Title : Beast
Author : Raichi Lee SangJin ELF
Rated : T
Pairing : All Couple EXO *Only Official couple, not Crack pair*
Genre : Romance, Mystery, Horror, Fantasy.
DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent. Saya hanya pinjam mereka untuk membuat fantasy saya menjadi terwujud di FF ini.
Summary : Hanya satu clue yang dia berikan untuk menemukan jejaknya. Dia hanya akan menyerang saat malam hari dengan bulan penuh yang terang. 'Berhati-hatilah pada bulan penuh'. ALL official couple. ^^
Let's check it out, Chingudeul and Yeorebeun~!
Warning : BL/ BoysLove/Shonen Ai. Miss typo(s), alur terlalu dipaksakan, gaje, bikin mual, EYD yang ngasal. I told you before, if you hate YAOI or IF You HATE me, better if you don't read my fanfic, okay?
Author's note : annyeong ^^. Kembali lagi dengan saya, Rai.
GYAAA~!
WOY~! I am back woy~! *dilemparsempaksooman*
Oh iya, ini adalah prolog, jadi gak panjang. hehehe
Okelah, langsung saja baca XDD
NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS XD
Nah, mari kita langsung saja mulai FFnya ^^
tolong tetap beri saya review anda *bow*
.
.
Oke, tanpa banyak bacot, mari kita langsung saja.
.
.
.
.
DON'T LIKE, DON'T READ!
.
.
I TOLD YOU BEFORE!
.
.
IF YOU HATE YAOI, BETTER IF U NOT READ MY FIC!
.
.
RAICHI
.
.
Sosok seorang namja tampan yang juga berwajah manis terlihat sedang berjalan didekat Airport yang baru saja mengantarnya menuju London. Dia datang dari China untuk meneruskan sekolahnya bersama gegenya.
Namanya adalah Huang Zi Tao. Seorang namja berumur 20 tahun yang akan meneruskan pendidikannya di London. Dia akan tinggal bersama gegenya, Huang Luhan disini. Luhan adalah seorang pria manis yang sudah tinggal di London. Luhan juga masih kuliah, namun dia sudah memiliki pekerjaan sampingan yang cukup menjanjikan. Yaitu seorang pencari berita. Dia akan mencari berita yang cukup hangat di London, memberikannya pada atasannya, dan atasannya akan menyuruh yang lain untuk menyiarkannya.
Gajinya cukup untuk membiayai Luhan, memenuhi kebutuhannya dan bahkan terkadang cukup untuk membiayai kuliahnya. Meski kuliahnya ditanggung orangtuanya, memang. Bahkan, karena media massa tempatnya bekerja cukup terkenal, Luhan sudah mampu membeli mobil sendiri meski tak terlalu mewah. Mobil itu dia beli dengan uang gajinya yang dia tabung selama setahun.
Meski rumah yang dia tinggali adalah rumah yang tak terlalu mewah, namun rumah itu adalah rumah yang bermakna karena rumah itu dibeli oleh orangtua Luhan dan Tao.
"Tao..!" panggil sebuah suara. Tao menoleh dan mendapati gegenya yang melambai. Tao mendekati namja itu sambil menyeret kopernya. Keduanya berpelukan. Tao sangat merindukan gegenya, begitu pula Luhan. Meski didinya ini lebih muda darinya, tapi Tao cukup tinggi karena mengambil gen dari ayahnya. Sementara Luhan adalah ibunya.
"Gege, aku sangat merindukanmu." Ucap Tao. Luhan juga tersenyum.
"Gege juga sangat merindukanmu. Ayo masukkan kopermu ke mobil. Sambil pulang, ayo kita ke mini market untuk belanja sebentar. Setelah itu kita pulang dan memasakkan sesuatu untukmu." Luhan tersenyum sambil mengelus rambut Tao. Tao tersenyum. Setelah memasukkan kopernya, keduanya segera masuk ke mobil berwarna hitam milik Luhan yang tak terlalu mewah, namun tak bisa dibilang terlalu sederhana. Mungkin karena warna hitamnya yang mengkilap, mobil ini memiliki kesan mewah tersendiri.
.
.
.
"Bagaimana perjalananmu, Tao-er?" tanya Luhan sambil mengemudikan mobil kesayangannya ini. Tao tersenyum.
"Cukup menyenangkan. Tapi yah memang…sangat melelahkan." Jawab Tao. Luhan tertawa pelan.
"Memang begitulah. Kau suka London? London juga sama indahnya seperti di China, kok." Ucap Luhan. Tao mengangguk.
"Ge, ini sudah masuk musim dingin, ya?" tanya Tao. Luhan mengangguk.
