"aku menyukaimu, Bambam."

Senyum ceria Bambam menghilang. Berganti menjadi keterkejutan sekilas —hanya sepersekian detik—, lalu kembali berubah menjadi senyuman. Senyuman mengejek.

"lalu apa yang kau inginkan aku lakukan padamu?" tanya Bambam rumit. Dia mengerti maksud laki-laki didepannya, tapi.. yah, ditambah sedikit permainan bukanlah hal yang buruk.

"jadilah kekasihku."

"kekasihmu?" ulang Bambam. Ditanggapi dengan anggukkan semangat dari laki-laki didepannya. "aku laki-laki."

"aku tahu itu." Jawab laki-laki itu pelan.

"aku mau jadi kekasihmu—" senyum laki-laki itu terukir diwajahnya, "—tapi kira-kira, apa yang bisa kau berikan padaku kalau aku menjadi kekasihmu?"

Pertanyaan Bambam membuat senyum laki-laki yang menggunakan seragam yang sama dengannya —seragam Seoul High School— itu menghilang; seketika terdiam. Perasaannya mengatakan, dia akan ditolak oleh Bambam.

"kenapa diam saja?" senyuman mengejek dari Bambam terlihat semakin lebar, "kalau kau tidak punya apa-apa, jangan harap kau akan menjadi kekasihku." Lanjutnya lalu pergi menghilang dari hadapan laki-laki itu.

Walaupun tahu akan begini akhirnya —ditolak mentah-mentah— oleh sang pujaan hati dan telah mengumpulkan cukup mental untuk mendengar tolakkan itu, tetap saja sakit dihati tidak dapat dielak. Bambam, sang pangeran sekolah yang begitu diidam-idamkan oleh para seme disekolah terlalu sering mendapat pengakuan cinta dan terlalu sering menolak orang.

Jika seperti ini, siapa yang berhasil mendapat hatinya? Oh, sulit sekali ditebak. Kenapa? Karena Bambam sekarang sudah memiliki tiga seme dan —sepertinya— tidak satupun dari mereka yang benar-benar dicintai olehnya.

.

.

.

.

GOT7 © JYP

Player © Dii Zee

MarkBam fanfiction

Backsong : Lee Hi – Rose & BTS – I Need U

Ada beberapa kata-kata kasar didalamnya. If you don't like the pairing or the story, please click 'back' or 'close'. Stay away from this fanfic.

.

.

.

.

"uh, Bambam, berapa orang yang sudah kau tolak minggu ini?"

Bambam menghentikan kegiatan makan siangnya dikantin. Memfokuskan matanya pada satu-satunya teman yang ia miliki; Park Jinyoung.

"eum.. tidak banyak." —lalu kembali melanjutkan memasukkan makanannya dalam mulut.

"berapa?"

"sekitar.." Bambam menerawang, mencoba mengingat berapa orang yang sudah dia tolak minggu ini, "..tiga atau empat orang."

Jinyoung tersedak mendengar angka yang diucapkan teman baiknya itu.

"apa kau tahu sudah berapa banyak hati yang kau sakiti bulan ini?"

"aish, hyung, itu tidak penting. Lagipula, siapa suruh mereka menyukaiku? Dan kalau mereka jatuh hati padaku, apa itu salahku? Lebih baik aku langsung menolak daripada menjadikan mereka kekasih yang tidak kucintai." Jinyoung mendengus —hampir tertawa— mendengar jawaban Bambam.

"boleh aku tertawa mendengar leluconmu itu?"

"ck, apa yang lucu?" Bambam menatap tidak suka kearah Jinyoung.

"kata 'menolak daripada menjadikan kekasih yang tidak kucintai', kau tidak sedang bercanda, 'kan? Entah kenapa itu terdengar menggelikan sekali ditelingaku."

"jangan berlebihan, hyung. Apa yang salah?" Bambam tetap merengut tidak suka. Dia tidak merasa ada yang salah dengan kalimat yang itu.

"bagaimana dengan tiga seme-mu itu? Apa kau mencintai mereka? Atau setidaknya satu diantara mereka?"

Skak mat.

"ke-kenapa kau membahas mereka?"

"ayolah Bambam, jangan naif. Jangan pernah mengatakan lebih baik menolak daripada berpura-pura mencintai mereka sedangkan kau sendiri sedang melakukan itu."

