That sun, that moon.
Disclaimer : Super Junior masih milik SM Entertainment
Member grup (beserta penulisnya) alhamdullillah masih milik ortu dan fansnya masing-masing,
But, this plot is mine.
Cast : Cho Kyuhyun (Kim Kyuhyun) – main chara (18 korean years old-)
Kim Kibum – main chara (18 korean years old)
...
Rate : T for Teen
Genre : AU, family, hurt/comfort, romance.
Inspirated by : Reni unnie's request.
Author's note : many typo(s), abal-abal, multichapter, straight. Comeback ff.
Read the story, gimme your comment.
Pria bersurai madu itu menghela nafas dalam-dalam. Sepasang bola mata cokelat karamelnya menatap kosong ke arah kerlap-kerlip lampu gedung bertingkat yang dilalui mobil porsche hitam metalik milik kakaknya. Kakaknya hanya fokus mengemudikan mobil yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri tanpa mengeluarkan sepatah kata untuk mencairkan atmosfer kaku yang tercipta antara mereka. Mereka merasa cukup dengan alunan lembut deru mesin porsche bercampur keramaian jantung Korea Selatan.
Laju porsche hitam metalik tersebut berangsur melambat sebelum akhirnya benar-benar berhenti di sebuah basement dengan penerangan redup. Pria berambut madu tersebut langsung membuka pintu porsche dan membantingnya. Saraf kakaknya mendadak berkedut ketika mendengar suara bam yang keras.
"Hati-hati dengan porscheku!" peringat kakaknya dengan desisan tajam.
"maaf, hyung," balas pria bersurai madu itu tak minat. Kaki panjangnya melangkah keluar basement. Meninggalkan kakaknya yang sibuk mengamati pintu porsche kesayangannya.
Pria bersurai madu itu berjalan menuju lift basement dan memijit tombol lantai tertinggi gedung tersebut. Selama perjalanan pria bersurai madu itu sibuk menatap pantulan dirinya yang terlihat samar. Wajah putih pucatnya tampak kontras dengan warna bibirnya yang semerah mawar. Hidung mancung serta alis mata yang senada dengan warna rambutnya membuat penampilannya semakin tampan dengan jas hitam yang melekat pas ditubuhnya.
Sssshhh...
Suara desisan pintu lift yang terbuka menandakan bahwa pria bersurai madu itu telah sampai pada tujuannya. Ia kembali melangkahkan kaki panjangnya melewati koridor sepi. Seolah-olah hafal dengan letak gedung bertingkat tersebut, pria bersurai madu itu membuka pintu yang menghubungkan tangga ke atap.
Drrrt... drrrrtttt...
Jemari panjangnya meraih ponsel hitam miliknya di balik saku celananya. Bola mata cokelat karamelnya berputar ketika mengetahui siapa yang meneleponnya.
Kim eommo-nim
Jarinya langsung memijit tombol hijau pada layar ponselnya.
"Kim Kyuhyun! Kau ada dimana?! Kakakmu akan tampil lima belas menit lagi," sembur ibunya dengan suara tinggi membuat telinga pria bersurai madu – Kyuhyun – tuli sejenak.
Sunyi menyelimuti percakapan mereka sejenak. Kyuhyun menghela nafasnya sekali lagi, menciptakan uap hangat di sekitar wajahnya. Bibir mawar Kyuhyun mulai membuka, bersiap menjawab pertanyaan ibunya.
"Aku mengerti, Eomma. Aku pasti akan datang menonton permainan pianonya," jawab Kyuhyun pelan. Ibunya mengangguk kecil, menyerah dengan jawaban anak bungsunya.
"Baiklah, aku akan menunggumu, Kyu. Kau harus menonton penampilan kakakmu,"
"Iya, Eomma."
Klik.
Kyuhyun mematikan panggilan singkat ibunya, kemudian memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana. Ia melanjutkan perjalanan menuju tepi atap gedung. Semilir angin menyambut kedatangannya dengan memainkan anak rambutnya. Ia menopangkan kedua tangannya diatas pagar putih yang sengaja dibuat di tepi atap. Kedua matanya menutup, berusaha meluapkan emosi dalam keheningan malam.
Ia tak pernah menyukai Kim Kibum.
Ia membenci saudara kembarnya.
Sangat benci.
Karena Kibum memiliki apa yang ia tak miliki. Pusat perhatian, ribuan pujian, ratusan prestasi, teman-teman... dan kebebasan. Kyuhyun sangat menginginkan semuanya.
Jika saja penyakit sialan itu tidak bersarang di tubuh ringkihnya. Mungkin ia bisa berkompetisi dengan Kibum. Saling merebutkan peringkat satu di sekolah maupun di keluarganya. Memiliki banyak teman, mengisi hari dengan cerita yang berbeda. Dan bisa merasakan hangatnya mentari menyapa kulit pucatnya ketika ia bermain sepak bola dengan temannya.
Bukannya terpenjara di istana ayahnya. Hanya bisa mencium harumnya puluhan bunga di kebun kecil ibunya. Hanya mampu merasakan panasnya sinar matahari yang melalu jendela kamarnya. Hanya mampu bersandar pada pohon tua yang menggugurkan daunnya di halaman belakang rumahnya. dan hanya bisa menggambar boneka salju melalui buku sketsanya ketika tumpukan salju mengubur halaman rumahnya.
Andai saja kebebasan untuknya benar-benar ada...
"Boleh aku berdiri di sebelahmu?"
