Character : Hinata Hyuuga.
Rate : T.
Genre : Horro/Mistery.
Story By : R.L Stine.
Cerita yang saya ambil dari buku cerita 'Topeng Hantu' karya R.L Stine yang menginspirasi saya, dan 'sedikit' perubahan. Maaf jika gaje dan jelek hehe ^ ^
Selamat menikmati. ^ ^
Warning ! : Typo, AU, OOC, dsb.
If you don't Like?
Don't read!
By : Cayaha yang Bersinar Biru.
*"GHOOSE BUMPS"*
Chapter 1
"Mau jadi apa kau Halloween nanti?" Tanya Sakura Haruno. Diaduk-aduknya makaroni kuning di baki makan siangnya dengan garpu, tapi tidak dimakannya.
Hinata Hyuuga menarik napas dan menggeleng. Lampu di langit-langit ruang makan siang membuat rambut Indigo lurusnya berkilau."Entahlah. mungkin tukang sihir."
Sakura ternganga. "Kau? Tukang sihir?"
"Yah, kenapa tidak?" Tanya Hinata sambil menatap temanya diseberang meja.
"Kukira kau takut tukang sihir," Jawab Sakura. Disuapkannya makaroni segarpu penuh dan mulai mengunyahnya. "Makaroni dari karet," katanya kesal, dikunyahkanya kuat-kuat. "Ingatkan aku untuk membawa makan siang sendiri,"
"Aku tidak takut tukang sihir!" kata Hinata, matanya berkilat marah. "Kau kira, aku penakut, kan?"
Sakura tertawa, "Ya, hei! jangan makan makaroninya! betul, Hinata, rasanya tidak enak." Diulurkannya tangannya untuk mencegah Hinata yang mengangkat garpu.
"Tapi aku lapar sekali," kata Hinata.
Ruang makan semakin padat dan ribut. Dimeja sebelah, sekelompok anak laki-laki sedang bermain lempar-lemparan kotak susu yang masih terisi setengah. Hinata melihat Kiba Inuzuka membulat-bulatkan tumpukan buah berwarna merah dan menjejalkan benda lengket itu ke mulutnya.
"Hiii!" ditunjukkannya wajah jijik kepada Kiba, lalu kembali menatap Sakura.
"Aku bukan penakut, Sakura-chan. Cuma karena semua orang suka menakut-nakuti aku dan-"
"Hinata-chan, minggu yang lalu bagaimana? Ingat? Di rumahku?" Sakura merobek bungkus keripik jagung dan menawarkannya pada temannya di seberang meja.
"Maksudmu masalah hantu itu?" Tanya Hinata sambil mengerutkan kening. "Itu sih benar-benar konyol."
"Tapi, aku percaya." Kata Sakura dengan mulut penuh keripik. "Kau benar-benar percaya bahwa lotengku ada hantunya. Mestinya kau lihat wajahmu ketika loteng berderak-derak, dan kita mendengar suara langkah kaki di atas sana,"
"Jahat sekali," kata Hinata sambil membelalakkan mata lavendernya.
"Lalu ketika kau dengar suara langkah kaki menuruni tangga, wajahmu jadi putih semua dank au menjerit," kata Sakura mengingat-ingat. "Itu kan Cuma Sasuke Dan Gaara?"
"Kau tahu aku memang takut hantu," kata Hinata dengan wajah merah padam.
"Dan takut ular, kumbang-kumbang, suara-suara keras, kamar gelap, dan-tukang sihir!" kata Sakura.
"Aku tidak mengerti kenapa kau suka sekali menakut-nakuti aku," kata Hinata cemberut. Di singkirkannya baki makan siangnya."Aku tidak tahu, kenapa semua orang suka sekali menakut-nakuti aku. Kau juga, padahal kau teman akrabku,"
"Maafkan aku," kata Sakura tulus. Diulurkannya tangannya keseberang meja dan diremasnya pergelangan tangan Hinata. "Kau gampang ditakut0takuti, sih. Susah rasanya menahan diri untuk tidak menganggumu. Ini, mau keripik lagi?" didorongnya bungkus keripik kearah Hinata.
"Suatu hari nanti, akan kutakut-takuti kau," ancam Hinata.
Temannya tertawa, "Tidak mungkin!"
