Hai readers, jumpa lagi sama author. Sebelumnya author pernah nulis satu ff perdana tapi ujungnya ff itu author hapus karena ceritanya sedikit rancu dan author beku ide buat ngelanjutinnya. Maka dari itu author milih buat bikin ff baru ini. Semoga kalian suka, yah walaupun ceritanya mungkin sedikit aneh atau gimana
Maaf dari author seandainya ada kesamaan atau apapun itu. Itu semua tanpa kesengajaan. Author hanya meminjam nama dari member exo, untuk masalah alur dan karakter mereka, itu hanya buatan author semata. Namanya juga author yah bebas dong yah menungkan ide ke tulisannya. ^^
Di dalam ff ini juga ada beberapa part yang author ambil dari scene drama korea "innocent man" tapi bukan berarti ceritanya menjiplak dari drama ini yah readers. Alurnya masih fresh dari pemikiran author
Don't Like Don't Read
Menerima kritikan yang penting membangun dan tidak mejatuhkan yah
Terima kasih sebelumnya mau membaca ff ini
Enjoy reading yah readers ^^"
CRUSH OF MISS ARROGANT
Cast :
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Others member of EXO
Others member of SM Entertainment
PROLOG
Baekhyun adalah seorang yeoja berhati dingin yang ambisius, tidak mudah jatuh dan terlena terhadap sesuatu yang orang lain anggap istimewa. Dia sudah cukup dewasa untuk menentukan bagaimana dia harus bersikap. Ambisinya pun tak bisa dikatakan main-main, terlalu lemah pemikiran orang lain yang hanya melihat dia dari casingnya saja. Karena, apa yang dilihat dari luar tak akan sama seperti penilaian orang yang sudah bekerja lama dengannya.
Berbadan langsing, berkulit putih, bermata sipit, berhidung bangir, dan berbibir tipis merah cherry. Begitulah sosok seorang Byun Baekhyun. Penggambaran bak putri kerajaan yang berhati lembut dan ceria. Tapi itu semua hanyalah angan orang lain yang tak mengenalnya. Dapat dikatakan sempurna memang sosok seorang direktur dari keluarga Byun ini. Tapi dia tak akan segan-segan bersikap keras dan disiplin kepada seluruh karyawannya. Tak heran dia amat disegani dan dihormati oleh bawahan maupun rekan bisnisnya.
Namun, siapa sangka Baekhyun bisa jatuh dan bertekuk lutut pada seorang namja bermarga Park. Baekhyun hanya bisa menertawakan keangkuhannya dulu sebelum Park Chanyeol masuk ke kehidupannya. Tidak mungkin lagi bagi Baekhyun dapat menghindar dari sosok namja itu. Dia terlalu terpesona dan hanyut ke dalam dunianya bersama Chanyeol, mengukir kebahagiaan yang dia anggap nyata.
Tapi di setiap kebahagiaan selalu ada kebenaran yang terungkap, dan bisa saja menjadi sebuah bilah yang dapat mengoyak perasaan bahagia yang telah dibangun. Pengorbanan akan terasa percuma jika salah satunya menyerah dan tak ingin melanjutkan kebahagiaan itu lagi. Sedangkan yang satu hanya bisa percaya dan yakin bahwa cinta itu akan membawa kedamaian yang nyata suatu saat nanti.
.
.
.
.
.
Chapter 1
Greeeennggg….greeeeengg…greeengg…
Sebuah motor trail Kawasaki KLX 250 melaju kencang di arena offroad, jalanan berlumpur dan berkelok dilalui dengan sangat lihai oleh sang pengendara motor tersebut. Gas, rem, kopling, dan gigi terus dimainkan, tangannya seolah sudah terbiasa mengendarai motor tersebut. Semakin laju mengendarainya maka semakin asyik. Itulah yang ada di pikiran para pecinta motor trail. Namun kali ini Baekhyun memilih mengendarai motor kesanyangannya seorang diri. Tidak seperti biasanya, dia melakukannya bersama komunitas trail yang telah diikutinya kurang lebih 2 tahun. Terkadang di saat sedang butuh penyegaran karena pekerjaannya Baekhyun akan memilih hobinya ini untuk mengurangi kepenatannya. Memang sedikit langka hobinya ini, yaitu mengandarai motor trail yang biasanya merupakan hobi dari para namja. Tapi itu tak masalah bagi Byun Baekhyun karena ini sangat menyenangkan bagi dirinya.
