Ansatsu Kyoushitsu by: Yuusei Matsui.

Amaya Kuruta mempersembahkan:

UNDERWORLD MOON

Fiction ini hanya khayalan author belaka dengan meminjam Chara dari Manga ciptaan beliau diatas. Yang belum membaca atau menonton serial animenya disarankan untuk menontonnya ^^.

WARNING!

Fem!Nagisa, Assassin after Timeskip, Slight!KarmaxOkuda, Dark Fic, Penuh siksaan lahir batin, OOC, dan typo yang.. saya ga tau gimana ngilanginnya. Diikhlaskan saja ya ^^.

Bisa saja KarmaxNagisa XD.

Selamat menikmati ^^/

Bel tanda pulang sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Kelas 3-E juga sudah mulai kosong. Menyisakan segelintir orang yang baru saja selesai mengerjakan tugas harian mereka: Piket kelas.

"Hhh.. akhirnyaa!" Okajima berteriak sembari meregangkan tubuhnya. Isogai tersenyum.

"Jangan lupa untuk mengerjakan tugas dari Koro sensei, Okajima." Isogai mengingatkan. Seketika raut muka Okajima meredup.

"Aku bahkan belum membaca majalah terbarukuu!" Teriaknya frustasi. Yang lain hanya menatap lelaki itu dengan tertawa yang dipaksakan. Sulit untuk berprasangka buruk terhadap majalah Okajima.

"Baiklah, sepertinya aku harus segera pulang." Nakamura melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kemudian ia menoleh kearah gadis bersurai biru disampingnya.

"Mau pulang bersama, Nagisa? Kita bisa mampir ke cafe Isogai kalau kau mau." Ajak Nakamura. Nagisa tersenyum kecil lalu menggeleng.

"Mungkin lain kali, Nakamura-san." Tolaknya.

"Hee.. Hhh.. baiklaaah." Nakamura meraih tasnya. "Tapi kau akan langsung pulang kan? Maksudku, kita bisa menuruni bukit ini bersama-sama." Tawar Nakamura. Nagisa tersenyum.

"Tentu saja." Jawabnya.

Ansatsu Kyoushitsu

"Menurutmu, kenapa Karma tidak menunggumu? Maksudku, dia secara terang-terangan mengancam anak laki-laki lainnya untuk tidak mendekatimu." Tanya Nakamura. Mata Nagisa melebar.

"Dia melakukannya?" Tanya Nagisa.

"Ya, aku melakukannya." Sebuah suara membuat kedua gadis itu menoleh.

"Yo, Nagisa~."

"Karma-kun! Kukira kau sudah pulang."

"Hmm.. ada yang ingin kubicarakan denganmu, Nagisa." Ujar Karma. Nagisa mengernyitkan alisnya. Karma terdengar serius.

"Baiklah.. baiklah.. sepertinya aku akan pulang lebih dulu. Sampai besok, Nagisa, Karma!" Pamit Nakamura.

"Um. Sampai besok, Nakamura-san!" Nagisa melambaikan tangannya. Setelah punggung Nakamura menjauh, ia menoleh kearah Karma.

"Ada apa, Karma-kun?" Tanya Nagisa.

"Nagisa..." Karma meraih tas sekolahnya lalu mengeluarkan sebuah buku tulis. Nagisa melebarkan matanya.

"Karma-kun, kau mendapatkan buku itu darimana?" Tanya Nagisa.

"Kau berencana mengumpulkan anak-anak untuk menolong Koro sensei besok, kan?" Tanya Karma. Nagisa menghela nafas. ia tau itu bukan pertanyaan. itu penegasan.

"Ya. Setelah kejadian Kayano kemarin, aku rasa kita tidak bisa membunuh Sensei seperti ini." Jawab Nagisa.

"Nagisa.." Suara Karma memberat. Nagisa menatap manik amber milik Karma yang entah kenapa nampak lebih liar.

"Kau tau kan, kenapa gurita itu datang kesini?" Tanya Karma. Nagisa mengangguk.

"Aku tau, Karma-kun. Aku tau. Tapi setelah semua kenyataan tentang Koro sensei terungkap, aku rasa kita tidak bisa membunuhnya!"

BRAK

Nagisa mengernyit saat merasakan punggungnya menabrak pohon. Apa yang baru saja terjadi? Apa Karma baru saja mendorongnya? Didepannya, Karma masih menatap Nagisa tidak suka.

"Karma..kun?" Nagisa memanggil Karma masih tidak percaya.

