Disclaimer
Magi © Shinobu Ohtaka
break the gravity chains © Enamel Illyane
Warning!
SphinTi, maybe OOC, typo(s), terdapat diksi yang tidak tepat
Not gonna say anything nice? Then keep it to yourself and click the 'back' button, you don't like wasting your energy on this right?
.
.
.
.
Sphintus menatap kekasihnya sendu. Manik akuamarin itu nampak lelah dan sedikit memerah. Rambut pirangnya juga tampak tak karuan dan kusut.
"Hei," sapa Sphintus separuh ragu.
Titus sontak menoleh dan memandangi Sphintus sesaat. Sedetik kemudian bahunya yang semula tegang kembali rileks, dan pandangannya kembali menunduk. "Kau, kah, Sphintus."
"Mm, ya, ini aku." Sphintus mengambil tempat di sebelah pemuda Alexius. "Kau kenapa?"
"Bukan apa-apa," jawab Titus lemah dengan suaranya yang serak. "Hanya beberapa hal merepotkan soal pewaris perusahaan, dan sejenisnya."
Pandangan Sphintus meneduh. Apa Titus pikir kekasihnya akan tertipu dengan kebohongan yang terlihat jelas begitu? Titus memang pembohong paling buruk.
"Kau bohong."
"Tidak. Aku mengatakan kebenarannya," tegas Titus.
"—dengan meninggalkan beberapa detil dan menambahkan beberapa penyesuaian? Tipikal kau sekali."
Titus menengok kearah Sphintus dengan wajah tertekuk sebal. "Sudah kubilang aku—"
"Matamu merah." Sphintus menangkup wajah kekasihnya dalam satu gerakan tangan. Dipangkasnya jarak antara mereka dengan dahi yang saling menempel. "Tuh, 'kan. Keningmu juga panas. Kau demam atau terlalu banyak berpikir?"
Titus sempat berusaha menarik diri, tapi akhirnya ia menyerah dan membiarkan dirinya bersandar pada wajah Sphintus. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya—kekasihnya pasti tahu jawabannya yang mana.
"Kau tahu, aku ingin membawamu kawin lari," tutur Sphintus setengah meracau.
"Mau kaubawa kemana aku? Ibu akan menemukan kita dimanapun kita berada," dengus Titus.
"Bulan. Aku ingin membawamu ke bulan."
"Itu lagi. Memangnya kita punya roket untuk ke sana—"
"Dengan begitu, bebanmu akan berkurang lima per enamnya. Kau tinggal berikan setengah sisanya padaku, dengan begitu bebanmu akan saaangat ringan."
Titus terpaku, kepala Spintus yang sudah berpindah ke bahunya ia elus perlahan. Kikikan lembut yang tak sengaja keluar dari bibir ranumnya tak ia bendung dan ia biarkan mengalir begitu saja. "Aku yang pusing kenapa kau yang menderita?"
"Penderitaanmu adalah penderitaanku juga, Little Lady."
Titus menyandarkan kepala miliknya pada kepala kekasihnya, kemudian menutup mata lelahnya dan berbisik lirih, "Terima kasih. Kuharap kau bisa segera lepaskan aku dari rantai gravitasi."
"Sama-sama dan, ya. Aku pasti akan melakukannya. Percaya dan tunggulah sihirku beraksi."
Kecupan di dahi menjadi penutup hari untuk keduanya sebelum jatuh tertidur dalam dekapan satu sama lain.
fin.
Balas dendam #2.
Ini pendek tapi saya cinta banget sama ini.
Saya ingin menebar lebih banyak cinta untuk fandom ini,
Enamel Illyane.