Tiba-tiba motor trail lain muncul dari arah samping.
Sreeeeeett..dasshh…. berakhir dengan pendaratan yang mulus tepat di sebelah motor Baekhyun.
.
Baekhyun Pov
"Siapa dia? Mungkinkah teman dari komunitasku? " Aku bertanya pada diriku sendiri dan sedikit menoleh ke arahnya. "Aku harus bisa lebih unggul darinya." Aku menyemangati diriku sendiri. "Aku harus menambah kecepatanku."
Greeng…greeengg…greeeng….
Aku melaju berusaha mendahuluinya. Susul menyusul terus terjadi. Terkadang aku berada di depannya lebih unggul. Lalu dia membalap kembali laju motorku. Ban kami yang bergesekan dengan lumpur menimbulkan cipratan-ciprtan kecoklatan kotor. Kelokan demi kelokan kami lewati. Aku membalapnya lagi. Menancap gas dengan kecepatan penuh. Tapi lawanku, yah bisa dikatakan seperti itu karena dia selalu berusaha mengejarku. Dia juga menancapkan gasnya, permainan kaki dan tangannya juga cukup lihai. Lelah namun ini menyenangkan. Tak peduli siapun dia, namja maupun yeoja aku akan berusaha sebisaku untuk menandinginya.
Aku menambahkan lagi kecepatan motorku. Masih terlihat jelas kegigihannya untuk mengejarku. Aku tak akan menyerah semudah itu. Lumpur sudah menjadi pelengkap bila mengenai motor trail ini. Lumpur itu hingga mengenai celana dan baju yang aku kenakan saat ini. Namun yang terpenting aku harus terus melaju dan mengalahkannya. Aku menoleh ke belakang, untuk melihat seberapa jarak motorku dengan motornya. Lalu aku menajamkan lagi penglihatanku ke arah depan.
"Ada batang pohon tumbang!" Pekikku dalam hati. Segeralah aku bersiap untuk aksi loncatanku dengan motor trailku. Sreeeettt….brakk.. terjatuh dengan sedikit kasar namun aku masih bisa mengimbanginya. Aku gas kembali motorku untuk bisa sampai di pos terakhir.
Bruuugh…Bruuugghhh..sreeeet…
Mendengar itu, aku dengan segera menajamkan mataku menoleh ke belakang. Ternyata motor yang berusaha membalapku terjatuh karena menabrak batang pohon yang tumbang tadi dan pengendaranya sedikit terseret. Ada kesenangan tersendiri melihat kejadian itu. Karena kemungkinan besar dan pastinya aku akan sampai duluan di pos terakhir. Itulah yang ada di pikiranku.
Aku merasa bangga bisa mendahuluinya, aku dan motorku terus melaju. Namun ada hal aneh yang terjadi. "Remku blong!"… "Remku tak bisa berfungsi". Aku terus berusaha menekan rem tanganku berulang kali, namun nihil hasilnya. Motorku melaju ke arah tebing jurang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku pada diriku sendiri. "Aku tidak akan mati dengan cara yang seperti ini."
Brugh…bruuuugghh…braaaaakkkk….
Motor trail kesayanganku terjatuh hampir mencapai dasar jurang. Helmku terhempas dari kepalaku dan jatuh begitu saja. Sedangkan aku berpegangan pada batang pohon gundul yang lumayan panjang di dinding tebing. Kira-kira berjarak setengah meter ke bibir tebing. Tangan kananku menggenggam erat batang itu, sedangkan tangan kiriku dan kedua kakiku terjuntai ke arah jurang.
"Arkh" aku berusaha membenahi posisiku.
