A/N :

FF pertama di sini!!!! Horee!!!! bersorak

FF ini tadinya dipost di Forum HPI dengan Rating PG-13. Makin lama nulis, rasanya makin ga cocok kalau Rating-nya tetap PG-13, soalnya ceritanya sendiri makin berkembang. Jadi, saya post di sini dengan Rating M. (Apalagi, Forum HPI error mulu, jadi weh saya ga bisa posting... :( ditimpuks sang mods ) Well anyway, here we go. Maaf kalo rada OOC. Ga berniat dan ga bermaksud. Yah, namanya juga FF, hehehehe...


Disclaimer : All characters belongs to J. K. Rowling. bisa ditimpuk sayah kalo ngaku-ngaku, ;P

Setting : Liburan musim panas tahun ketujuh.

Rating : M - untuk bab-bab selanjutnya.

Chapter 1

Malam sudah turun sejak berjam-jam lalu. Hermione Granger masih duduk di depan meja belajarnya, tampak menuliskan sesuatu diatas sehelai perkamen. Buku-buku, gulungan serta sobekan perkamen berserakan dihadapannya. Dia menghela nafas, kemudian menghentikan kegiatannya menulis. Dia meluruskan badannya, dan membuka jendela dihadapannya, membiarkan kesejukan angin malam membelainya. Matanya menatap langit musim panas yang dipenuhi bintang.

Ketukan halus terdengar di pintunya. Hermione tersentak kaget. Badannya menegang, tangannya otomatis meraih tongkat yang tereletak di atas meja, dan penuh siaga menghadap pintu. Sikap yang terbentuk berkat latihan-latihannya di Dumbledore Army dua tahun lalu, juga latihan-latihan lain yang dilakukannya sepanjang tahun lalu.

"Hermione, Sayang, kau belum tidur?" ujar sebuah suara yang amat dikenalnya. Hermione menghela nafas lega. Ketegangannya mengendur, meski kewaspadaannya belum menurun. Dalam situasi perang seperti ini, dia tak bisa membiarkan kewaspadaannya menurun. Dia menurunkan tongkatnya, tapi tidak melepaskannya. Sekedar untuk jaga-jaga. Dengan tangan kiri, dibukanya pintu kamarnya. Tampak Mrs. Granger berdiri di depan pintu, membawa nampan berisi sup yang masih mengepulkan asap.

"Sudah kuduga, kau belum tidur. Belajar hingga larut malam lagi?" tanya Mrs. Granger sambil masuk ke kamar Hermione. Sekilas matanya menyapu meja belajar yang penuh dengan buku dan gulungan perkamen.

Hermione dengan sigap menyelipkan tongkatnya ke saku celananya, dan membantu Mrs. Granger meletakkan nampan di sudut meja yang bersih dari perkamen dan buku-buku.

"Aku harus menulis pada kepala sekolahmu. Mereka membuatmu bekerja terlalu keras, bahkan pada saat libur musim panas seperti sekarang ini," lanjut Mrs.Granger lagi. Hermione tersenyum kecut.

"Mum, Profesor Dumbledore sudah tiada. Mum tak bisa menulis surat lagi padanya," katanya pelan, berusaha agar air matanya tidak jatuh. Mrs. Granger berbalik dengan cepat, rasa bersalah terlihat dari wajahnya.

"Oh, sayang, maaf," katanya sambil menatap putri satu-satunya dengan cemas. Sekuat tenaga, Hermione berusaha menyembunyikan wajahnya. Namun gagal. Pertahanannya selama ini runtuh. Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Refleks, Mrs. Granger memeluk putrinya.

"Aku masih tak percaya, Mum. Rasanya…rasanya seolah kejadian itu tak pernah terjadi. Seolah semuanya hanya mimpi yang akan hilang saat bangun di pagi hari." Hermione tak sanggup lagi melanjutkan. Dia yang selalu kelihatan kuat dan tegar, kali ini menangis sesenggukan di pelukan ibunya.

"Selama ini, kau pasti telah berjuang sangat keras untuk menahan semua kesedihanmu, ya? Anak bodoh. Aku memang bukan penyihir sepertimu, tapi aku kan masih tetap ibumu. Jangan kau pendam sendiri semua kesedihanmu." Mrs. Granger berkata lembut.

"Maafkan aku, Mum," bisik Hermione. Mrs. Granger tersenyum.

"Tak apa, menangislah. Beban yang kau tanggung pasti sangat berat. Biarlah sekali ini kau lepaskan semua."

Selama beberapa saat berikutnya, hanya kebisuan yang ada di antar mereka. Hermione masih terus menangis tanpa suara di pelukan ibunya. Perlahan, perasaannya berangsur-angsur terasa lebih ringan.