"tapi aku menerima mereka bukan tanpa alasan."

Bambam mencoba membela diri. Memang benar dia tidak benar-benar mencintai satupun dari ketiga kekasihnya, tapi bagaimanapun juga dia tidak akan membiarkan dirinya kalah dalam hal ini. Kalau dia kalah, bisa-bisa telinganya kembali panas mendengar seluruh ocehan Jinyoung. Dalam minggu ini saja dia sudah mendengarkannya dua kali, dan satu lagi untuk kali ini? Tidak, terima kasih.

"karena apa? Karena wajah, personality, otak, dan yang terpenting, uang mereka. Apa aku benar?" mata Jinyoung menatap penuh selidik sekaligus ketertarikan kearah Bambam —yang sepertinya mulai tidak bisa menjawab ucapannya.

Sangat tepat sasaran.

"hyung, apa kau melakukan ini karena Jaebum hyung?"

Jinyoung menyatukan alisnya bingung. Dia tidak tahu kenapa Bambam membawa-bawa nama salah satu kekasihnya—kekasih Bambam—. Apa hubungannya dengan semua yang dikatakan Jinyoung?

"Bambam, aku—"

"aku tahu kau menyukainya, hyung."

A-apa? Selama ini Bambam tahu kalau Jinyoung menyimpan rasa pada salah satu kekasihnya itu? Ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana kalau Bambam salah mengerti dan—

"tenang saja, hyung. Kalau kau memang menyukainya, ambil saja dia. Aku tidak keberatan kehilangan dia."

—seharusnya Jinyoung tidak perlu sekhawatir itu. Bambam mana mungkin lebih memilih melepas temannya —apalagi jika itu Jinyoung— daripada kekasihnya? Mustahil sekali.

"a-aku.. siapa bilang aku menyukainya?" sanggahan Jinyoung membuat Bambam tersenyum miring; ingin menggoda temannya lebih jauh lagi.

"aku tahu wajahmu selalu memerah ketika melihatnya sedang tersenyum, hyung. Aahh~ manis sekali."

Wajah Jinyoung memerah. Mengundang kikikan pelan Bambam. Hyung-nya yang cerewet ini ternyata bisa tersipu juga.

Beberapa menit kemudian, ketika mereka sedang asik mengobrol sambil menikmati makan siang mereka, terlihat beberapa gerombol perempuan —dan sedikit laki-laki— berjalan terburu-buru kearah lapangan basket.

"ada apa?" Bambam mendesis pelan, bertanya pada—entah—siapa. Penasaran apa yang terjadi hingga banyak murid berjalan cepat menuju lapangan basket indoor di sekolahnya.

Jinyoung yang mendengar perkataan temannya segera melirik jam tangannya, "kudengar ada pertandingan basket hari ini. Bukan pertandingan serius sih, hanya main-main."

Bambam mengalihkan pandangannya —yang awalnya melihat para murid yang sedang tergesa-gesa— pada Jinyoung.

"hanya main-main tapi kenapa mereka semua bersemangat? Tidak seperti biasanya."

"mungkin karena anak-anak kelas tiga melawan kelas satu."

"oh—" Bambam mengangguk, "—e-eh?! Apa maksudmu Yugyeom juga bertanding?" Bambam yang baru menyadari maksud ucapan Jinyoung membulatkan matanya tidak percaya.

"tentu saja. Dia yang akan menjadi kapten tim semester dua."

"siapa yang menjadi kapten tim kelas tiga?" Bambam mulai tertarik.

"Mark Tuan. Kau tahu dia?"

"Mark Tuan?" Bambam mengernyit tak mengerti. Ini pertama kalinya dia mendengar nama itu, "siapa dia?"

"sedikit aneh melihat kau tidak mengenalnya. Walaupun hampir satu minggu dia tidak masuk, dia adalah senior kita."

"satu minggu tidak masuk sekolah? Kenapa? Apa dia sakit? Lalu kenapa dia dipilih menjadi kapten basket?" tanya Bambam antusias. Ingin tahu siapa Mark Tuan itu.