Berusaha meraih batang pohon dengan tangan kiriku juga, sehingga tumpuanku bisa sedikit kuat. Aku berusaha untuk naik menuju bibir tebing, tapi usahaku selalu gagal. Berat badanku susah untuk aku imbangi. Aku terpeleset dan terpeleset lagi. 15 menit aku mencoba bertahan. Genggamanku di batang pohon semakin merenggang. 5 menit kemudian aku masih bisa mencoba bertahan, namun aku sudah tidak kuat lagi.
Sreeeettt….
Tanganku di tarik oleh seseorang disaat bersamaan dengan terlepasnya genggamanku dari batang pohon. Dia terus menarikku ke atas dengan tenaganya yang tersisa. Aku bisa melihat dengan jelas peluh keringat yang terus bercucuran di dahinya.
Dia terus menarikku hingga aku bisa meraih bibir tebing.
Blussshhh…..
Aku langsung terhempas tepat disebelahnya.
Huuu..ah…huuu..ahh.. nafas kami berdua tersengal-sengal. Aku hanya terdiam setelah itu. Masih mencoba untuk mengatur nafasku, meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk memasuki paru-paruku yang terasa kosong akan udara.
Setelah nafasku mulai terartur, aku menyadari milikku yang sangat berharga tertinggal di motorku.
Tanpa berpikir panjang, aku berusaha turun untuk meraih motorku. Sedikit merangkak dan takut milikku itu akan hilang. "Motorku!... Motorku!..." teriakku dengan sangat kencang dengan mata yang tertuju hanya pada satu titik.
Dengan sigap, namja yang telah menolongku tadi menarik lenganku kasar. Hingga aku terjatuh kembali ke tempatku semula. Aku kembali meraung-raung. "Motorku!..."
"Hei, apa kau gila? Kau masih bisa membeli motor trail lagi, tanpa harus mengobankan dirimu sendiri!" katanya dengan sedikit membentak.
Aku terdiam sesaat.
"Eomma!... Eomma!..
Teriakanku keluar diiringi serak dari tenggorokanku. Tangisku tak tertahankan. Bulir-bulir air bening keluar begitu saja dari dua pelupuk mataku. Meraung sebisaku dengan tanganku yang terus berusaha menjulur ke arah motorku. Namun pergerakanku terkunci karena tubuh tegap dan otot yang cukup kuat menahanku.
Tubuh tegapnya tepat berdiri di belakangku. Tangannya ia lingkarkan pada pinggangku dan berusaha menarikku menjauh dari bibir tebing. Aku terus meronta dan meronta. "Eommaaaaaa!" teriakku masih dengan serak.
"Eommaaa!... Bonekaku!... Eommma!..."
Tiba-tiba pegangannya pada pingganggku melonggar tapi tidak ia lepaskan begitu saja. Masih ada sedikit kekuatan untuk menahan tubuhku darinya.
"Ada sesuatu yang penting tertinggal di motormu?" tanyanya sambil membalikkan tubuhku, dan kedua tanggannya kini sudah bertengger pada pundakku.
Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaanya. Air mataku pun jatuh dengan begitu saja dari kedua mataku.
"Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu."
Pernyataannya sedikit membuatku kaget, namun aku juga tidak mampu menolaknya. Aku bukannya merasa tidak mampu, tapi pasti namja ini akan terus menahanku. Ditambah lagi dengan luka di lutut sebelah kiriku yang tergesek dengan dinding tebing yang kasar. Darah segar dan bau anyir masih tampak jelas terlihat dari lututku itu.
Yang bisa aku andalkan hanya dia seorang. Untuk bisa mengambil barang yang sangat berharga untukku. Barang yang masih tertinggal di dalam tas yang kusematkan disebelah kanan motorku.
Namja itu sedikit menyipitkan matanya melihat ke arah motorku yang tergeletak. Dia sepertinya menyadari ada tas kulit yang tersangkut di bagian kanan motor trailku.
"Apakah barang itu ada di dalam tas kulit itu?" tanyanya dengan suara tegas.