"Ah, Mum jadi ingat ketika kau masih kecil dulu. Tiap kali bermimpi buruk, kau pasti menangis sangat keras, dan tidak berhenti sebelum Mom peluk. Persis seperti ini," ujar Mrs. Granger memecah keheningan. Dia tersenyum kecil mengenang masa lalu mereka. Mau tak mau, Hermione tersenyum juga. Entah bagaimana, pelukan ibunya membuatnya merasa nyaman. Untuk sementara, dia bisa melupakan semua beban yang ditanggungnya.

"Mum, maaf ya, sudah lama aku tak pernah berbagi cerita lagi dengan Mom."

"Yaah..seharusnya Mum bisa menerimanya. Kau sudah besar sekarang, terlalu sibuk menyelamatkan dunia bersama dua temanmu itu, hingga tak punya waktu lagi untuk Mum dan Dad. Kau bahkan menolak tawaran kami untuk liburan musim panas ke Prancis," keluh Mrs.Granger sambil mengedip pada Hermione. Hermione tertawa kecil.

"Mum, jangan bersedih seperti itu. Lagipula, kita kan sudah pernah liburan ke Prancis," katanya membela diri, meskipun ada sedikit rasa bersalah terselip di hatinya.

"Itu kan waktu kau kelas 3, dan itu sudah hampir empat tahun lalu. Setelah itu, kau hanya melewatkan waktu sebentar dengan kami setiap liburan," protes Mrs. Granger, yang langsung tertawa saat melihat pancaran rasa bersalah di mata Hermione.

"Sudah, sudah, jangan dipikirkan. Mum mengerti kok, banyak yang harus kau lakukan di duniamu. Kau tidak usah merasa bersalah seperti itu. Lagipula, saat ini pasien Mum dan Dad bertambah banyak, kami tak bisa meninggalkan mereka begitu saja dan mengambil cuti," hibur Mrs. Granger. Hermione tak mampu menjawab, hanya tersenyum.

"Mum membuatkan sup untukmu, makanlah selagi masih hangat," lanjut Mrs. Granger sambil menunjuk nampan di atas meja. Hermione mengangguk lagi.

"Tak usah memaksakan diri, Sayang. Sekarang masih liburan musim panas, kau masih punya banyak waktu sampai ujian NEWT nanti. Masa' kau mau menghabiskan liburan musim panasmu dengan mengurung diri di balik tumpukan buku?" Ada perasaan bersalah menusuk hatinya, namun Hermione berusaha menutupinya dengan tertawa kecil.

"Mum, Mum tahu kan, belajar termasuk hobiku. Aku merasa tidak percaya diri kalau masuk sekolah tanpa membaca sedikitpun buku pelajaran. Lagipula, tak ada tugas liburan kok. Hanya membaca buku-buku pelajaranku, itu saja. Jadi, Mum tidak perlu protes pada sekolahku, ya?" Mrs. Granger hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban putrinya. Mum, tahukah kau, aku tidak berencana kembali ke Hogwarts lagi tahun ini? batin Hermione. Sejenak bibirnya terbuka, seolah akan memberitahu ibunya, namun tak ada kata-kata yang keluar. Biarlah, kalau sudah saatnya nanti, Mum pasti akan mengetahuinya, pikirnya lagi.

"Kau mulai terdengar seperti ayahmu, kau tahu? Selalu cemas tidak menjadi yang terbaik."

"Dan Mum mulai terdengar seperti Harry dan Ron, selalu menganggap aku bekerja terlalu keras." Mereka berdua berpandangan, dan tertawa bersamaan.

"Memang," timpal Mrs. Granger geli. Hermione beranjak ke mejanya, mengambil sup buatan ibunya.

"Oh ya, ngomong-ngomong soal Harry dan Ron, bagaimana kabar mereka?" tanya Mrs. Granger. Sejenak, gerakan tangan Hermione terhenti, sebelum akhirnya menjawab.

"Baik. Harry akan ulang tahun dua minggu lagi. Ron sedang tak sabar menunggu Ujian-Ulang Apparrition-nya."

"Kapan itu? Kukira Ron mengikuti Ujian bersamamu."

"Memang," jawab Hermione. Dia tersenyum geli mengingat kenangan saat Ujian Apparate dulu, dan di saat yang bersamaan, berharap agar Ron tidak tahu dia menertawakannya. "Tapi dia tidak lulus, ketinggalan sebelah alis, makanya dia harus mengulang lagi. Sepertinya bersamaan dengan Ujian Apparition Harry."