"Kau pikir kau hebat?" Tanya Karma pelan.

"Eh?"

"Kau tau, Nagisa? Kau terlalu meremehkan teman-teman." Nagisa menyipitkan matanya tidak suka.

"Aku tidak pernah berfikir seperti itu!"

"Heeh~ kau saja yang tidak menyadari itu, Nagisa. sikapmu sekarang sudah seperti perempuan yang menertawakan perempuan lainnya karena tidak bisa selevel dengannya."

"Karma-kun!"

"Kenapa? Kau tidak bisa mengelak?" Nagisa menatap Karma tidak percaya.

"Apa kau membenci Koro sensei, Karma-kun? Kita bahkan sudah pernah menghabiskan waktu menyenangkan bersamanya. Apa kau tak ingat?" Nagisa berusaha meyakinkan teman merahnya.

"KARENA ITU AKU BILANG BAHWA GURITA ITU SUDAH BERUSAHA MEMBUAT KELAS INI MENYENANGKAN! Kau saja yang tak memikirkan semuanya. Perasaan mereka yang masih berusaha lebih keras dalam pembunuhan ini."

"KAU SALAH! Perasaanku tidak seperti itu, Karma-kun!"

"Dia sudah berusaha membuat kelas penuh dengan rasa haus darah. Dan jika rasa itu tidak ada, maka kelas ini juga tidak akan ada! Apa kau tak bisa melihat semua kerja kerasnya?"

"Aku melihatnya! Aku tahu Koro Sensei sudah berusaha keras.. Tapi tetap saja sulit untuk membunuhnya setelah semua terungkap. Karena itu aku-." Nagisa mengepalkan tangannya. Kemudian ia mengangkat wajahnya.

"Aku akan menyelamatkannya." Tegas Nagisa.

"Nurufufufu~ sangat jarang sensei melihat sepasang kekasih muda bertengkar dengan pembahasan seserius ini." Kedua surai merah biru menoleh kearah suara.

"Tak usah ada yang menjelaskan. Karma-kun, sensei tau kau tak akan setuju dengan Nagisa-san, bukan? Karena itu, sensei membawa ini." Koro sensei mengeluarkan dua buah tabung cat yang biasa mereka pakai saat pelajaran PE bersama Karasuma sensei.

"Sensei akan kumpulkan semua murid besok untuk memilih apa yang akan kalian lakukan kepada sensei. setelah mereka memilih, maka kita bisa adakan survival. Bagaimana?" Tawar Koro sensei. Karma menatap tabung itu lalu mengambil tabung berwarna merah. Lalu ia menatap Nagisa dan berdecih pelan sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menuruni bukit. Nagisa mengambil tabung berwana biru lalu menghela nafas. kemudian ia menoleh kearah senseinya.

"Nagisa, ini mungkin akan menjadi pertarungan antara kau dan Karma-kun. Tapi.. sensei berharap tak ada yang retak dari hubungan kalian. Sensei rasa kau cukup dewasa untuk membicarakan persoalan ini dengan lebih baik lagi." Nagisa menggigit bibirnya kemudian kembali menghela nafas.

"Kau benar, sensei. Aku akan mencoba membicarakan ini dengan Karma-kun." Jawab Nagisa. Koro sensei tersenyum hangat sebelum akhirnya melesat pergi.

Nagisa tersenyum lalu berjalan menuruni bukit. Ia sedikit menyesal karena sudah mengikuti keinginannya terlalu jauh. Tapi Nagisa juga tidak mengerti kenapa Karma bisa semarah itu padanya.

"Hhh.." Lagi-lagi Nagisa menghela nafas. ia sudah sampai di jalan setapak gedung utama. Ia baru saja akan melanjutkan langkahnya, saat matanya menangkap sosok yang amat ia kenal didepannya. Akabane Karma, dan Okuda Manami, keduanya nampak dekat sebelum akhirnya bibir mereka menyapa satu sama lain.

Ansatsu Kyoushitsu

Karma menendang kerikil didepannya kesal. Ia tidak pernah melihat Nagisa begitu egois. Awalnya ia hanya akan mengingatkan Nagisa. Tidak dengan emosi tentu saja.

Bagaimanapun, Karma mencintai Nagisa. Tapi entah kenapa, melihat tidak ada keraguan dari Nagisa dengan rencananya, Karma merasa sedikit muak. Perasaan aneh itu kembali menyelinap di hatinya. perasaan yang sama saat ia menjauhi Nagisa satu tahun yang lalu. Ia merasa Nagisa berbahaya. di sisi lain, Karma tau Nagisa tidak bermaksud demikian. Hanya saja..