Lagi-lagi aku hanya mengangguk beberapa kali untuk menjawabnya.
Nanar mataku melihat motorku itu, karena barang berhargaku yang tertinggal di sana. Pandanganku seakan tak bisa lepas dari sana.
Entah dari mana tali karmantel yang namja itu dapatkan. Kini dia memegang tali karmantel statis yang cukup kuat dan panjang yang biasa digunakan oleh para climber. Matanya bergidik ke kanan dan ke kiri seperti mencari. Tak lama setelah itu matanya tertuju pada pohon yang lumayan besar dan kokoh. Segera ia lingkarkan tali itu pada batang pohon dan mengikatnya kuat.
Ia rentangkan tali itu hingga sampai ke ujung tali yang satunya. Kini bagian pinggangnya yang ia lingkarkan dengan tali karmantel itu. Dua kali putaran untuk pinggangnya dan mengikatnya kuat.
Lalu berjalan menuju bibir tebing. Bersiap untuk menuruni tebing. Bisa aku lihat perlahan demi perlahan ia memijakkan kakinya di dinding tebing itu. Hingga akhirnya ia sampai di motor trailku yang tergeletak agak menggenaskan di bawah sana.
Dia berusaha meraih tas kulit di bagian kanan motorku, dan membukanya. Mengambil barang berhargaku yang tertinggal di sana. Dia mengangkatnya dan melambaikan boneka pinku-pinku berukuran sedang itu ke arahku dengan sebelah tangannya.
Melihat itu dengan tanpa sadar aku tersenyum dan mengangguk bahagia. Seperti menggambarkan terima kasih dan kepuasanku kepada namja itu.
Setelah itu, namja itu menapaki lagi sedikit demi sedikit dinding tebing itu untuk naik ke atas. Dengan posisi badannya berhadapan dengan dinding tebing. Otomatis aku bisa melihat wajahnya dari atas sini. Keringat dan debu sudah bercampur di wajahnya. Rambutnya yang hitam pekat berdebu dan basah karena keringatnya sendiri. Matanya sedikit sayu, karena kelelahan sepertinya.
Ia terus menapaki, dan mencari pijakan yang kuat di dinding tebing itu. Namun tiba-tiba…
Taaaaaaassssshhhhhhh…..
Tali karmantel itu putus dengan tiba-tiba. Itu sepertinya karena gesekan yang terjadi antara tali dan bebatuan tebing yang kasar.
Aku melihatnya membelalakkan matanya melihat tali karmantel itu putus. Begitu juga dengan aku tak kalah terbelalak dengan kejadian yang barusan.
Ia seakan melayang terjun bebas ke dasar jurang. Dengan satu tangannya yang masih memegang tegas tali yang membawanya tadi dan tangan satunya lagi menggenggam erat boneka pinku-pinku,milikku yang berharga itu. Hanya terlihat wajah pasrah di wajah penuh keringat itu. Aku yang melihatnya pun tak bisa berkata-kata.
Aku menutup mulutku yang menganga dengan kedua tanganku. Memandang nanar ke bawah dan tanpa kusadari bulir air mataku mulai terjatuh kembali dari pelupuk mataku.
.
.
.
Selang setengah jam berlalu…
Aku masih bingung harus melakukan apa. Tubuhku terlalu lemah untuk menolongnya. Ditambah aku tak memiliki alat apapun untuk membawanya ke atas. Hanya bisa meringkuk lemah dengan tatapanku yang tak bisa berpindah darinya. Namja itu pingsan sepertinya, atau nayawanya sudah terbang menembus langit karena tak ada pergerakan sama sekali darinya. Aku hanya bisa berharap namja itu masih bernafas dan tak menyalahkanku atas kejadian ini.
Untung saja pengelola dari tempatku melakukan offroad menyadari keberadaan kami yang tak kunjung sampai di pos terakhir. Pengelola offroad tersebut langsung mencari keberadaan kami, dan menemukan aku yang telah terkulai lemas di bibir tebing. Menyadari akan hal janggal terjadi dia langsung mendatangiku, dan menanyakannya padaku. Aku memberitahukannya dengan sedikit tersendat-sendat, karena isakan dari diriku tak kunjung reda. Pengelola tersebut langsung menghubungi pengelola lain yang berada di pos dengan walkie talkie yang ada di genggamannya.