"Bagusnya kau mengenakan pakaian hangatmu." Ucap Luhan dengan senyum manisnya. Keduanya sampai pada sebuah mini market pagi itu.
Walaupun jam disini menunjukkan angka 09:56 AM, tapi cuaca agak mendung karena sudah masuk musim dingin.
Keduanya masuk kedalam sebuah mini market yang menyajikan kehangatan disana.
"Good Morning, Mr Jo." Sapa Luhan. Seorang pria tua dengan wajah ramah tersenyum lembut ketika tahu Luhanlah yang menyapanya.
"Ah, MorningLuhan." Balasnya. Tao tersenyum.
Keduanya berjalan mengelilingi rak sambil mencari-cari apa yang dibutuhkan. Keranjang belanjaan sudah ditangan Luhan.
"Kau ingin makan apa, Tao?" tanya Luhan. Tao berpikir sejenak.
"Aku ingin makan spaghetti mungkin…oh, atau mungkin aku juga ingin makan salad." Ucap Tao. Luhan mengangguk perlahan.
Luhan mengambil bahan-bahan yang diperlukan, dan juga mengambil keperluan lain. Luhan bilang, kulkasnya nyaris kosong dan dia belum sempat belanja.
Tao menatap sekitar. Pria berwajah ramah tadi bercengkrama sedikit dengan seorang pria yang sepertinya berwajah Asia. Wajahnya emotionless. Rambutnya coklat gelap agak panjang hingga poninya menutupi dahinya. Bahkan nyaris matanya. Setelah bercengkrama sebentar, pria itu mengambil keranjang belanjaan dan juga ikut berbelanja.
Pria yang kira-kira tingginya tak jauh beda dengan Tao itu datar sekali wajahnya.
"Tao, kau melihat siapa?" tanya Luhan. Tao menoleh dan menunjuk orang itu dengan dagunya. Luhan mengangguk.
"Sebaiknya, kau tidak mendekati dia, Tao." saran Luhan sambil memilih beberapa belanjaan lagi dan memasukkannya ke dalam keranjang hingga cukup penuh sekarang.
Tao bisa melihat ada spaghetti, beberapa bumbu, susu, vitamin, corn flake, roti, keju, selai, dan beberapa lainnya. Mini market ini cukup lengkap sebenarnya. Yang tidak ada hanyalah bahan makanan mentah. Seperti sayur, ikan, atau daging.
"Memangnya kenapa, ge?" tanya Tao. Luhan memberikan isyarat untuk diam dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dan memberi isyarat untuk lihat kebelakang.
Tao melirik sekilas. Tak jauh dari sana, pria tadi terlihat sedang memilih minuman ringan. Di kantung belanjaannya, hanya ada sebuah botol kecil dan sebuah botol kecil panjang. Tao memicingkan matanya untuk mempertajam pengelihatannya.
Obat penambah darah? Dan disitu ada obat penghilang rasa sakit? Huh? apa dia ini seorang atlet? Penghilang rasa sakit biasanya dipakai oleh beberapa atlet untuk menghilangkan rasa sakit akibat olahraga yang mereka lakukan.
Pria itu melihat ke arah Tao. Tao segera membuang wajahnya takut karena tatapannya. Luhan langsung menarik Tao untuk pergi.
"Surprised me...." ucap Mr Jo pelan. Luhan mengangguk.
"Me too, aku juga terkejut..bukankah dia sudah 2 bulan ini tidak keluar rumahnya..?" tanya Luhan dengan suara pelan sambil membayar. Mr Jo mengangkat bahunya. Tangannya dengan cekatan mengurusi belanjaan Luhan.
"I don't know Luhan, sebaiknya kita tidak mengurusinya. Aku yakin, belanjaannya seperti 2 bulan terakhir.." Ucap Mr Jo dengan nada tak kalah pelan. Luhan mengangguk. Mr Jo memberikan kembaliannya, total belanjaan, dan belanjaan Luhan.
"You're absolutely right, Mr Jo. Thank You. Have a nive day, ." ucap Luhan lalu langsung pergi bersama Tao. Tao langsung mengikuti gegenya. Setelah memasukkan belanjaannya pada jok belakang, keduanya langsung pergi. Sebenarnya, Mini market Mr Jo tak terlalu jauh dari rumah Luhan.
Rumah Luhan bisa dibilang cukup strategis. Dekat dengan mini market Mr Jo, bila berkendara dengan mobil selama 10 menit, akan sampai pada Fresh Market. Dekat rumahnya, juga ada toko baju, restoran siap saji, dan juga ada ada tempat hiburan.
