dengan indah di permukaan dedaunan. Udara pagi, mulai menyeruak dalam pernafasan. Sejak jam 6 pagi, Jong In sudah bangun dari tidurnya. Meninggalkan bekas kusut di samping kasur milik Chan Yeol.

Langkah jenjangnya segera menuju ke arah dapur, setelah mandi pagi yang membuat sedikit ruam kebiruan di sekitar telapak tangannya akibat kedinginan dan ketakutan. Namun, itulah kebiasaan Jong In setelah adanya mimpi yang sering datang itu. Ia harus melawannya. Langkah awal, adalah dengan mandi. Setidaknya, air itu tidak akan memakannya.

"Heum... Bau apa ini, Jong? Kau, membuat Vanilla Latte? Aku mau satu, ya..."

"Baiklah. Eh, Baekki Hyung! Tumben sekali kau datang pagi-pagi. Biasanya sekitar pukul 8 kau baru kesini,"

"Dan tentunya hanya untuk membangunkan raksasa tampanku itu. Ugh! Kenapa aku bisa memiliki kekasih seperti dia. Pa-"

"Ya, karena aku tampan, pintar, baik hati, iya kan Byun Baek Hyun?" suara berat lagi-lagi menginterupsi keduanya. Membuat Jong In yang masih memegang cangkir berisi Vanilla Latte, sedikit bergetar akibat kekehannya.

"Nah, tumben juga Hyung sudah bangun. Apa karena mendengar suara kekasih di pagi hari?" goda Jong In. Bahkan, pipi Baek Hyun disana sudah memerah bak kepiting rebus.

"Ah, bukan hanya suaranya. Entah kenapa tiba-tiba mimpiku berubah menjadi ketika aku melakukan hubungan intim dengannya. Ah! Rasanya nikmat sekali dan- argh! Sakit, sayang..." ya, cubitan maut seorang Byun Baek Hyun tak akan pernah tertinggal.

"Kau bicara sekali lagi, kita putus!" ancaman yang konyol, bagi Park Chan Yeol.

"Lalu, kau ingin bersama siapa selain aku? Memangnya ada laki-laki yang melebihiku?" ucap Chan Yeol dengan alisnya yang membuat gestur naik turun. Menggodanya.

"Tentu ada. Banyak sekali! Aku sampai membuat daftarnya di selembar kertas dan hasilnya? Wow! Bahkan kertas itu penuh dengan coretan. Asal kau tahu, Park Chan Yeol. Ada yang lebih darimu. Jadi, simpan saja kesombonganmu, oke?"

"Ah, jadi seperti itu. Aku juga me-"

"Yak! Yak! Sudahlah. Kalian berdua sebaiknya pergi dari sini, sebelum pisau yang tajam ini menuju ke jantung masing-masing, oke?" ucap Jong In dengan nada pelan namun sadis. Bahkan ujung jarinya sudah menelusur di sekitar pisau. Bak pembunuh kelas kakap dengan pisau tajamnya.

"Ba-baiklah. Ayo, Chan!"

"Oke. Jong, karena sekarang masih pagi, kumohon jam setengah 7 bangunkan aku dan Baek Hyun, ya? Aku ingin sarapan dulu. Terima kasih, Jong Inku yang manis..."

Selalu seperti itu. Membuat Jong In mendengus kasar ketika mendengarnya.

"Ya, ya..."

Dan, pada akhirnya Jong In pun berbohong. Oh ayolah! Ia juga harus sekolah. Dan kenapa harus memiliki tugas membangunkan kedua orang yang habis berhubungan intim?

Prince o' t' Dream

"Hai, Jong In! Apa kau sedang sibuk?"

Itu Kyung Soo. Teman yang sangat baik padanya.

"Ah, hai juga Kyung. Aku tidak sibuk. Ada apa? Kenapa raut wajahmu sedikit kacau seperti itu? Apa kau ada masalah?" dan gelengan pelan, menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.

"Tidak juga. Hanya saja, aku sedang ada masalah di rumah. Bisakah kau membantuku? Aku tahu, kau adalah seorang yang bisa melihat dan meraba masa depan. Dan kau juga memiliki kekuatan supranatural yang ti-"

"Sstt! Kuharap kita tidak membicarakannya di tempat seramai ini. Baiklah, aku akan membantumu, Kyung. Sekarang, ayo kita menuju ke atap. Ceritakanlah semuanya padaku dan aku akan membantumu," ucapnya pelan. Ia takut jika kedoknya akan terbuka. Dan, semua akan menjadi berantakan.

"Hm! Istirahat masih lama. Masih kurang setengah jam lagi. Ayo, Jong In,"

Ya, Jong In dan Kyung Soo dengan segera melangkah menuju atap sekolah. Yang tentunya adalah tempat paling sepi diantara tempat yang lain. Setidaknya, fasilitas bangku kecil dan ekstra pemandangan indah itu lebih baik disana.

Tap!

Tap!

Tap!

Ckrek!

"Oke, Kyung. Bagaimana?"

"Sebelumnya, aku sangat berterima kasih padamu, Jong In. Dan tentunya, sekaligus aku juga ingin meminta maaf karena aku selalu merepotkanmu," ujar Kyung Soo lirih. Entah sudah keberapa kalinya ia meminta bantuan Jong In.

"Aku tak masalah. Lagipula, itu sepadan dengan bantuan darimu yang lebih besar dari itu semua. Sebuah bantuan yang membuatku lebih nyaman hingga saat ini. Sebuah, pertemanan," mendengar itu, Kyung Soo tersenyum.