Tak berapa lama, kira-kira 10 menit tim penolong darurat dan tim medis datang.
Pertolongan pertama dilakukan dengan mengangkat namja itu ke bibir tebing, dan langsung dilarikan begitu saja ke rumah sakit dengan ambulance.
-RUMAH SAKIT-
Aku duduk di kursi besi rumah sakit dengan wajah dingin. Aku tidak ingin terlihat cemas oleh orang lain. Terlalu tinggi memang harga diriku untuk urusan apapun itu. Termasuk urusan namja itu dan luka-lukanya yang bersarang di tubuhnya saat ini.
Aku hanya tidak ingin dituntut atas kejadian ini. Lagi pula ini adalah keinginannya sendiri untuk menolongku. Aku paling tidak suka berurusan dengan polisi dan hal merepotkan ada terbersit sedikit rasa bersalahku pada namja itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari dudukku. Berjalan dengan sedikit tertatih karena luka pada lutut kiriku. Dan hal yang paling aku benci lagi adalah aku harus merasakan luka dan sakit. Meskipun lutut kiriku sudah mendapat pengobatan dan berujung dengan perban yang melilit dengan menjijikkan pada organ tubuhku. Aku menahan sakitku dan melanjutkan langkahku ke salah satu ruang inap di rumah sakit itu.
Memberhentikan diriku tepat di depan pintu coklat muda dengan nomor kamar 088. Kulihat nama pasiennya sekilas di depan ruangan itu, tertulis Park Chanyeol. Menatap sebentar dan kuulurkan tangan kananku ke arah gagang pintunya. Sedikit mencengkeram gagangnya dan hendak menekannya ke bawah. Namun pergerakanku terhenti karena keraguan dari dalam diriku yang terlalu besar.
Melonggarkan genggaman pada gagang pintu dan hendak melepasnya. Namun penolakan juga tak kalah besarnya muncul dari akal sehatku. Kueratkan kembali genggamanku dan kutekan kebawah dengan perlahan.
Ddrrrrrrttttt…..ciiiiiittt….bunyi decit pintu tercipta karenanya.
Kini pintu coklat itu terbuka dengan sempurna. Aku melangkahkan kakiku ke dalam dengan perlahan.
Si pasien yang tidak lain dan tidak bukan adalah namja yang menolongku tadi terbaring di atas kasur rumah sakit. Dengan perban yang mengelilingi bagian kepalanya dan sekitar tubuhnya yang diperban dengan arah diagonal dari bahu kanannya hingga pinggang sebelah kirinya. Kaki kanannya juga dibalut perban disekitar betisnya. Luka-luka ringan juga tampak jelas di organ tubuhnya yang lain.
Menyadari kehadiranku, matanya langsung terkesiap dan berusaha duduk dengan menyandarkan badannya ke kepala ranjang. Dengan sedikit menahan sakit dari lukanya, terlihat sangat jelas dari mimik wajahnya yang sedikit meringis.
Aku hanya terdiam melihat pergerakannya. Tak ada juga sedikit niatanku untuk membantunya. Hanya merasa sedikit bersalah dan berniat meminta maaf padanya. Walaupun aku terbilang acuh tetapi aku masih memiliki hati nurani kepada orang yang sudah berniat membantuku.
"Aku akan membayar semua biaya pengobatanmu."
Dia hanya diam dan tak menjawab.
"Kau cukup katakan apa yang kau perlukan untuk pengobatanmu."
"Tenang saja aku tidak akan menyalahkanmu atas kejadian ini." Serunya padaku.
"Ini semua atas keinginanku untuk membantumu." Lanjutnya lagi.
"Jangan pernah tarik ucapanmu kembali, aku hanya tak ingin suatu hari nanti kau menyalahkanku dan menuntutku dengan apapun itu." Balasku.
