Team – L

(LONG) TEASER ...

Seoul , 05 January 2010

Perumahan ABC sudah amat lenggang malam itu. Jarum jam sudah hampir bertemu diujung angka. Terdengar samar beberapa suara riuh dari Televisi disedikit rumah yang memantulkan sinar kebiruan ke jendela. Jalanan kompleks pun sudah bersih dari orang-orang, bahkan anjing penjaga rumah sudah lelap dirumah kecil milik mereka.

Cklek !

Pintu rumah bernomor 7 dengan plat nama "Hong" dipagarnya terbuka pelan, seorang anak lelaki keluar dari sana. Ia memandang kesekeliling yang sudah amat sepi, bibirnya tersenyum lebar lalu mulai menyeret sesuatu keluar.

Sebuah karung besar yang terisi penuh ia gelindingkan hingga ke pagar, lalu ia kembali untuk menyeret sesosok tubuh bersimbah darah.

Sniff !

Sniff !

Anjing penjaga yang tertidur di ujung teras terbangun membaui zat besi anyir disekitarnya, si penyeret tadi tersenyum.

"Malam manis ~ kau lapar ? kemarilah ~"

Ia melambaikan tangan, anjing besar berbulu hitam kecoklatan itu menurut – hidungnya masih membaui bau yang sama. Ia menyalak didekat orang yang memanggilnya,

"Anak pintar ~ sekarang ~ duduk!"

Anak lelaki itu memerintah si anjing yang direspon dengan cepat – anjing itu langsung duduk dan memberikan satu tangannya ke anak laki-laki itu.

"Awww ~ pintar nya ~ ~"

Ia mengelus anjing itu sayang, si anjing tampak menyukai elusan itu dan menggerum kecil.

"Karena kau jadi anak pintar ~ aku akan memberimu hadiah ~"

Anak lelaki itu berdiri, ia mengambil kapak yang sejak tadi ia tancapkan di lantai sebelahnya. Ia mendekati tubuh yang tergeletak di tanah itu dengan datar,

"Come here boy ~ pilih bagianmu …"

Si Anjing yang merasa dipanggil langsung berlari mendekat dan menarik kaki kanan si korban. Anak lelaki itu tersenyum lebar,

"ok ! siap untuk bagian mu ?"

Satu geruman dan kapak itu mengayun ringan memotong kaki itu dari tubuh aslinya. Si anjing langsung menggeram dan menarik potongan itu menjauh. Si anak laki-laki tersenyum kecil lalu kembali mengayunkan kapaknya. Kini ia memotong bagian tangan dan kepala.

Ia menyeka keringat didahinya, sebelum memandang langit,

"Ah ~ aku tidak boleh terlalu lama. Besok ada ujian bahasa. Baiklah ! Mr. Hong ~ kita selesaikan dengan cepat malam ini ~ ok ?!"

Anak itu mengambil dua tangan tadi dan melemparkannya sembarangan kedalam rumah. Setelahnya dengan tangan kosong ia memelintir satu kaki yang masih tersisa dan menatap kerumah sebelah yang halamannya dipenuhi bunga warna-warni.

"Kau yang ke 11 Nyonya Lee." Ucap si anak lalu melemparkan kaki tadi kehalaman rumah itu dan mendarat tepat dikerumunan bunga warna putih. Si anak tertawa kecil,

"Jja ! sekarang waktunya untuk yang ke-6 ~"

Anak lelaki itu menempatkan kapaknya di utility bet nya dan segera mengambil kepala Mr. Hong yang tergelinding beberapa langkah darinya. Ia bersiul kecil, ia keluar pagar dan kembali menguncinya seperti semula.

"Rumah Mr. Ahn …. Err…. Oh ! 6 rumah dari sini ~ ssa !" ia memanggul karung penuh isi dipundak kirinya dan mulai berjalan santai. Ia mendapati rumah tujuannya masih terang, terlihat jika ada seseorang yang masih menyalakan TV.

Anak lelaki itu menyebir sebentar lalu memasuki halaman rumah yang terpagar rendah, ia menggelindingkan kepala itu hingga membentur pintu rumah. Suaranya cukup untuk didengar orang didalam rumah, anak laki-laki itu segera berlari kecil ke rumah seberang dan melompati pagar dibelakang rumah itu.

Ia masih bisa mendengar lengkingan putri Mr. Ahn sebelum ia membuka pintu belakang rumah bergaris polisi didepannya. Ia dengan santai membuka pintu itu,

Brak !

