"Kalau kau tanya seperti apa rasanya sendirian, aku sangat tahu jawabannya."

.

.

.

.

.

AKAI

Naruto milik Masashi Kishimoto

Super CRACK, CANON-setting
newbie, typos, OOC, eyd? dll

Birthday fict for Gaara

ditulis hanya untuk hiburan semata

.

.

.

.

.

.


Tanpa mengurangi rasa hormat, bagi yang kurang berkenan dengan ceritanya, dipersilakan untuk memencet tombol 'kembali'.


.

.

Enjoy.

.

.

.

.

Matahari terasa membakar kepala. Sengat garangnya menambah derita para pejalan kaki yang tengah melintasi padang pasir tandus di siang yang terik itu.

Seorang gadis berambut merah mengelap keringatnya. Beberapa kali ia membenarkan letak jubahnya. Sesekali jemarinya mengibas. Panaaas. Panaaaaaaas. Huh, ia merasa terpanggang.

Iris crimson di balik lensa kacamatanya melirik pria yang berjalan di sampingnya perlahan. Rambut hitam yang dikuncir ke atas. Raut wajah yang sedikit malas. Mata yang terkesan mengantuk.

Huh, membosankan.

Gadis itu menggerutu lagi. Sengaja mengeraskan suaranya berharap pria malas di sampingnya terganggu. Sayangnya, jangankan terganggu, melirik saja tidak.

Sebal. Ia sebaal.

Yang membuatnya semakin sebal adalah karena—menurutnya—chakra pemuda di sampingnya ini tidak se-istimewa chakra seseorang yang dikenalnya. Chakra yang memabukkan. Chakra yang membuatnya ketagihan. Chakra seorang pemuda Uchiha.

Aaah betapa ia merindukan pemuda buntut ayam itu. Sudah lama sekali ia tidak menghirup (?) aroma chakra yang memabukkan seperti milik Sang Uchiha. Ia ingin sekali merasakan chakra-nya! Ia mau chakra, chakra, chakraaa!

Sayang, ia hampir tidak mungkin lagi bertemu Si-Pemilik-Chakra-Memabukkan. Kemungkinan itu telah menipis setipis-tipisnya, melebihi tipisnya irisan bawang.

Dan ini semua berkat—huft.

Ia jadi sakit kepala.

Sambil memijit pelipisnya pelan, Karin—gadis berambut merah itu—mengingat-ingat sejenak runtutan kejadian yang membuatnya berada di sini.

.

.

.

.

.

Perang Dunia Ninja Keempat telah lama usai. Madara telah kembali ke alam seharusnya. Kaguya Sang Dewi Kelinci pun berhasil disegel. Para bijuu hidup dengan tenang. Dunia berangsur damai. Desa-desa shinobi mulai membangun kembali puing-puing akibat perang. Zaman telah berubah. Masa-masa tenang dan damai yang diimpikan semua orang seolah nyata di depan mata.

Omong-omong, apa kalian bosan dengan narasi ini? Baiklah, mari persingkat.

Intinya, dalam suasana damai seperti ini, Konoha dan Suna masih bersahabat.

Konoha telah banyak berbenah di tangan seorang pemimpin baru. Ya, Hatake Kakashi terpilih sebagai Hokage Keenam menggantikan Tsunade. Tsunade sendiri kembali pada kehidupan lamanya, bertualang dari satu tempat judi ke tempat judi lain—Karin geleng-geleng kepala mengingat ini.

Jabatan Kazekage masih berada di tangan Gaara, sang Pengendali Pasir. Pria berambut merah itu masih memegang predikat sebagai Kazekage termuda. Meskipun demikian, kemampuannya sebagai pemimpin terbukti dengan menjadikan Suna semakin maju dan berkembang. Di bawah kepemimpinannya pula, hubungan yang erat semakin terjalin antara Suna dan Konoha.

Uzumaki Naruto dielu-elukan sebagai pahlawan perang. Bagaimana pun, berkat usaha gigihnya pula, pria yang pantang menyerah dan selalu bersemangat itu berhasil meluluhkan hati sahabatnya dan membawanya pulang.

Ya, Uchiha Sasuke kembali ke Konoha. Selamat untuk mereka yang selalu menantikan kepulangannya—terutama si gadis permen kapas itu. Sayangnya, pemuda-tidak-tahu-diri itu lagi-lagi pergi dari Konoha dengan alasan ingin melihat-lihat dunia dari kacamata yang berbeda—Karin sudah akan menyodorkan kacamatanya dengan sukarela saat itu.