"Apakah tidak bisa dirimu sedikit ramah pada orang lain?"
"Setidaknya ucapkanlah terima kasih atau semacamnya." Kata-kata yang diucapkannya sangat menusukku.
"Kau juga tidak perlu membayar seluruh tagihan rumah sakit dan pengobatanku, aku masih memiliki cukup uang untuk membayarnya sendiri." Serunya padaku lagi.
Seketika niatanku untuk meminta maaf hilang. Aku merasa terhina atas ucapannya.
"Jika tidak ada lagi yang ingin kau ucapkan, silahkan tinggalkan ruangan ini. Karena aku ingin beristirahat dengan tenang ."
Tanpa berkata-kata lagi aku meninggalkan ruangannya dengan tertatih. Menahan emosiku yang sudah menyentuh ubun-ubunku. Tanganku tegang mengepal di masing-masing sisiku.
Meninggalkan rumah sakit ini dengan segera adalah pilihan yang sangat tepat pikirku. Tapi aku bukan termasuk orang yang lari dari tanggung jawab. Aku tetap membayar tagihan rumah sakit dan pengobatannya hingga sebulan ke depan. Dan aku meminta kepada suster yang betugas untuk mengirimkan tagihannya kepadaku bila pengobatannya lebih dari sebulan. Aku akan membayar lagi untuk tagihan rumah sakitnya. Dengan begitu aku tidak akanmemiliki hutang apapun pada namja itu.
2 BULAN KEMUDIAN….
-JEGUK BYUN Corp.-
Tok…tok…tok…
"Masuklah!" perintahku.
"Kamdognim, 10 menit lagi kita akan meeting . Semua berkas yang kamdognim perintahkan sudah saya siapkan."
"Geure.. apa ada lagi Yoona ssi?" tanyaku pada sekretaris yang sudah 3 tahun bekerja denganku.
"Itu saja yang ingin saya sampaikan kamdognim."
"Oke, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu."
Yoona adalah sekretarisku mulai aku menjabat sebagai direktur di perusahaan keluargaku ini. Aku cukup puas dengan kinerja Yoona selama 3 tahun dia bekerja denganku. Walaupun dia juga pernah aku bentak dan aku caci karena salah mengatur schedule ku. Sehingga hampir membuatku gagal bertemu dengan calon rekan bisnisku sendiri. Untung saja project itu bisa aku dapatkan kembali. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan berpikir dua kali untuk menjadikannya sekretaris tetapku sampai saat ini.
Yah, karena aku tidak akan segan-segan melakukan pemecatan secara tidak hormat bila kinerja karyawan perusahaanku tak memuaskan. Aku tidak peduli dengan hardikan orang lain, selama aku merasa benar akan tindakan yang aku ambil.
Buat apa mempertahankan karyawan yang tidak bisa bekerja dengan baik dan benar. Hanya akan menambah sampah dan mengotori perusahaan yang sudah aku pimpin dengan keringatku selama 3 tahun ini.
Author Pov
Jeguk Byun Corp. adalah perusahaan keluarga Byun yang dibangun dan dibesarkan oleh Byun Yesung, yang tidak salah lagi adalah appa dari Byun Baekhyun. Tak sedikit pengorbanan Yesung untuk bisa mendirikan perusahaan ini. Dengan keringat dan air mata hingga perusahaaan ini bisa berdiri dan memiliki banyak cabang di berbagai Negara. Tidak hanya Asia melainkan hingga merambat ke belahan dunia lainnya.
Perusahaan ini sendiri bergerak di bidang fashion. Banyak brand merk terkenal di bawah naungan perusahaan ini. Tidak hanya pakaian yang diproduksi, seperti tas, sepatu, aksesoris juga tak lepas dari produksi perusahaan ini. Dan memiliki targetan pasar tersendiri untuk setiap produknya.
