AITAKATTA
(Aku ingin bertemu)
.
.
Disclaimer : Belong to Massashi Kisshimotto
Rated : T-M (?)
Warning : AU , OOC?, typo, LEMON not hard but not good for child and many more.
Sasuke-Sakura-Sarada
Genre: Drama-Romantic, Hurt/comfort.
Summary : Sesuatu hal sangat berharga adalah keluarga. Ibu dan Ayah adalah kedua orang yang berperan penting dalam keluarga. Namun aku merasa itu tidak bisa dikatakan keluarga kalau tanpa seorang ayah. Aku mengalaminya, aku tidak tahu apa rasanya mempunyai seorang ayah. Apa dia tampan? Apa dia baik? Ataukah dia seorang penjahat? Ah entahlah aku tidak mengerti mengenai ayah. Aku harap bisa bertemu ayah.
.
.
.
Don't Like Don't Read
Elemntary School, Konoha, Japan.
"Baiklah pelajaran hari ini selesai sampai disini, setelah pulang sekolah kalian harus langsung kerumah".
"Horeeeeeee saatnya pulang".
"Terutama kau , Boruto".
"Apalagi Shino Sensei aku tidak akan mencoret-coret tembok lagi kok".
"Tch ... anak itu membuat keributan saja".
"Hey mata empat , aku mendengar kau. Dasar anak manja".
"Apa maksudmu anak manja, kau yang manja selalu minta digendong ayahmu".
"Benarkah itu Boruto? Tak kusangka sang preman kelas ternyata anak ayah , hahahaha".
"Diam kau Shikadai ku sumpal mulutmu dengan kaos kaki ku, dan kau mata empat aku tahu kau sirik padaku karena tak punya ayah, wleee ".
"Apa kau bilang , kau sudah keterlaluan Boruto ... hiyaaaaa".
"Awww kau jangan tarik rambutku mata empat".
"Cukup kalian semua jangan membuat keributan dikelas. Boruto , Sarada ikut aku ke kantor".
"Hai sensei".
.
.
Seperti itulah kejadian didalam kelas sekolah dasar. Anak-anak seumuran mereka memang dibilang sangat nakal , terutama Boruto putra dari Walikota Konoha, Uzumaki Naruto. Ia sangat senang sekali mengganggu teman sekelasnya terutama Uchiha Sarada putri dari Haruno Sakura.
"Kau dihukum Shino sensei lagi ya Sarada?". Ucap anak laki-laki berambut kuning berasal dari keluarga Yamanaka.
"Itu semua gara-gara Boruto, dia yang selalu memulainya. Aku sangat membenci dia".
"Mungkin dia menyukaimu".
"Apa ? Kau ini membelaku tidak sih, Inojin. Huh ku pikir semua laki-laki menyebalkan". Sarada mendengus kesal sambil menendang-nendang kaleng minuman dan berjalan bersama teman laki-lakinya , Inojin.
"Ayahku tidak , dia sangat baik padaku".
"Kau .. ". Sarada menatap Inojin dengan tatapan menakutkan, ia jadi sedikit emosional jika mendengar kata 'ayah'. "Memang menyenangkan yah punya ayah. Aku ingin sekali digendong ayahku".
"Hahaha kau mau mengikuti Boruto juga yah". Inojin terkekeh mendengar perkataan Sarada , ia tahu kalau Sarada tak mempunyai seorang ayah.
"Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ayah".
"Kau bisa minta pada ibumu kan kalau kau ingin seorang ayah".
"Yah ku harap itu bisa".
Kedua anak itu selalu pulang bersama karena jalan menuju rumahnya memang satu arah.
"Jaa nee Inojin". Sarada melambaikan tangannya pada anak itu yang sedang berlari lalu berteriak ..
"Jaa Sarada , semoga kau cepat mendapat seorang ayah".
"Ya ". Teriak anak itu.
"Tadaima .."
"Sarada , kau harus melepas sepatumu sebagaimana mestinya !". Teriak sang ibu pada anak semata wayangnya. Sarada selalu kebiasaan melempar sepatunya ke sembarang arah jika pulang sekolah.