Tepat pada saat itu, dua ekor burung hantu menerobos masuk lewat jendela yang terbuka. Yang satu berbulu putih bersih, dan ber-uhu anggun saat bertengger di tenggeran burung hantu di sudut kamar. Yang satu lagi, burung hantu warna coklat yang terbang kelewat bersemangat mengelilingi kamar sebelum akhirnya menabrak lemari. Pigwidgeon dan Hedwig.

Hermione menghampiri Pigwidgeon dan mengangkat burung hantu itu dengan tatapan merana. Walaupun tubuhnya sudah lebih besar daripada saat terakhir dia melihat Pig, burung hantu itu tetap saja tidak berubah, kelewat hiperaktif. Hedwig mengatupkan paruhnya, mencela.

Mrs. Granger yang sudah hafal dengan kedua burung hantu itu, merasa putrinya membutuhkan sedikit privasi. Dia pun berdiri dan beranjak keluar kamar.

"Baiklah, Mum akan kembali ke kamar. Habiskan sup-mu, ya?" katanya sembari membuka pintu kamar.

"Ya, Mum," jawabnya. Pintu kamarnya menutup pelan. Setelah Mrs. Granger keluar, Hermione meletakkan Pigwidgeon di sebelah Hedwig, kemudian mengisi tempat minumnya dengan air dan menuang isi kemasan Owl Treat di tempat makanan. Meski tidak punya burung hantu, Hermione sengaja memasang tenggeran untuk burung hantu yang datang mengantarkan pos padanya.

Angin dingin yang berembus masuk mengingatkan Hermione kalau jendela kamarnya masih terbuka lebar. Sedikit menggigil, dia berjalan menuju jendela dan bermaksud menutupnya. Namun saat tangannya siap menarik turun kusen jendela, sesuatu menarik perhatiannya. Ada sesuatu di balik semak bunga dibawah. Lebih karena dituntun insting bertarung daripada penglihatan, tangannya sigap mencabut tongkat sihir.

"Lumos Maxima," bisiknya pelan. Segera, ujung tongkatnya menyala terang. Hermione menyalakan tongkatnya semaksimal mungkin, berusaha menerangi petak kebun di bawah, meski tampaknya mustahil melakukan itu dari jendela kamar di lantai satu. Tak ada sesuatu yang aneh yang tertangkap matanya. Namun, instingnya mengatakan ada sesuatu dibawah. Sesuatu yang tidak biasa.

Detik berikutnya, kilasan bulu berwarna jingga menyeruak keluar dari balik semak bunga. Diserang rasa kaget, Hermione baru mengenali kilasan warna tersebut beberapa detik setelahnya.

"Ya ampun, Crookshanks! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung!" maki Hermione pelan, meski dia tak yakin apakah Crookshanks bisa mendengarnya dari lantai satu atau tidak. Ketegangannya mengendur. Dia menghela nafas dalam berkali-kali, berusaha menghentikan debaran jantungnya yang tidak karuan. Ditutupnya jendela serta gordennya.

Kalau aku harus terus-terusan hidup seperti ini, aku pasti bakal benar-benar terkena serangan jantung, batinnya. Entah sejak kapan, tubuhnya benar-benar sensitif. Gerakan atau suara mendadak sekecil apapun langsung membuatnya siap siaga dan waspada penuh. Tongkat sihirnya hampir tak pernah lepas dari tangannya. Hampir mirip Moody, ia sendiri mengakui. Dan ia ragu bisa hidup tenang sebelum Lord Voldemort dan para pengikutnya hancur.

Kedua burung hantu itu ber-uhu pelan (Well, itu Hedwig, sementara Pig, seperti biasa, berceloteh tak karuan), membuat Hermione kembali tersentak kaget. Dia berbalik menghadap tenggeran di sudut kamarnya, dan mendapati kedua burung hantu itu menatap dengan pandangan marah ke arahnya, dengan satu kaki terangkat. Gulungan surat belum dilepas dari kaki mereka.

"Oh, ya ampun, aku jadi melupakan kalian! Maaf ya, janji tak akan terjadi lagi," ujarnya dengan nada suara menenangkan. Segera dilepasnya ikatan kedua surat tersebut. Tatapan mata Hedwig melembut setelah beban di kakinya lepas, dan ia mengizinkan Hermione mengelusnya sebelum ia menyibukkan diri dengan air minum, sementara Pig makin ribut berceloteh. Hermione kembali ke depan meja, membawa kedua suratnya. Surat dari Harry dan Ron.


TBC

Gimana? Ditunggu komennya. Buat Ambu, versi yang ini yang udah di-edit... :P