3 tahun terakhir ini, posisi direktur utama di Jeguk Byun Corp. dijabat oleh Byun Baekhyun. Yesung telah mempercayakan jabatannya kepada anak semata wayangnya ini. Karena Yesung percaya akan kemampuan anaknya, dan tentunya yakin Baekhyun mampu memajukan perusahaan yang sudah cukup dikenal itu.
-RUANG MEETING-
Baekhyun memasuki ruang meeting disusul Yoona di belakangnya. Para karyawan yang hadir di ruangan meeting langsung berdiri dan membungkukkan tubuh mereka masing-masing seraya memberi hormat kepada Baekhyun sang direktur.
Baekhyun menganggukkan kepala sekali untuk membalas hormat mereka. Terlihat tegas dan berwibawa memang seorang Byun Baekhyun ini. Langsung saja ia langkahkan kakinya ke kursinya yang terletak paling depan menghadap langsung ke para karyawan yang hadir.
"Baiklah, langsung kita mulai saja meeting hari ini."
"Saya ingin mendengar laporan dari tiap kepala divisi mengenai project yang kita ambil untuk fashion sport tahun ini."
Nada memerintah yang terkesan tegas dan penuh kewibawaan dari sang direktur.
Ini adalah meeting mengenai pelaporan akhir yang disampaikan kepada direktur sebelum project digarap. Setiap divisi sudah melakukan meetingnya terlebih dahulu. Dan keputusan akhirnya ada di meeting ini, semua keputusan akhir tetap berada di tangan Baekhyun selaku direktur utama.
Satu demi satu kepala divisi melaporkan, dan Baekhyun terlihat cukup puas dengan laporan yang disampaikan.
Hingga sampai pada divisi terakhir, yaitu divisi model's. Divisi ini bertugas mencari model yang dianggap pantas dan layak untuk menjadi ambassador produk untuk setiap project baru yang akan digarap. Karena model yang digunakan juga akan menentukan minat publik untuk membeli produk mereka tentunya.
"Untuk project fashion sport tahun ini dari divisi model's sudah menentukan model yang dirasa pantas untuk menjadi ambassadornya, kamdognim."
"Divisi kami menyarankan untuk menggunakan Ricard Park, seorang atlet rugby terkenal di Inggris. Karena melihat posisinya saat ini yang sedang berada di puncak kejayannya dengan usia yang masih terbilang muda dapat menarik perhatian publik, kamdognim."
"Selain itu alasan lain kami memilih Ricard Park adalah karena dia berkewarganegaraan Korea Selatan, banyak juga perusahaan fashion di Inggris yang menawarinya untuk menjadi modelnya. Namun tak sedikit juga yang ia tolak untuk bekerja sama dengan perusahaan fashion tersebut. Jadi Apabila perusahaan kita mampu menjadikannya ambassador fashion sport kali ini, saya yakin pasti produk kita akan meledak di pasaran." Jelas Irene selaku kepala divisi model's.
"Lalu apa anda sudah memiliki kontak untuk menghubungi managernya Irene ssi?"
"Untuk masalah itu, kami sudah memilikinya kamdognim. Lagi pula 3 bulan terakhir ini Ricard Park dan managernya sedang berada di Korea. Ricard Park menghadiri acara talk show off air 2 bulan yang lalu sebelum dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tulang selangkanya bergeser. "
"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"
"Setelah 1 bulan lebih menjalani pengobatan, akhirnya dia bisa beraktivitas seperti semula lagi. Dia mengambil waktu rehatnya di Korea sebelum dia melakukan pertandingan rugby world cupnya tahun depan, kamdognim."
"Baiklah, saya menerima dan memutuskan untuk menggunakan Ricard Park sebagai ambassador fashion sport kita tahun ini."
"Gamsahamnida kamdognim." Ucap Irene seraya tersenyum puas.
"Karena semua divisi sudah melaporkannya dan menerima keputusan dari saya, mari kita akhiri meeting hari ini. Saya harap kepada semuanya bisa menggarap project ini dengan sebaik mungkin."
"Baik kamdognim." Semua kepala divisi menjawab serempak.