"Aku lapar bu , apa makannya sudah siap". Sarada tak menghiraukan sedikitpun perkataan ibunya.
"Sarada dengarkan ibumu ini, kau harus meletakan sepatumu pada tempatnya". Sakura sedikit kesal pada anaknya itu. 'Apakah ini serius dulu aku seperti itu, mengingatnya saja ini sangat memalukan'. Batin Sakura.
"Ya ya aku mengerti , ibu pasti akan bilang kalau aku selalu melanggar perintah ibu".
"Cukup hentikan Sarada , hari ini kau sangat aneh sekali !". Ucap Sakura dengan sedikit membentak anaknya itu. Ia tahu kalau hari ini sangat lelah sekali. Belum pekerjaannya yang sibuk dan lagi anaknya selalu memancing amarahnya.
"Yah aku memang aneh bu, coba bayangkan saja seorang anak lahir tanpa ayah. Itu sangat aneh sekali bukan".
Plaaakk ...
"Ah ..maaf sayang". Sakura tak sadar hingga ia menampar pipi anaknya itu. Sarada terisak , lalu ia berlari ke kamarnya.
"Sarada maafkan ibu sayang, ayolah kau jangan marah. Sarada hey buka kan pintunya". Sakura menggedor-gedor pintu kamar anaknya. Kebiasaan Sarada kalau marah ia selalu mengurung diri dikamar.
"Sayang maafkan ibu , ibu janji tidak akan membentakmu lagi".
"Ahh tidak aku membuatnya menangis lagi, oh kami-sama maafkan aku ini semua kesalahanku". Sakura tertunduk lemas, acara memasaknya terpaksa ia tunda sementara. Tadinya ia memasak kari ayam kesukaan Sarada , tapi ia yakin Sarada sudah kehilangan selera makannya.
.
.
.
"Tadaima ...".
"Boruto dari mana saja kau, kenapa baru pulang ?".
"Oh ibu hehe barusan aku pergi kerumah Shikadai dulu". Ucap anak berambut kuning itu sambil berlalu kedapur dan membuka kulkas.
"Kau jangan berbohong , Shikadai sudah pulang dari tadi". Sang ibu hanya menghela nafas kesal pada anak sulungnya itu.
"Oni-chan apa kau bawakan aku pelmen kecukaaku?". Tiba-tiba anak perempuan berambut lavender menghampiri sang kakak yang sedang menggeledah kulkas. Lebih tepatnya mencari makanan.
"Ano ..hehe aku lupa. Besok lagi yahh Hima-Chan". Boruto hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu dengan mulut penuh makanan ringan.
Mata Himawari sudah berkaca-kaca , ia hampir menangis karena kakaknya sudah berbohong.
"Hey anak laki-laki jangan berbohong, kau lupa apa kata ayah hemm". Hinata langsung memeluk anak bungsunya itu dan menggendongnya menuju kamar.
"Bukankah ayah selalu membelikannya, oh yah bu aku mau bertanya sesuatu". Boruto menutup pintu kulkas karena ia rasa perutnya sudah terisi penuh makanan lalu menghampiri ibunya.
"Yah sayang". Ucap Hinata mantap.
"Ini tentang Sarada, kenapa dia tidak punya ayah? Padahal semua teman-temanku punya ayah".
"Hey kau jangan coba-coba berbicara seperti itu didepan Sarada dia bisa sakit hati, atau jangan-jangan kau sudah mengatakannya?".
"Hehehe". Boruto hanya mengeluarkan cengiran lebarnya yang mirip sekali dengan Naruto.
"Kau ini sangat nakal , dia bukannya tidak punya seorang ayah. Dia punya ayah kok".
"Lalu dia ada dimana , aku belum pernah melihat ayah Sarada".
"Ibu juga tidak tahu". Hinata mendadak tertunduk lemas jika berbicara mengenai ini. Hinata langsung terfikir sahabatnya itu, Sakura. Pasti saat ini dia sangat sedih.
"Sudahlah jangan bertanya soal ini lagi yah, cepatlah ganti bajumu Boruto".