"dia bukan sakit, Bambam. Menurut berita yang beredar, dia ada acara keluarga di Jeju-do. Dan kenapa dia dipilih menjadi kapten basket, itu karena dia pintar bermain basket —dia juga kapten basket sekolah kita. Di sekolahnya dulu dia juga menjadi kapten tim."

Bambam mengangguk mengerti. Dia lalu cepat-cepat menghabiskan minumnya. Tanpa banyak bicara menarik tangan Jinyoung berlari menuju lapangan basket. Mengabaikan Jinyoung yang sedari tadi berisik bertanya kemana mereka akan pergi. Bambam ingin tahu siapa Mark Tuan dan sehebat apa Mark Tuan itu.

Sesampainya dilapangan, papan skor telah menunjukkan angka 18 dan 15. Yeah!, Bambam bersorak dalam hati. Tim Yugyeom sedang memimpin.

"hyung, yang mana Mark Tuan?"

Mendengar pertanyaan Bambam, Jinyoung memicingkan mata. Mencari Mark Tuan diantara sembilan siswa lain yang sedang bermain basket dari bangku penonton bukanlah hal yang mudah.

"itu!" Jinyoung menunjuk seseorang.

Bambam mengikuti arah tunjukkan tangan Jinyoung. Ikut memicingkan matanya, Bambam ingin melihat Mark Tuan lebih jelas. Sedetik kemudian, mata Bambam menangkap seseorang yang diklaim Jinyoung bernama Mark Tuan itu berhasil merebut bola basket dari tangan Yugyeom. Membawanya mendekat kearah ring milik lawan —milik tim Yugyeom—, hanya sampai belakang garis melingkar Mark berhenti, lalu dia melakukan three point shoot. Keren sekali.

18 – 18.

Skor imbang.

Bambam duduk, menyandarkan punggunggnya pada sandaran kursi penonton. Dia tertarik dengan pertandingan ini tapi disisi lain, dia lelah terus-terusan berdiri. Jadi, dia memilih untuk duduk —walaupun pemandangannya sedikit terganggu karena gadis-gadis didepannya tidak mau duduk— daripada kelelahan berdiri.

Perebutan bola maupun shooting bola tentu saja terus berlangsung tanpa henti selama tiga-puluh-lima menit. Hingga tanpa terasa, empat-puluh-sembilan detik lagi pertandingan berakhir. Mark Tuan yang mengerti keadaan skor yang sedang imbang, mencoba mengambil bola —yang untungnya tidak sedang berada ditangan Yugyeom— dan bisa didapatkannya dengan mudah. Dia segera berlari menuju ring, kembali melakukan three point shoot. Dan.. masuk! Tepat setelahnya, peluit tanda pertandingan selesai terdengar. Sialan! Kenapa Mark pandai sekali melakukan three point shoot bahkan dalam keadaan terburu-buru?

37 – 34.

Tim Mark Tuan —yang juga tim siswa kelas tiga— unggul. Mendapatkan reward jeritan melengking —senang— dari gadis-gadis yang memang mendukung tim itu dari awal.

"hyung, aku pergi sebentar. Kau tunggu sebentar disini."

"hey! Kau mau kemana?"

Pertanyaan Jinyoung terabaikan. Bambam sudah terlebih dahulu menghilang dari hadapan Jinyoung.

Bambam berjalan menuju ruang ganti lapangan basket. Dengan senyuman senang diwajahnya, Bambam mencari Yugyeom. Terus mengedarkan matanya hingga dia melihat Yugyeom sedang meminum air putihnya dan duduk disebelah Mark Tuan. Senyuman diwajahnya semakin lebar. Langkah kakinya terus membawanya mendekat pada Yugyeom —dan Mark— hingga sekarang dia berdiri tepat didepan Yugyeom.

"hai~" Bambam menyapa.

Yugyeom yang mendengar suara familiar ditelinganya mendongak. Bukan hanya Yugyeom yang mendongak, tapi juga Mark.

"Bambam?" nada suara Yugyeom menunjukkan dia begitu heran melihat kekasihnya itu ada tepat didepannya.

"kenapa? Kau tidak suka aku datang menemuimu?" Bambam merengut. Seakan dia bisa membaca pikiran Yugyeom.

"bukan itu. Hanya saja.. tidak biasanya kau datang menemuiku disini."

Bambam berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yugyeom.