"Jadi, sejak malam tadi, aku mulai bermimpi jika kau, akan meninggal di sebuah danau yang sangat luas. Airnya jernih, bahkan tiap tetesan darahmu yang berubah warna menjadi biru tua pun dapat terlihat oleh mataku. Anehnya, kau tak sendirian disana. Ada seorang laki-laki ber-"

"CUKUP!" entah kenapa, ia membentak Kyung Soo. Membuat laki-laki itu sedikit ketakutan akan bentakannya.

"M-maafkan aku, Kyung. Aku tidak sengaja,"

"Tak apa, Jong In. Jujur, karena kau adalah teman terbaikku, aku merasa sangat khawatir denganmu. Bagaimana jika itu adalah suatu fakta? Apakah, aku juga akan kehilanganmu? Dan jawabannya tidak, Jong In. Aku tak ingin ka-"

"Hehe, apa yang kau bicarakan, Kyung? Itu hanya mimpi. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidaklah seperti itu. Kau lihat? Tubuhku masih utuh, dan mata bulatmu masih melihatku sekarang, kan?" ujar Jong In. Ia berdiri sembari tangannya menelusur ke setiap bagian tubuhnya yang terlihat. Mencoba memastikan bahwa ia masih hidup dan dapat berdiri dengan tegak.

"Masalahnya, Kim Jong In yang manis, mimpi itu terasa seperti nyata. Apa, kau benar-benar tidak dapat melihatnya? Apa tidak ada satu pun gambaran yang terlintas dalam pikiranmu saat ini?" Kyung Soo lagi-lagi terus memaksa Jong In.

"Benar! Tidak ada satu pun, Kyung. Yang ada saat ini, kita harus segera pergi ke kelas. Karena jika tidak, Guru berponi tinggi itu akan memarahi kita habis-habisan dan menyuruh kita untuk membersihkan toilet. Ah, mau ditaruh mana muka kita nanti? Primadona sekolah pembersih toilet siswa? Apa-apaan," ucapnya dengan nada sejijik mungkin. Mau tak mau, karena melihat ekspresi Jong In yang sangat lucu, Kyung Soo tertawa terbahak-bahak.

"Sudahlah, sebaiknya kita segera pergi dari sini. Ada hawa menyedihkan," gumam Jong In. Dan Kyung Soo pun hanya menggangguk, setelah kemudian, mereka berdua turun dan segera menuju ke kelas.

'Semoga saja, itu hanya suatu kebetulan,'

"Selamat siang, anak-anak. Maaf jika saya terlambat masuk kelas. Ya, dan hari ini akan ada siswa baru. Pindahan dari Inggris, Oh Se Hun? Silahkan masuk dan perkenalkan dirimu pada semuanya,"

Tap!

Tap!

Tap!

"My name is Eiden Oh. Nice to meet you, guys!" ya, singkat, jelas, dan padat. Meskipun begitu, semua mata tertuju pada seorang 'Eiden' yang dengan gaya kerennya berdiri di depan kelas. Tentunya, kecuali Kim Jong In. Bahkan lelaki tan itu hanya menguap pelan dengan fokusnya ke arah taman sekolah.

"Ya, sekarang, kau boleh duduk di samping Kim Jong In. Oke, Kim, angkat tanganmu!" masih diam.

"Kim?!" hanya mengedipkan kedua matanya yang memanas.

"KIM JONG IN!"

"Y-ya, apa Saem!"

"Bwahaha! Apa-apaan itu, Kim? Haha,"

"Sudah, diam! Oh Se Hun? Sekarang, kau sudah tahu bukan?" dan Se Hun hanya menganggukkan kepalanya, sembari tubuhnya ia arahkan untuk segera menuju ke tempat duduknya. Yang tentunya, membuat kedua mata Jong In melotot.

"Ke-"

"Tanpa protes. Sudah 4 bulan kau selalu duduk sendiri, oke?"

"Baik, Saem,"

Dan, nikmati hari-harimu, Kim Jong In...

"Hai, namaku Eiden atau kau bisa memanggilku Oh Se Hun. Salam kenal, Jong In..."

Dengan gaya ogah-ogahan khasnya, Jong In menoleh perlahan ke araha Se Hun. Menatap intens murid pindahan baru itu.

"Se-sebentar! Sepertinya aku pernah melihatmu. Dimana, ya?" Jong In bergumam pelan sembari mengamati lekat-lekat paras rupawan Se Hun. Sehingga dahi sang pemilik sedikit berkerut karena merasa kebingungan dengan tingkah Jong In.

Iris Biru tua, kulit seputih susu, dan tubuh tinggi. Dan jangan lupakan dua taring kecil di sisi giginya. Alisnya yang sedikit menukik tajam bak mata elang, ...

"Bukankah kau..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Seorang laki-laki yang ada dalam mimpiku?"

-TBC-

[ To Be Continued ]

Akame's Small note's :

Annyeong! Oke, maafkan kalau saya benar-benar lama menghilang bak ditelan bumi/?

Ah, okelah... Ini FanFict baru. Mohon maaf lagi jika ada 2-3 FF yang saya hapus karena ada unsur tidak mood dari saya. Gara-gara berita Kai yang dating itu ditambah terlalu excited banget ama Album EXO yang terbaru...

Oke, This still prolog, guys! Akan saya usahakan secepat mungkin untuk Publish mumpung saya sedang santai. Apalagi setelah baca ulang review dari kalian, semangat berkobar di belakang saya, haha...

Oh ya, saya juga ganti PenName : dari SeKai94Line menjadi Akame0104

And the last, Wanna Follow, Like, and Reviews?

[ Akame0104 ]