Lamunan Kyuhyun terputus ketika ia mendengar suara lembut seseorang yang tak jauh darinya. Kyuhyun cepat-cepat membuka matanya dan mencari sumber suara. Sedetik kemudian, kedua bola mata cokelat karamelnya terhenti pada seorang gadis bergaun hitam selutut tanpa lengan dan sepatu hak berwarna senada. Rambut hitam panjang gadis itu digelung dengan sengaja membiarkan beberapa helai rambutnya untuk dikeriting.
Kyuhyun masih membeku di tempatnya. Tak menjawab pertanyaan gadis dihadapannya. Bahkan ia tidak mengerjapkan matanya sedikitpun. Kyuhyun terlanjur terpesona dengan dandanan sederhana gadis dihadapannya.
"Cantik," gumam Kyuhyun tanpa sadar.
"Eh, kau mengucapkan apa?" tanya sang gadis tak begitu mendengar gumaman Kyuhyun barusaja. Kyuhyun tersentak lalu mengutuk bibirnya dalam hati karena telah berani mengucapkan hal yang tak wajar sebelum otaknya memberikan izin.
Perlahan, Kyuhyun menarik kecil sudut bibirnya dan membentuk evil smirk khas dirinya.
"Tentu saja boleh, nona manis," rona merah menjalar cepat di kedua belah pipi gadis dihadapannya membuat aliran darah pria berambut madu itu berdesir cepat. Diikuti dengan detak jantung yang beranjak cepat. Tapi ia sadar, ia adalah Kim Kyuhyun. Ia harus bisa menutupi semua perasaannya dalam satu ekspresi khas di wajahnya.
Ya, lagi-lagi Kim Kyuhyun mengeluarkan evil smirk andalannya.
Gadis bergaun hitam itu melemparkan pandangannya kearah keramaian Seoul dimalam hari. Warna-warni lampu menjadi penyejuk bola mata cokelat gadis itu. Membiarkan suara bising jalanan menjadi musik diantara mereka berdua. Kyuhyun ikut melihat pemandangan Seoul, ditemani dengan semilir angin yang menggoyangkan rambut mereka.
"Apa keperluanmu datang disini, nona manis?" tanya Kyuhyun sembari melirik gadis disampingnya. Gadis tersebut tersenyum kecil.
"Malam ini adalah penampilan pertamaku bermain biola," ujar gadis itu tanpa membalas lirikan Kyuhyun. Pria berambut madu itu kembali melepaskan pandangannya pada kerlip ratusan lampu di ibukota.
"Dan kau gugup?" gadis itu tertawa sejenak.
"Apakah ekspresi wajahku terlihat jelas?" tanya gadis itu.
"Sangat jelas. Bahkan wajahmu putih pucat seperti mayat hidup," jelas Kyuhyun menggoda gadis disampingnya. Entah mengapa, ia ingin melihat rona merah yang menjalar manis di pipi gadis disampingnya.
"Yak! Apakah aku bukan mayat hidup! Dan aku hanya... sedikit gugup," bantah gadis itu sedikit menggantung diakhir kalimatnya. Sedikit ragu dengan jawaban yang ia berikan pada pria yang baru saja ia temui. Kyuhyun kembali menampilkan senyum khasnya.
"Sedikit gugup atau terlalu gugup bagiku sama saja, kegugupan itu mampu menghancurkan semua usaha yang kau bangun. Jadi, percayalah pada dirimu sendiri. Percaya bahwa kau bisa melakukannya, karena kau telah terpilih untuk tampil malam ini," ujar Kyuhyun lembut pada gadis tersebut. Tangannya bergerak ke atas kepala gadis tersebut dan mengelusnya hati-hati, takut merusak dandanan gadis disampingnya.
Gadis disampingnya tersenyum. Ekspresi wajahnya menampilkan perasaan lega dan terima kasih kepada pria yang baru ia kenal kurang lebih sepuluh menit yang lalu. Seorang pria yang mungkin seumuran dengannya dan akan menjadi satu diantara ratusan orang yang menyaksikan penampilannya. Gadis itu mengangguk.
"Kau benar, aku tidak boleh gugup ataupun ragu-ragu! Aku harus bisa! Lagipula aku sudah bersusah payah untuk mendapatkan posisi ini, aku tidak boleh mengecewakan partnerku," gadis itu lantas menatap jam tangannya. Sedetik kemudian kedua matanya melebar ketika mengetahui acaranya akan dimulai lima menit lagi.
"Baiklah, aku pergi sekarang. Mungkin Kim-ssi sedang mencariku kemana-mana," ujar gadis bergaun hitam itu kalang kabut. Ia cepat-cepat membalikkan tubuhnya menuju pintu keluar atap gedung. Namun ketika ia sampai di ambang pintu, ia menghentikan langkahnya dan kembali menatap pria yang baru ia kenal itu.
"Bye, Mr. Handsome. See you," pamitnya sembari melambaikan tangannya beberapa kali lalu kembali berlari menuruni tangga. Sedangkan Kyuhyun hanya mengangkat tangan kanannya, kedua bola matanya hanya terfokus pada pintu keluar tersebut.
"Bye," jawab Kyuhyun pelan. Senyum tulus mengembang diwajahnya, namun getaran ponsel di saku celananya menghapus senyum yang terkembang di bibirnya.
Kim eommo-nim
"Kyuhyun kau ada dimana! cepat datang, lima menit lagi acara akan dimulai!" teriak ibunya tertahan, Kyuhyun mengangguk walau ia tahu ibunya takkan bisa melihat anggukannya.
"Baik, Eomma. Aku akan datang tiga menit lagi."
"Baiklah, tapi cepat. Aku ragu kau bisa masuk jika acara sudah dimulai."
Klik.
Kyuhyun menghela nafas dalam-dalam, menahannya beberapa detik lalu menghembuskannya perlahan.
Here we go...
Kyuhyun mulai melangkah pergi dari atap gedung tersebut.