"ngomong-ngomong, kau tadi keren sekali~" mata Bambam hampir tak terlihat karena dia tersenyum begitu lebar, "walaupun tadi tim-mu tidak menang, tapi dimataku kau yang terbaik!"

Not so typical.

Apa mungkin ini pertama kalinya Bambam melihatnya bermain basket, sehingga dia memuji Yugyeom seperti itu? Ah, sepertinya memang begitu.

"ah, sudah itu saja yang ingin kukatakan." Bambam tertawa pelan, "aku pergi dulu ya? Jinyoung hyung sudah menungguku. Pai~"

Bambam mengecup bibir Yugyeom sekilas lalu berdiri. Melambaikan tangannya sambil tetap tersenyum lebar lalu berlalu. Meninggalkan reaksi berbeda dari dua manusia berjenis kelamin sama diruang ganti. Yugyeom yang bingung kenapa kekasihnya itu terlihat senang sekali dan Mark yang bingung siapa laki-laki yang baru saja bicara —dan mencium— Yugyeom.

"dia.. siapa? Sepertinya aku pernah melihatnya." pertanyaan Mark membuyarkan semua pikiran Yugyeom. Ternyata, Mark juga tidak mengenal adik kelasnya yang popular itu.

"namanya Bambam. Dan dia.. kekasihku."

"kekasihmu?" Mark terkejut, "tapi bukankah dia—"

"kau benar, hyung." Yugyeom memotong ucapan Mark, "memang bukan aku saja kekasihnya. Ada dua orang lagi yang berstatus kekasihnya."

Masih ada dua orang lain? Jadi, Yugyeom bukan didua-kan? Tapi.. ditiga-kan? Wow.

"kenapa kau mau menjadi kekasihnya kalau begitu?" selidik Mark.

"kau akan tahu ketika kau sudah masuk dalam pesonanya." Yugyeom tersenyum miring; terlihat ambigu dimata Mark.

Bambam, seorang laki-laki dengan tiga kekasih. Setiap kekasihnya tahu bahwa bukan hanya dia dihati Bambam tapi tetap mencintai Bambam. Dan Bambam tanpa sungkan menunjukkan pada dunia bahwa dia memiliki tiga kekasih. Bambam terdengar benar-benar memiliki pesona layaknya seorang diva. Cukup menantang bagi Mark.

Mark menyeringai. Dia tahu apa yang harus dia lakukan pada Bambam. Kehidupannya di sekolah menengah Seoul ini akan menarik jika dia melakukan dapat apa yang ada dipikirannya. Dan besok adalah waktu yang tepat untuk melakukan segalanya.

.

.

.

Bersambung…

Uwaaaaaaa /tutupin muka/ ini cerita apa lagi sih, Zee? Kenapa gaje gini? *ditimpukin readers* MB moment-nya gak ada sama sekali hiks :" ini ma first time bikin fanfic ber-chapter, jadi maaf kalo ngecewain u.u oh iya, Zee pengen bikin hal yang beda, Zee bosen sama uke yang selalu manis–unyu–gemesin–dan sebagainya itu. Makanya, di fic ini Bambam gak akan jadi uke yang kayak gitu. Bambam bakalan jadi badboy (wanna bexD) yang suka mainin hati orang wahahahaha *ketawa iblis bareng Bambam/?* kan capek kalo uke mulu yang disakitin e.e satu lagi, buat backsong (re:Lee Hi – Rose sama BTS – I Need U) itu recommended banget buat temen baca fanfic—abal— ini. Menurut Zee dua lagu itu saling bersambungan/? (Kalian kalo dengerin juga harus berurutan sesuatu yang Zee sebut ya xD) Di-lagu Rose, mbak Lee Hi bilang kalau si cowo jangan terlalu 'cinta' sama dia karena suatu saat cintanya mbak Lee Hi juga bisa nyakitin dia, karena cintanya mbak Lee Hi itu emang seindah mawar tapi juga berduri kayak mawar. Terus di lagu I need U, mas-mas BTS itu benci sama si cewe dan pengen jauhin si cewe tapi mas-mas BTS itu malah selalu balik lagi ke cewenya karena terlalu cinta u.u oke Zee banyak omong banget-_- hal gak peting malah dibahas disini e.e Last word,

Review, please?