Kawasan perumahan Luhan ada disana. Kalau keluar dari kawasan perumahan yang cukup luas itu, baru kita bisa menemukan mini market Mr Jo, restoran siap saji, toko baju dan beberapa toko lainnya hanya dengan jalan kaki dari kawasan perumahan itu.
Kalau berkendara dengan mobil untuk keluar dari perumahan itu selama 10 menit, kita bisa menuju Fresh Market.
Sebenarnya, kalau dipikir dengan logika, bukankah perumahan strategis itu sangat mahal? Namun, dikarenakan kata Luhan perumahan itu sudah cukup tua waktu itu dan baru selesai diperbaiki, untuk menarik pembeli saat itu, rumah-rumah disana dibuat murah harganya.
Sekarang, satu rumah itu cukup mahal. Luhan beruntung mendapatkan rumah itu dengan harga yang terbilang murah.
Keduanya sedang menuju fresh market sekarang. Luhan ingin membeli daging, sayuran, dan telur mungkin. Mungkin juga ingin membeli bacon.
"Gege, apa maksudmu aku tak boleh mendekatinya?" tanya Tao. Luhan berpikir sejenak. Lampu merah. Mobilnya berhenti.
"Begini Tao. Anak itu bernama Oh Sehun. Anak keluarga Jung. Mereka bisa dibilang..sangat kaya. Tapi bagi penduduk sekitar aneh dan menutup diri. Rumah mereka ada di komplek perumahan gege. Tapi, jarak rumahnya dengan rumah gege cukup jauh. Dia jarang bicara, wajahnya selalu datar tanpa emosi meski tampan. Aku dengar, dia cukup jenius. Karena dia jenius, tidak ada guru yang bisa mengajarinya lagi. Karena kami takut berusan dengan keluarga Jung, kami sedikit menjauhi mereka." Jelas Luhan. Tao mengenyit.
"Tunggu dulu, anak keluarga Jung? Oh? Tapi, marganya berbeda?" tanya Tao lagi. lampu merah itu berganti menjadi hijau. Luhan kembali menjalankan mobilnya.
"Sehun dan saudara-saudaranya adalah anak angkat dari seluruh dunia. Aku akan menceritakan tentang mereka kalau sudah sampai rumah." Jelas Luhan.
.
.
.
Keduanya sudah sampai dirumah Luhan sekarang. Setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi, Luhan langsung membawa belanjannya. Tao juga membantu sedikit sambil menyeret kopernya.
"Kamarmu ada di lantai dua. Didekat kamarku. Aku akan mengantarmu melihat kamarmu setelah aku membereskan belanjaan." Ucap Luhan.
Luhan memasukkan semua bahan makanan mentah dan belanjaannya di dalam kulkas. Vitamin dimasukkan kedalam kotak obat yang tak jauh disana. Tao bisa melihat berbagai macam obat, pembersih luka dan perban ada disana. Tao mengernyit.
"Lengkap sekali?" tanya Tao. Luhan terkekeh.
"Kita pasti membutuhkan ini, kan? Bisa jadi aku terluka ketika memasak." Ucap Luhan. Setelah semuanya beres, Luhan mengajak Tao melihat kamarnya.
Mereka adalah 2 bersaudara. Dan ayahnya memang sudah mempersiapkan rumah ini untuk mereka berdua. Tao cukup menyukai kamarnya yang tak terlalu besar, tapi juga tak sempit ini.
Kamar dengan wallpaper berwarna biru yang sejuk. Ada double bed dengan bedcover berwarna putih disana. Ada satu meja belajar didekat tempat tidur. Ada lemari pakaian, meja rias, dan didekat meja rias itu, ada pintu kamar mandi Tao. ada jendela yang cukup besar berbentuk persegi panjang.
"Kau suka kamarmu?" tanya Luhan. Tao mengangguk.
"Setelah ini, beristirahatlah. Aku harus mengetik berita yang baru aku dapatkan semalam. Siang ini harus aku serahkan." Ucap Luhan lalu menutup kamar Tao. Tao melepas pakaian hangatnya, dan pergi untuk mandi. Dia ingin berendam air hangat.
.
.
.
Malam akhirnya merajai London. Tao terlihat sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Besok, Tao akan masuk ke Universitasnya.
Tao menuju dapur. Disana, Luhan terlihat sedang menyiapkan 2 porsi steik. Setelah selesai, keduanya mulai makan.
"Gege, kau bilang akan menceritakan soal keluarga Jung itu, kan?" tanya Tao. Luhan mengunyah makanan dimulutnya lalu menelannya.