Hinata cemberut, "Mungkin aku tidak akan jadi tukang sihir." Kata Hinata serius sambil bertopang dagu. "Mungkin aku akan menjadi monster menjijikkan, yang bola matanya tergantung-gantung dan cairan hijau kental mengalir dari wajahku dan-Hwaaaaa!"
Suara barang pecah membuat Hinata menjerit.
Beberapa detik kemudian, baru ia sadar itu Cuma suara baki makanan yang jatuh kelantai. Ia berbalik dan melihat Chouji, yang memerah wajahnya, berlutut dan mulai membersihkan makanannya dari lantai. Ruang makan itu semakin ribut dengan sorak-sorai dan teput tangan.
Hinata terduduk dikursi, ia merasa malu karena menjerit tadi.
Napasnya baru saja kembali normal ketika ada tangan kuat mencengkram bahunnya dari belakang. Teriakan melengking Hinata kemudian bergema ke seluruh ruangan.
.
.
.
Ia mendengar suara orang tertawa, di meja lain, ada yang berteriak, "Bagus, Sasuke!"
Hinata secepat kilat menoleh dan melihat temannya, Sasuke Uchiha, berdiri di belakangnya. Wajahnya tersenyum jahil. "Kena kau," katanya sambil melepaskan cengkramannya di bahu Hinata.
Gaara Sabaku menarik kursi di sebelah Hinata dan bersandar di sana. Teman akrabnya, Sai, menghempaskan tas keatas meja dan duduk di sebelah Sakura.
Sasuke dan Sai mirip sekali, jadi banyak yang mengira bahwa mereka bersaudara, padahal tidak.
Sasuke, Sai, Dan Gaara suka sekali menakut-nakuti Hinata, membuatnya menjerit, kaget, dan terlompat. Tapi yang paling jahil adalah Sasuke dan Gaara.
Berjam-jam mereka memikirkan cara baru untuk menakutinya.
Hinata selalu bertekad tidak akan pernah tertipu gurauan konyol mereka lagi. Tapi, sampai saat ini, mereka selalu menang.
Hinata selalu mengancam akan membalas mereka. Tapi, selama mereka berteman, ia belum berhasil mendapatkan ide yang cukup baik.
Sai mengambil sisa-sisa keripik Sakura, dengan main-main, Sakura menepuk tangannya. "Ambil punyamu sendiri."
Sasuke mengangsurkan kertas aluminium kumal kadepan hidung Hinata. "Mau sandwich? Aku tidak mau makan yang ini."
Hinata mengendus-endus curiga, "Sandwich apa? Aku lapar sekali!"
"Ini sandwich isi daging kalkun, nih," Kata Sasuke, diserahkannya pada Hinata.
"Terlalu kering, ibuku lupa mengoleskan mayonaise, kau mau?"
"Yeah, tentu saja, terima kasih." Hinata mengambil sandwich itu dari tangan Sasuke, dibukanya bungkus aluminium itu dan digigitnya dengan lahap.
Ketika mulai mengunyah, dilihatnya Sasuke dan Gaara menatapnya sambil tersenyum lebar.
Ada yang terasa aneh, agak lengket, asam. Hinata berhenti mengunyah. Gaara, Sai, dan Sasuke tertawa sekarang. Sakura kelihatan bingung. Hinata mengeram jijik dan diludahkannya sandwich yang sudah ia makan, ke serbet. Lalu dibukanya roti sandwich itu-ada ulat cokelat besar tergeletak di atas daging kalkun.
"Ohh!" sambil mengerang, ditutupinya wajajhnya dengan kedua tangannya.
Pecah tawa di ruangan itu, tawa kejam.
"Aku makan ulat. A-aku bias sakit perut!" erang Hinata. Ia melompat berdiri dan menatap Sasuke marah. "Tega sekali kau," katanya. "Ini tidak lucu. Ini-ini-."
"Itu bukan ulat betul-betul kok," kata Gaara.
Sasuke masih tertawa hingga tak bias bicara.
"Hah?" Hinata memandangi ulat itu ragu, perutnya terasa mual.
"Bukan betul-betul ulat, hanya dari karet. Ambil saja," desak Gaara. Hinata ragu-ragu.
Anak-anak diseluruh ruangan yang besar itu berbisik-bisik dan menudingnya, dan tertawa-tawa.
"Ayo, bukan ulat sungguhan kok, ambilah," Kata Sasuke sambil meringis.
Bersambung. . . Ada yang bersedia review? T.T Arigatou … .