Orochimaru sendiri mengundurkan diri dari peredaran dunia ninja. Ia memilih kembali pada penelitian-penelitiannya dengan tenang. Ia sudah berjanji tak akan membuat kericuhan lagi. Kabuto si pria yang juga menjelma jadi ular jadi-jadian itu masih saja setia menemani tuannya.

Dan kalau kalian mau tahu, para kriminal ini tak lantas dihukum mati mengingat beberapa tindakan yang dilakukan mereka selama perang dinilai kooperatif mengembalikan perdamaian dunia shinobi. Contohnya, Orochimaru yang membangkitkan kembali para Kage. Lalu Sasuke yang membebaskan segel Infinite Tsukuyomi bersama Naruto.

Karena Sasuke akan kembali ke Konoha, Naruto sempat bertanya pada rekan-rekan (mantan) setim Sasuke akan kemanakah mereka sepeninggal pemuda Uchiha tersebut.

Suigetsu sudah bilang sedari dulu ingin mengumpulkan tujuh pedang—Karin mencibir setiap mendengar ini dari mulut besar Suigetsu.

Juugo? Pria tinggi besar ini berkata akan selalu mengikuti Sasuke karena hanya itulah tujuan hidupnya—Karin bergidik mendengar ini.

Lalu, bagaimana dengan Karin sendiri? Wahahaha. Satu-satunya kunoichi di Tim Taka ini juga bersikeras mengintil Sasuke.

Tapi ... sayangnya, niat mulianya itu kemudian dihalangi saudara se-klannya sendiri.

Uzumaki Naruto! Gah!

Padahal Sasuke sendiri tidak berkomentar apa pun. Ia memang membubarkan Tim Taka dan membebaskan masing-masing anggotanya.

Suigetsu yang paling dulu memisahkan diri. Pria bergigi hiu itu benar-benar terobsesi pada pedang rupanya.

Juugo pada awalnya masih mengikuti Sasuke hingga ke Konoha. Namun, mengetahui Sasuke hanya berdiam sebentar dan berniat untuk mengembara lagi seorang diri, Juugo akhirnya memilih kembali ke alamnya semula.

Tinggal Karin.

Sebenarnya dia bingung juga.

Mau kembali ke kampung halaman? Desanya sudah rata dengan tanah.

Mau ikut Orochimaru? Wew. Pria ular itu enggan ditemani oleh orang selain Kabuto—sebaiknya tidak perlu menebak-nebak apa yang akan dilakukan kedua pria ular yang berniat menghabiskan sisa hidup mereka bersama-sama. Dan terus terang saja, Karin juga ogah mengikuti manusia jejadian begitu.

Mengikuti Suigetsu jelas pilihan paling akhir dari jutaan pilihan terakhir—bahkan Karin tak berminat memasukkannya dalam kategori 'pilihan yang bisa ia pilih'.

Menemani Juugo berbaur dengan alam? Hohoho. Seperti bukan dirinya saja. Ia bisa mati kalau tidak ada manusia yang diomeli. Dan lagi, apa asyiknya hidup bersama monster? Hmpft. Lupakan opsi tinggal bersama Juugo.

Mau tinggal di Konoha? Dia tak punya siapa-siapa di sana. Hanya Naruto saja saudara yang satu klan dengannya.

Yah, sementara ini ia memang menumpang hidup di Konoha sih—mengintil Sasuke sebelum pemuda itu kembali bertualang mendaki gunung melewati lembah.

Hhhhh. Apa iya, dirinya juga harus mengembara? Mengembara kemanaa?

Mengikuti Sasuke?

Hoh.

Bisa di-shannaro Sakura nanti.

.

.

Karin masih kebingungan hingga suatu ketika ...

... datanglah harapan.

Life starts here.

Maksudnya, tiba-tiba muncul utusan dari aliansi Konoha, yakni Suna.

Konon, Kazekage membutuhkan bantuan seorang kunoichi dari Konoha. Lalu Uzumaki Karin terpilih sebagai kunoichi yang beruntung untuk dikirim kesana.

Heh.

Lagu lama.

Tidaaak.

Bukan begitu, bukan begituuu.

Yah, setidaknya Karin masih sedikit lebih terhormat kalau kenyataannya memang begitu.

Nyatanya?

Kazekage tidak membutuhkan apa-apa.