"Karma-kun?" Karma menoleh dan menemuka teman sekelasnya yang pemalu, Okuda Manami.

"Okuda san. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Karma. Okuda tersenyum.

"Aku baru saja mengembalikan peralatan lab yang hanya ada di gedung utama. Karma-kun sendiri?" Tanya Okuda. Karma diam. Okuda tersenyum sendu.

"Menunggu Nagisa-chan?" Tanyanya. Karma menoleh kearah Okuda. Karma merasa ada yang aneh dari nada bicara Okuda. Kemudian matanya melebar saat mendapati gadis bersurai violet itu tersengguk.

"Okuda-san.."

"Ah.. Maafkan aku.. aku hanya.. Akuu.." Okuda menghapus air matanya kemudian dengan sekuat tenaga ia tersenyum ke arah Karma. "Aku.. menyukai Karma-kun. Tapi itu mustahil kan?" Okuda memaksakan sebuah tawa kecil.

"Karma-kun menyukai Nagisa. dan Nagisa... sangat cocok untukmu, Karma-kun. Aku.." Ucapan Okuda terhenti. ia melihat tangan Karma yang kini ada di pundaknya. Mereka terdiam sesaat. Kemudian dalam satu gerakan, Okuda memberanikan diri berjinjit. membawa wajahnya mendekat dengan wajah Karma. Karma sendiri terkejut saat bibir Okuda bertemu dengan bibirnya. Batinnya memberontak. Tidak.. seharusnya tidak seperti ini.. Ia menyukai Nagisa. Tapi kepalanya kembali menayangkan adegan pertengkarannya dengan Nagisa. kemudian, Karma menutup matanya. Mungkin Okuda lah gadis yang tepat untuknya.

Ansatsu Kyoushitsu

"Hei, Ritsu." Panggil Nagisa.

"Nagisa-chan? Kenapa kau masih belum pulang juga?"

"Koro sensei, ada dimana?" Tanya Nagisa tanpa menjawab pertanyaan Ritsu. Pulang? Tidak mungkin kan, ia melanjutkan perjalanannya setelah adegan tadi? Karma, kekasihnya,sedang berciuman dengan wanita lain.

"Hmm.. menurut sinyal dari handphonenya, saat ini Sensei tengah berada di kutub selatan. sepertinya sensei sedikit sibuk disana." Jawab Ritsu.

"Hmm.. baiklah." Gumam Nagisa. Nagisa memasang rompi dari baju pertahanan yang dihadiahkan Karasuma untuk murid kelas 3-E. kemudian ia membuka pintu dan mendapati rintik hujan yang menderas. Nagisa tidak peduli. Ia berlari kearah hutan. menerobos hujan yang turun deras. ia melompat, bergelantung, berguling, ia benar-benar tidak peduli. Semua hal yang sudah ia lalui bersama guru guritanya mengalir dikepalanya.

"HAHAHAHAHAHAHA.." Nagisa tertawa keras. Ia merasa dirinya hanya lelucon. Semuanya menjadi konyol saat ini.. Nagisa bukan tidak ingat.. tapi sejauh ini, kehidupan sekolahnyalah yang membuat Nagisa bertahan. Kehidupan sekolah bersama sang target yang jauh dari masalah. Tidak ada cacian di kelas itu untuknya. Tidak ada tamparan di kelas itu untuknya. Tidak ada yang menolaknya. Setidaknya dibanding rumahnya yang penuh dengan keegoisan ibunya, kelasnya penuh dengan hal yang menyenangkan. Dan juga.. sampai tadi pagi, Karma masih menyapa dan tersenyum kepadanya. Karma.. Karma.. nama itu kini terngiang di otak Nagisa.

"Karma.. Karma.. Karma.. KARMAAAA." Nagisa kini berteriak frustasi.

Kemudian dalam satu lompatan, tubuh mungil itu nampak keluar dari rimbunnya pepohonan. Nagisa menutup matanya dan membiarkan air matanya mengalir. Nagisa tak peduli dengan teriakan Ritsu di handphonenya. Nagisa tak peduli saat ia merasakan dirinya terjun dari ketinggian. Nagisa tak peduli.. Yang Nagisa inginkan hanyalah.. membuang rasa cintanya kepada Karma.

.

.

.

.

meski ia tau itu mustahil.

Ansatsu Kyoushitsu

Nagisa membuka matanya. Terangnya lampu membuat ia mengernyit. Jadi.. dimana dia?