"Baik bu". Boruto langsung berlari dengan tangan diangat kedepan, katanya meniru Super Hero yang ada ditelevisi. Dasar anak itu kebanyakan nonton film. "Pahlawan kebenaran ... siap menyelamatkan dunia ,, whiiaaaaahhh ... ".
"Sakura maafkan kelakuan anaku". Lirih Hinata.
.
.
.
At Uchiha's CORP, Tokyo, Japan.
"Emm ano Shishui-san, dimana kakak ku?".
"Dia sedang ada di Official Room". Ujar pria bernama Shisui yang sedang membereskan beberapa berkas-berkas penting tanpa menoleh orang yang berada dibibir pintu ruangan itu.
"Terimakasih". Pria itu melangkah pergi meninggalkan ruangan Shisui.
"Yah sama-sa- tunggu bukankah dia". Ucapan Shisui terhenti saat melihat sekilas orang itu.
.
.
"Kau lihat ini terlihat lebih bagus dari bulan kemarin ya, Ten-Ten". Ucap pria paruh baya namun tak dipungkiri akan ketampanannya. Kini ia sedang rapat antar pekerjanya di Official Room.
"Terimakasih Uchiha-san". Perempuan itu membungkuk dihadapan bos nya.
"Dan Tuan Fujiyama kau harus lebih berusaha lagi, ingat kau mempunyai 3 anak".
"Hai". Pria itu pun membungkuk.
"Semuanya beri tepuk tangan untuk Tuan Genma menjadi raja penjualan bulan ini". Pria bernama Itachi itu tengah memberi pujian pada salah satu pekerjanya.
Prok ..prok ..prok ..
"Terimakasih banyak Uchiha-san". Pria bernama Genma pun berdiri dan membungkuk.
"Emm Obito , tolong perhatikan lagi kerjamu , jangan terlalu fokus pada mantan kekasihmu itu".
"Emp .. hahahaha ...". Tawaan seisi ruangan menggelegar menertawai salah satu karyawannya yang dibilang masih pemula.
"Tapi aku sudah berusaha semampuku, Itachi".
"Disiini kau sebagai karyawanku Obito, dan bersikaplah selayaknya seorang pekerja. Mengingat kau keturunan Uchiha, namun kau tak mewarisi kerja keras".
"Maafkan aku Itachi emm maksudku Uchiha-san".
"Baiklah selanjutnya –".
"Permisi Tuan Itachi maaf mengganggu kegiatan anda sebentar".
"Ya ada apa Shizune?". Itachi menghentikan sementara kegiatannya.
"Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda".
"Siapa dia?".
"Dia ..emm dia-".
Saat Shizune akan mengatakannya tiba-tiba orang yang dimaksud tersebut langsung memasuki ruangan itu tanpa dipersilahkan masuk.
"Lama tak jumpa, kakak". Laki-laki berambut hitam tersebut membungkuk dihadapan orang-orang, salah satunya Itachi.
"Sasuke ?". Itachi nampak terkejut atas kedatangan sang adik yang secara tiba-tiba datang tanpa sepengtahuannya. "Mohon maaf semua, saya tunda sebentar pertemuannya".
Itachi langsung menyeret orang itu keluar dari Official Room dan membawanya ke ruangan lain.
Blam ...
Pintu itu ditutup kasar oleh Itachi.
"Sedang apa kau disini , dan ohh tidak .. Apa kau menemui ayah juga?". Pemuda itu terlihat panik sekali
"Tidak aku baru menemuimu".
"Ya ampun bagaimana ini, jangan sampai ayah melihatmu". Laki-laki itu malah mondar-mandir dihadapan Sasuke sambil sesekali mengurut dahinya.
"Kau". Itachi mengehela nafas dalam-dalam sebelum mengatakan sesuatu. "Kapan kau dibebaskan, dan bagaimana itu bisa terjadi?".
"Kemarin aku dibebaskan dan setelah itu aku kemari menemuimu. Nanti kujelaskan semuanya , saat ini banyak sekali yang ingin aku tanyakan padamu Itachi".
"Kau tahu ayah sakit parah sejak kau dipenjara Sasuke, dia terus memikirkan mu".