Orang-orang Konoha saja yang berinisiatif mengutus—alias mengusirnya—ke sana. Kebetulan rombongan Shikamaru akan berangkat ke Suna berdasarkan undangan dari utusan Kazekage tersebut. Jadi Karin dititipkan Hokage pada Shikamaru untuk kemudian 'ditinggalkan' di Suna.

Intinya ... dia dibuang.

Dibuang!

Grrr.

Dan siapa lagi yang memberi ide brilian begitu pada Hokage mesum Kakashi, selain muridnya yang tak kalah mesum sekaligus saudara se-klan Karin sendiri.

Si baka-Naruto itu.

Hyaaaah. Karin dendam sekali padanya.

Memangnya bisa membuang saudaramu sendiri semudah itu?

Naruto sialan itu membujuknya dengan bilang bahwa Kazekage pasti akan senang dengan kedatangannya. Apalagi Karin berasal dari Klan Uzumaki dengan kemampuan chakra, segel, dan medis yang luar biasa. Karin pasti akan 'serbaguna' di sana.

Hoh? Serbaguna? Memangnya dia barang?

Dan hei! Bukankah Tuan Kazekage yang terhormat itu tidak bilang sedang membutuhkan sesuatu?

Sudahlaah. Bilang saja kalau memang ingin membuangnyaaaaa!

.

.

Sebal. Sebal. Karin sebal.

Ia melotot—tapi tak berdaya—saat rombongan Shikamaru menyeretnya turut serta ke Suna. Kakashi si Hokage mesum melepas kepergian mereka dengan lambaian tangan. Termasuk saudara Karin sendiri, si kepala durian yang melambaikan tangan kencang-kencang sembari sok sesengukan.

Naruto-baka itu bahkan berkata sedih, Karin tak perlu meronta-ronta seperti itu hanya karena tak ingin berpisah dengannya. Bocah berkumis tiga itu bahkan menambahkan akan sering-sering mengunjunginya di Suna.

Karin keki berat. Ia ingin meronta, tapi perkataan Naruto barusan menahannya. Alhasil ia hanya berteriak-teriak kesal dalam hati.

Heey ia tidak mau! Ia tidak pernah ke Suna sebelumnya dan sama sekali tak ingin tahu tempat seperti apa itu.

Sialnya, setiap kali ia berniat melarikan diri, Shikamaru selalu berhasil mengikatnya dengan jurus bayangan dan MAU TAK MAU ia terpaksa ikut sampai ke Suna.

Huft, memang sulit menaklukkan pemuda malas dengan dua ribu strategi seperti Shikamaru. Meskipun Karin sendiri yakin, dirinya cukup cerdik dan selalu berhasil lolos dari berbagai macam situasi. Tapi kali ini ternyata tidak.

Shikamaru sialan.

Naruto sialan.

Kakashi Hokage sialan.

Orang-orang Konoha sialaaan.

.

.

.

.

.

Karin mengusap kembali kepalanya. Kacamatanya sudah memburam berkat uap panas tubuhnya. Haaaah haaah.

Gerbang desa sudah terlihat.

Karin mengernyitkan dahi. Menatap tembok tinggi itu dengan dahi berkerut.

Ini pertama kalinya Karin menginjak desa pasir dan ia langsung tak menyukainya.

.

.

.

.

.

"Dia seorang Uzumaki."

Terdengar suara Shikamaru.

"Uzumaki?" Tanya suara bariton yang—oh damn sexy—membuat jantung Karin menggeliat tak nyaman (?).

Inner Karin mulai berkelana kemana-mana. Mengagumi pemilik pita suara maskulin barusan. Namun sedetik kemudian ia menggerutu. Sayang, aroma chakra-nya masih kurang lezat dibanding milik Sasuke.

"Ya, dia masih ada ikatan saudara dengan Naruto."

Terdengar kembali suara Shikamaru.

Karin masih menunduk. Sedari tadi ia hanya menunduk memainkan ujung jubahnya. Ia teringat rentetan kejadian kurang dari sejam yang lalu.

.

.

Setibanya rombongan mereka di Suna, Shikamaru dan para rekan-rekan menyebalkannya langsung menyeretnya ke kantor kazekage.

Kantor Kazekage terletak di Menara Gedung Kazekage. Arsitektur gedung itu sangat rumit dan membingungkan. Jika tidak hati-hati, seseorang dapat dengan mudah tersesat.