"Kau sudah bangun, Nagisa?" Nagisa menoleh dan mendapati wajah Koro sensei.

"Sensei.."

"Nah, minumlah dulu." Koro sensei menyodorkan segelas air. Nagisa bangun dari tidurnya dan menerima gelas itu. Kemudian ia meminumnya.

"Terimakasih, sensei." Ujar Nagisa pelan. Koro sensei mengangguk dan meletakkan gelas Nagisa.

"Jadi, ada apa, Nagisa?" Tanya Koro sensei. Nagisa menundukkan kepalanya. Hening menyelimuti.

"Sensei.. aku.. aku ingin menjadi pembunuh." Lirih Nagisa.

"Sensei tau. Kau sudah mengatakannya waktu itu." Jawab Koro sensei. Nagisa menggeleng.

"Aku benar-benar memilih untuk menjadi pembunuh, sensei." Ujar Nagisa pelan. Koro sensei menatap muridnya dalam diam.

"Apapun pilihan karirmu, tentu saja sensei akan mendukungmu. Hanya saja.. apa kau benar-benar sudah memantapkan hatimu, Nagisa?" Tanya Koro sensei. Nagisa mengangguk.

"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Karma-kun?" Tanya Koro sensei lagi.

Nagisa diam tak menjawab. Koro sensei meletakkan salah satu tentakelnya diatas kepala Nagisa.

"Nagisa.. mulai besok, sensei akan melatihmu. Tapi tentu saja, sensei akan menyetujui keinginanmu dengan beberapa syarat." Nagisa menatap senseinya.

"Pertama, katakan pada sensei apa yang terjadi sehingga kau dengan gegabah melompat dari tebing. Kedua, jika kau tetap ingin menjadi pembunuh, jangan pernah menjadikan temanmu dan kedua sensei lainnya menjadi target." Nagisa menatap lantai dibawahnya kemudian ia mengangguk.

Lalu tanpa diperintah, Nagisa mulai menceritakan apa yang terjadi hari itu. Koro sensei menyimak dengan serius. Lalu wajahnya berubah menjadi warna limau. warna yang belum pernah muncul sebelumnya.

"Nagisa.. sensei tau ini pasti berat untukmu. Tapi apa hanya itu alasan yang bisa mengubah keinginanmu menjadi guru?" Tanya Koro sensei. Nagisa terdiam.

"Nagisa! Sudah kukatakan jangan pernah muncul di depanku dengan wajah seperti itu!"

"Kau hanya beruntung aku melahirkanmu.. wajah cantikmu itu membuatku muak! Pergi ke kamarmu dan jangan keluar sampai aku memanggilmu!"

"Kau tidak pernah menurutiku kan? Kau berlagak karena wajah cantikmu?"

"Kau seperti perempuan cantik yang berkata pada perempuan lainnya bahwa mereka tak akan bisa selevel denganmu!"

Lihat? Nagisa hanya punya satu alasan. Tidak ada yang menginginkannya. Bahkan ibunya sendiri! Koro sensei bisa melihat murid birunya nampak berdebat dengan sesuatu di kepalanya. Tangannya mengepal dan sedikit gemetar. Koro sensei kembali mengusap kepala Nagisa.

"Kalau kau tak mau mengatakannya, tak apa. Sensei bisa mengerti." Ujar Koro sensei lembut. Nagisa tersenyum kecil. Koro sensei melihat senyuman itu. Senyuman yang dingin. Ada sesuatu yang hilang disana. Koro sensei bisa merasakan betapa terlukanya hati murid birunya itu. Bahkan ia tidak yakin ia bisa memperbaikinya.

"Baiklah, sebaiknya kau kuantar pulang sekarang, Nagisa. besok sepulang sekolah kau bisa tetap disini."

"Koro sensei.. ada satu hal lagi."

"Hm?"

"Pertandingan besok.. aku ingin membatalkannya." Jawab Nagisa.

"Kau yakin?"

"Um."

Koro sensei memperhatikan murid birunya sejenak.

"Baiklah. Sensei akan sampaikan kepada Karma-kun besok. Anggap saja tak ada yang terjadi." Jawab Koro sensei. Nagisa mengangguk. Tidak ada yang terjadi. Semua baik-baik saja.

.

.

.

Nagisa hanya perlu berlagak seperti itu kan?

TBC

Yah.. Akhirnya saya muncul lagi. Mangkrak banyak malah bikin fic baru xD

RnR?