"Apa kau bilang? Lalu ibu bagaimana keadaanya?". Sasuke terlihat panik setelah apa yang dikatakan kakaknya itu. Sasuke dipenjara karena penyelundupan Narkoba beberapa tahun yang lalu, sehingga banyak sekali perubahan yang terjadi.
"Ibu baik-baik saja tapi entah aku tidak tahu setelah melihat kau. Dan saat ini perusahaan ayah dipegang olehku, dia tidak mungkin meneruskannya akibat penyakit yang terus menggerogotinya sejak kau dipenjara, Sasuke".
"Tidak mungkin, selama aku pergi banyak sekali yang terjadi. Dan bagaimana keadaan Sakura apa kau tahu dimana dia sekarang?".
"Dia" . Itachi menarik nafas dalam-dalam.
"Dimana dia , Itachi?".
"Sebaiknya kau cari tahu saja sendiri".
Sasuke mengepalkan tangannya dan menggertakan giginya. "Kuso ... ".
.
.
.
Ting tong ...
"Ya sebentar". Sakura berjalan menuju pintu dan membukanya. Nampaklah seorang wanita bersurai indigo sambil menggendong anak bungsunya.
"Hinata?". Sakura terlihat senang sekali akan kedatangan sahabat lamanya itu. Kini senyumannya kembali tepancar saat Hinata datang.
"Lama tak jumpa Sakura".
"Hinata kau terlihat lebih kurus dariku, hahhaha apa kau melakukan program diet?".
"Benarkah ? ah senangnya".
"Halo bibi Cakula". Kata Himawari sambil merentangkan kedua tangannya pada Sakura, ia meminta digendong Sakura rupanya.
"Himawari sayang sini bibi gendong. Wah jepit rambut yang bagus , untuk bibi yah sayang". Sakura menggendong gemas anak bungsu Hinata dengan sesekali menggodanya dan mencubit lembut pipi chubby-nya.
"Jangan , ini hadiah ulang tahunku dali ayah". Ucap anak itu dengan sedikit memajukan bibirnya yang semakin terlihat imut sambil memegang ikat rambut bunga matahari.
"Ahh iya .. ". Acara menggoda Himawari nya terhenti saat anak itu berkata demikian, Hinata langsung mengalihkan pembicaraan.
"Sakura apa aku boleh masuk ?".
"Emm ah iya tentu saja, hehe". Sakura pun mempersilahkan masuk pada Hinta. "Sarada keluarlah ada Himawari".
"Eh kenapa Sarada?".
"Dia mungkin sedang belajar".
"Wah dia sangat rajin yah Sakura, seandainya Boruto seperti dia".
"Hahaha ya Hinata". Ia terpaksa berbohong pada Hinata, mana mungkin Sakura bilang yang sebenarnya kalau Sarada sedang marah. Sakura pun menuju kamar Sarada yang masih menggendong Himawari.
Tuk tuk tuk …
"Salada nee-chan , main yuk sama Hima".
Tak lama menunggu pintu itu terbuka dan nampaklah seorang anak dengan mata yang sedikit sembap.
"Nee-chan … ". Teriak Himawari senang melihat Sarada. Sarada memang selalu bermain bersama Himawari karena ia sangat menyukai anak kecil apalagi Himawari yang sangat lucu.
"Ayo kita ke kamarku Hima". Ajak Sarada pada Himawari, Sakura langsung meletakan Himawari dan ia langsung memeluk Sarada.
"Hemmm kita main boneka".
Sakura hanya tersenyum memperhatikan kedua anak itu, terutama Sarada. Sakura pun menatap Sarada.
"Setelah ini kau makan ya, ibu sudah menyiapkannya". Ucap Sakura dengan nada yang sangat lembut.
"Baik bu".
.
.
"Sedang apa mereka Sakura?".
"Mereka sedang bermain-main dikamarnya Sarada". Ucap Sakura sambil membawa beberapa makanan ringan dan segelas teh hangat.
"Ahh tidak , apakah Himawari mengganggu belajarnya Sarada?".
"Tidak, kupikir dia sudah selesai. Oh ya bagaimana kabar Naruto, huuuh pasti dia sangat sibuk sekali bukan". Sakura pun duduk disamping Hinata.