3 MINGGU KEMUDIAN….
Persiapan untuk project fashion sport Jeguk Byun Corp. tahun ini sudah berjalan 60%, dan persentase setengahnya lagi tinggal melakukan pemotretan dengan Richard Park selaku model. Promosi via media massa dan talk show ringan tentang produk dan ambassadornya.
-RUANG PEMOTRETAN-
Seorang namja berjalan memasuki ruang pemotretan dengan pesonananya memanjakan mata para yeoja yang melihatnya. Kaos hitam pekat dibalut jaket varsity biru muda, celana jeans selutut, sepatu sneaker dengan atasan mencapai 5cm di atas mata kaki dan jangan lupakan snapback yang menaungi kepala dan rambut hitam pekatnya. Terlihat sangat maskulin dan sport sekaligus. Apalagi badan tegap dan otot tangannya masih sedikit terlihat membentuk walau sudah ditutupi dengan jaketnya. Tak heran karena dia adalah Ricard Park, atlet rugby terkenal sekaligus yang nantinya menjadi ambassador dari fashion sport untuk Jeguk Byun Corp. tahun ini.
Staff di ruangan pemotretan membukkukkan badan seraya memberi hormat kepadanya dan managernya yang berjalan di tepat sebelahnya. Senyum mengembang dari keduanya dan membukkukkan badan untuk membalas salam yang ditujukan kepada mereka.
"Ricard, kau duduklah di situ! Aku akan menemui kepala divisi model's dari perusahaan ini."
"Geure hyung."
Ricard Park langsung menuju kursi yang ditunjuk oleh managernya tadi. Salah satu staff dari divisi model's menghampirinya dan memberitahukan bila ia membutuhkan apapun bisa langsung memberitahunya. Hanya dijawab senyuman oleh Ricard Park. Namun seakan senyumannya itu bisa meluluh lantakan jantung setiap yeoja yang melihatnya. Terlalu indah dan bernilai seni tinggi apapun yang ada padanya.
Tuk..tuk…tuk…terdengar suara hak sepatu berjalan mendekat.
"Key ssi, apakah Ricard Park sudah tiba di sini?"
Mendengar namanya disebut oleh suara yeoja, Ricard langsung membalikkan tubuhnya dan menatap yeoja itu lekat.
Menyadari pergerakan di depannya. Baekhyun, yeoja yang menanyakan keberadaan Ricard Park sedikit terkaget melihat apa yang ada di depan matanya. Mengedip dua kali untuk memastikan penglihatannya. Matanya seakan tertanam di manik mata namja di hadapannya itu.
"Ne kamdognim, Ini adalah Ricard Park yang ada di hadapan kita sekarang." Balas key.
Lidah Baekhyun seakan kelu tak bisa digerakkan, nanar matanya seketika menjadi dingin dan arrogant.
Yang dipandangi dengan penglihatan seperti itu hanya memperlihatkan senyum sinisnya dan menatap balik manik mata sang direktur.
"Oh ternyata ini sosok sang kamdognim, salam kenal dariku Ricard Park." Seraya mengangkat sebelah tangannya sejajar dengan wajahnya di sebelah kanan.
Baekhyun sedikit melengos malas dan berpura-pura tersenyum ramah padanya.
"Salam kenal juga dariku Byun Baekhyun, kamdognim di perusahaan ini."
Tapi kilatan-kilatan saling menatap masih terlihat jelas dari keduanya, seakan-akan laser bisa keluar dari mata keduanya.
-TBC-
Akhirnya ff ini bisa author upload juga. Author lagi mood bikin ff soalnya dan tetiba ada ide cerita, dari pada lupa langsung author tuangin ajah ke bentuk tulisan. Hihihi
Maaf kalo ceritanya agak rancu dan berantakan, maka dari itu tolong hargai dan kasih saran ke author dengan memberi review kalian readers.
Kalau memang ff ini layak lanjut dengan review yang kalian berikan maka author bakalan lanjutin ff ini. Terima kasih juga buat readers yang mau baca dan kasih review di ff ini. ^^
Ditunggu yah review annya..hehehe