"Begini, Tao. Keluarga Jung tinggal di London sejak 2 tahun yang lalu. Mereka dari Korea. Namun, pernah tinggal di China, dan di Kanada. Jung Yunho dan istrinya, Jung Jaejoong adalah suami 'istri'." Ucap Luhan sambil menekan kata istri untuk Jaejoong. Tao mengenyit.
"Maksudmu dengan 'istri'?" tanya Tao yang mengernyit heran. Luhan mengehela nafas.
"Mereka pasangan gay, Tao. Sudah pasti tidak memiliki anak. Namun, mereka mengadopsi anak dari China, Korea dan Kanada. Anak-anak itu memang sengaja tak mengubah marga mereka. Ya, mereka bilang sebagai jati diri, dan Yunho menghargai hal itu. Ada Wu Yi Fan yang dipanggil Kris, Kim Joon Myeon yang dipanggil Suho, Kim Jongdae yang dipanggil Chen, Park Chanyeol yang dipanggil Chanyeol, Kim Jongin yang dipanggil Kai dan Oh Sehun." jelas Luhan. Tao mengangguk perlahan.
"Lalu..kenapa tadi siang kau dan Mr Jo seperti itu? Apa yang membuat kalian seperti itu?" tanya Tao. Luhan mengehela nafas.
"Keluarga mereka sangat menutup diri ,Tao. Mereka jarang sekali keluar. Kecuali Jung Yunho. Dia adalah seorang dokter di rumah sakit Internasional London, dan istrinya yang seorang dokter juga. Mereka juga bekerja di rumah sakit yang sama. Yang sangat jarang keluar adalah mereka, Kris, Suho, Chen, Chanyeol, Kai dan Sehun. Mereka dibilang cukup genius. Tapi aku dengar, Sehun sudah menamatkan home schoolingnya sekarang. Dia dan suadara-saudaranya akan masuk ke Universitas besok." Jelas Luhan. Tao menatap tidak percaya.
"Kau…sungguhan, ge?" tanya Tao. Luhan menghabiskan setengah steaknya.
"Ya, aku tidak berbohong, Tao. Besok juga aku ada mata kuliah. Jadi kita akan berangkat bersama besok. Kuharap kau memiliki teman baru. Aku juga akan memperkenalkanmu dengan teman-temanku. Ada yang juga ikut bekerja denganku dalam pencarian berita." Ungkap Luhan. Tao kembali melanjutkan makan malamnya.
"Tapi…" Tao menoleh pada Luhan yang kini sudah nyaris menghabiskan steaknya.
"Ya?"
"Meski mereka menutup diri, Jung Yunho dan Jung Jaejoong tidak menutup diri mereka. Bahkan, cukup terkenal ramah dan cukup suka bersosialisasi. Warga perumahan, dan kompleks pertokoan diluar perumahan ini ini hanya sedikit takut dan sedikit menjauhi anak-anak angkat mereka."
"Kenapa mereka harus ditakuti? Kau aneh, ge." Ucap Tao lalu sudah menghabiskan steaknya ini. Tao memilih menikmati kentang goreng buatan Luhan serta menikmati segelas air putih.
"Kami hanya takut dengan aura seram yang mereka keluarkan. Dan lagi, setiap salah satu dari mereka, terutama Sehun berbelanja di mini market Mr Jo pasti belanjaannya tidak pernah hilang dari..minuman ringan, obat tambah darah, dan penghilang rasa sakit." Jelas Luhan lagi. "Kami berpendapat, mereka sedikit aneh. Makanya kami agak menjauhi anak-anak mereka." Ucap Luhan lagi. keduanya kini masih duduk sambil menikmati ketang goreng.
"Kalau kalian merasa aneh, lapor saja dengan polisi. Bukankah itu lebih tenang?" tanya Tao. Luhan menghela nafas.
"Polisi juga tidak mau menagkap mereka. Sekali lagi, karena kebaikan hati Jung Yunho dan Jaejoong, mereka tidak ditangkap dengan polisi-polisi di London. Aku juga sering sekali ditolong. Terkadang, ketika aku belum gajian, dan uangku menipis, sementara uang yang dikirim ayah hanya untuk kuliah..aku juga ditolong dengan mereka. Waktu itu, aku sakit flu. Cukup tinggi. Dan mereka mau merawatku di rumah sakit, dan biayanya gratis. Saat aku ingin menggantinya, mereka tidak mau.." cerita Luhan. Tao mengangguk.
"Mereka benar-benar baik kalau begitu." Ucap Tao. Luhan mengangguk.
Setelah selesai makan malam, keduanya langsung membereskan semuanya dan pergi untuk melanjutkan aktifitas apapun yang bisa mereka kerjakan.
.
.
.
TBC
.
.
Need review ^^
Please no flame, no bash and no silent readers ^^