"Ya akhir-akhir ini dia jarang pulang, jadi aku selalu menemuinya ke kantor. Untung saja kantornya dekat dari rumah". Sesekali Hinata meminum Teh hangat buatan Sakura.
"Hahaha dasar so' sibuk Naruto ini , apakah dia tidak mengerti kalau istrinya merindukan suaminya saat diranjang".
Byuurrr … Hinata menyemburkan tehnya saat mendengar perkataan Sakura barusan, saat itupun wajah Hinata memerah. Sakura hanya terkekeh geli melihat Hinata.
"Apaan kau ini Sakura, aku hanya menengoknya saja". Ucap Hinata malu-malu dan mengelap sisa minumannya disela-sela bibirnya.
"Hahahha ayolah Hinata aku juga mengerti kok. Oh ya Hinata , apa yang membawamu datang kemari?".
"Ku pikir aku memang harus menemuimu Sakura".
"Begitu ya , kau memang sangat baik Hinata".
"Ya entah kenapa tiba-tiba aku jadi teringat padamu. Ini mengenai Boruto, maafkanlah dia selalu mengusili Sarada".
"Tidak apa mereka hanya anak-anak, lagi pula Sarada jarang bicara soal Boruto padaku".
"Kau yakin? Tadi dia bilang telah mengejek Sarada karena .. ". Hinata nampak kesusahan saat mengatakan kalimat itu.
"Karena apa?". Tanya Sakura.
"Karena dia tidak punya … ayah".
Hening …
"Ahahaha sudahlah lupakan Hinata, mereka kan hanya anak-anak. Aku yakin Boruto hanya main-main". Hinata tahu senyum yang dibuat Sakura itu palsu, ia mengerti sekali perasaan Sakura saat ini.
"Kau yakin?".
Tiba-tiba Sakura memeluk erat Hinata dan ia langsung terisak. Sakura akui kalau ia tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.
"Hikss … Kau tahu Hinata aku juga sangat merindukannya, aku tak ingin anakku bersedih. Aku sangat prihatin melihat anaku sendiri , tak mengetahui rasanya memiliki seorang ayah, hiks".
"Eh Sakura , maaf aku sudah mengungkit-ungkit masalahmu". Hinata menjadi kaget kenapa Sakura menjadi seperti ini.
"Tidak Hinata, aku hanya ingin mencurahkan perasaanku saja padamu. Kau sangat beruntung sekali mempunyai suami yang setia dan selalu ada untuk anak-anaknya, hiks".
"Ya ampun kenapa jadi seperti ini, semuanya salah Boruto. Anak itu memang sangat keterlaluan".
"Kau jangan salahkan dia, mereka tak mengerti apa-apa, hiks". Hinata pun mencoba menenangkan Sakura, ia mengambil segelas teh hangat untuk Sakura.
"Minumlah Sakura, kau jangan menangis yah jika Sarada melihatnya dia bisa bersedih".
Sluurrpp … Sakura meminum Teh buatan Hinata.
"Kau benar , dia tidak boleh mengetahuinya". Sakura pun mengusap air matanya yang terus mengalir, ia pun menghela nafas dalam-dalam.
"Tenangkan fikiranmu Sakura, aku yakin dibalik semua ini pasti ada jalan keluarnya, percayalah padaku".
"Terimakasih banyak Hinata. Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanya sekarang".
"Kudengar dia dipenjara?". Ucap Hinata dengan sangat pelan, khawatir jika pembicaraan mereka terdengar oleh Sarada.
"Yah , bahkan saat itu dia tidak tahu kalau aku sedang mengandung Sarada".
"Apa?". Hinata membulatkan kedua matanya saat Sakura berkata demikian. "Selama itukah dia dipenjara?".
"Siapa yang dipenjara bu?".
"SARADA !". Ucap Hinata dan Sakura.
To Be Continue
Tadinya Mei ragu mau publish Fanfic ini. Tapi kata temen udah publish aja deh #curhat :(
Gimana lanjutin gak? kalo ada yang Review Mei lanjut deh. Dan lagi-lagi Mei malah bikin story baru udah tahu yang Sword of Darkness juga belom diterusin , huweeee sedih banget :'(.
silahkan klik Review ya :D