Tentu saja hal itu tidak berarti bagi Karin. Hohoho, jangan lupakan kemampuan pendeteksi chakra dan penangkal genjutsu-nya yang luar biasa. Saat melewati labirin itu, Karin—dengan narsisnya—yakin bahwa ia tidak akan tersesat.

Tapi senarsis-narsisnya Karin, ia toh tetap tak bisa kabur berkat jutsu sialan Shikamaru—Karin benar-benar berencana membuat perhitungan dengan pemuda malas itu suatu hari nanti—dan ujung-ujungnya ia dipaksa duduk di hadapan Pemegang kekuasaan tertinggi di Suna.

Kazekage Gaara.

Dan di sinilah dia.

Haaah.

.

.

Meski begitu, semenjak memasuki ruangan, Karin sudah menundukkan wajahnya dalam-dalam. Antara cemas, khawatir, namun juga penuh harap.

Sekilas, ia tak menangkap adanya gelagat chakra membahayakan. Jadi ia duduk saja tenang-tenang. Namun kepalanya masih tetap tertunduk.

Simpel saja, alasan sebenarnya adalah—

"Sepertinya aku pernah melihatnya," desis suara seksi tadi.

Nah, nah, ini dia. Karin mulai harap-harap cemas.

"Dia salah satu anggota Tim Sasuke yang menyerang Pertemuan Lima Kage." Suara berat sekaligus seksi milik Kazekage kembali terdengar.

Bingo! Karin bersorak girang dalam hati. Kazekage itu masih mengingatnya!

Khukhukhu, kalau begini sih, sudah jelas. Urusannya akan lebih gampang. Kazekage yang terhormat itu pasti tidak bersedia menerima mantan kriminal sepertinya dan melontarkan kalimat-kalimat penolakan, lalu ia bisa kembali ke Konoha. Dan yang paling penting, setelah itu ia pasti akan bisa memberi balasan setimpal pada saudara se-klan yang telah menjerumuskannya. Mungkin ia akan mencekiknya dengan rantai chakra-nya, atau malah—

"Baiklah. Bukankah Naruto sendiri yang merekomendasikan dia?"

He?

Kepala Karin langsung mendongak.

A-apa yang ia dengar barusan?

"Berarti Anda bersedia menerimanya sebagai warga Suna, Kazekage-sama?" Shikamaru bertanya memastikan.

Tiba-tiba Karin merasa ngeri.

Jangaan.

"..."

T-tidak. Ayolah, katakan tidak!

"Ya. Aku percaya pada Naruto."

Tidaaaaaaaaaaak! jerit inner Karin.

Saat ia memberanikan diri mengintip ekspresi Kazekage itu melalui sudut matanya, ia terhenyak.

Jangan bilang Kazekage sengaja membolehkannya tinggal di Suna supaya bisa balas dendam atas 'kejahatannya' dulu mengacaukan pertemuan lima negara. Jangan bilaang ...

Karin mencengkeram ujung jubahnya erat.

Well, gadis Uzumaki itu tidak tahu bahwa pertemanan akrab Kazekage dengan saudara se-klannya itu telah membawa akibat buruk baginya.

.

.

.

TBC

.

.

.


A.N:

Ciao~ kibarkan bendera crack pair setinggi-tingginyaa *dibakar masyarakat FFN*

Gomen, gomen. Mmm, sebenarnya ini cerita apa? Kenapa Karin dipasangin sama Gaara? Setting-nya canon pula? Matsuri dikemanain? Hiks jangan tanya akuu. Karena aku sendiri juga tidak tahu ini apa dan kenapa *plak*

Sebenarnya Karin itu chara favorit yang amat-sangat-paling aku sukai. Dan aku sedih karena Om Kishi nggak menongolkan dia di chapter terakhir Naruto ataupun Movie-nya. Juga gerombolan Orochi lainnya! Hueeeeee T.T

Dan karena di sana Gaara terlihat masih jomblo, kupikir nggak ada salahnya menjodohkan duo rambut merah ini di hari ultahnya. Hihihi

Mohon maaf sebesar-besarnya bila ada yang merasa idolanya ternistakan di sini. Oh ya, anggap saja Gaara tidak pernah mengganti gaya rambutnya :*

Last, Happy birthday, Gaara-kun! Semoga lekas menemukan pendamping hidup \(^_^)/


Terimakasih sudah menyempatkan mampir :*

Boleh menyampaikan apa pun melalui review. Aku akan sangat menghargainya XD