Seorang pria tampak mengarahkan pisau kearahnya, si anak lelaki mundur selangkah. Ia meletakkan karungnya disebelah rak lalu tertawa kecil,

"Ow ~ tenang Mr. Hyun ~ tenang … jangan grogi seperti itu … lihatlah ~ pisaunya bergetar …"

Pria paruh baya itu mundur selangkah – ia menggertakkan gigi geram,

"Aku tahu jika kaulah pelakunya ! a-aku akan menelpon polisi ! aku akan melaporkanmu kepolisi !" Mr. Hyun bergetar hebat dan langsung menyambar telpon rumah tanpa kabelnya. Matanya tetap melekat ke si anak lelaki ,

Ttut !

"Hallo ~ dengan kantor polisi Distrik _ . Ada yang bisa kami bantu ?"

Mr. Hyun langsung menatap telponnya penuh kemenangan – oh !

Dia terlalu senang hhingga tak sadar sebuah kapak mengayun kekepalanya,

"Aku ad-"

Tiiiiiiiiiiiitttttttttt !

Si anak lelaki langsung memutuskan panggilan dan bergegas memotong tubuh Mr. Hyun,

"Cih ! membuat lama saja -3-)/ " ia langsung memotong nya sembarang dan mengambil kedua tangan Mr. Hyun. Ia baru saja berbalik – saat menyadari ada sepasang mata menatapnya ketakutan. Anak lelaki itu berbalik dan tersenyum semakin lebar,

"Awww ~ ~ selamat malam Ny. Hyun … maaf, apa saya mengganggu tidur anda ?"

Anak lelaki itu mendekat, ia mengambil pisau buah didekat situ. Ny. Hyun mundur selangkah dan bergetar ketakutan,

"Ka- Kau … kau pelakunya … k-k …"

Anak lelaki itu menggelengkan kepala,

"no no no ~"

Ny. Hyun langsung berbalik dan berlari menuju lantai dua rumahnya. Anak lelaki itu dengan sigap mengejarnya dan melemparkan pisau itu tepat di punggung Ny. Hyun.

"Ack-"

Pekikan itu terputus begitu saja saat kapak milik si anak mengayun tenang memotong kepalanya. Anak lelaki itu mengambil kepala Ny. Hyun tenang,

"Em…. Sepertinya ini bisa dijadikan hadiah untuk Ny. Ji …."

Anak lelaki itu akan berbalik turun – sebelum ia kembali menatap ke tubuh Ny. Hyun. Anak tinggi itu kembali dan menatap tubuh yang tertelungkup diujung tangga lantai 2 itu dengan dahi mengernyit sebelum akhirnya menjentikkan jari – seakan teringat sesuatu

"Ah ! dulu kau pernah mengatainya pelacur kecil kan ? .. ckckck ~ that's so rude …"

Crak !

Akhirnya anak itu mengayunkan kapaknya sekali lagi dan membelah tubuh Ny. Hyun. Ia sedikit memejamkan mata saat darah menyiprat kearahnya. Ia menarik keras tulang punggung yang terlihat – memotongnya dengan kapak dan membuangnya ke dekat pintu depan.

"Itu bisa jadi ucapan selamat datang untuk para polisi besok."

Anak lelaki itu mengambil kepala Ny. Hyun dan memasukkannya ke karung. Sebelum keluar tak lupa ia mengambil tangan Mr. Hyun dan membuangnya rumah bercat hijau tepat disamping rumah Mr. Hyun.

Senandung kecil itu menemani langkah tenangnya masuk kerumah yang berada tepat disamping bak sampah. Ia menutup pintu – tepat saat mendengar suara sirine polisi ramai memecah keheningan perumahan.

"Waktuku tinggal 2 hari untuk menghabisi 12 orang lagi ….."

.

.

.

Kyoto, 16 February 2013

Sebuah mobil Porsche Classic hitam mengkilat tampak terpakir didepan sebuah Bangunan. Disamping mobil itu – seorang Pemuda berpakaian rapi yang berdiri santai. Tak lama pintu Bangunan bergaya Victorian itu terbuka dan seorang anak perempuan keluar dari sana.

Gadis itu menggunakan dress warna putih , surainya panjang sebahu , kakinya terbalut kaus kaki putih bersih dan flatshoes peach. Anak perempuan itu membungkuk dalam ke wanita berumur yang mengantarkannya hingga kemobil.

"Ken-nii ~ apa kita harus langsung pulang ?"

Anak perempuan itu bertanya ke pemuda disamping kemudi,

"Iya nona ~ Tuan meminta kita untuk segera pulang."

Anak itu mengangguk paham dan menyandarkan tubuhnya kebelakang. Ia yakin belum lama ia memejamkan mata – namun mobilnya sudah terhenti. Onyxnya terbuka dan mengerjap, ia menatap ke sekeliling.

Rumahnya terasa aneh , biasanya ada sekitar 10 penjaga di depan dan beberapa orang juga berkeliling di tamannya. Tapi sekarang …

Kenapa sepi sekali ?

"Kita sudah sampai nona. Tapi tolong tunggu didalam mobil ~ saya akan masuk lebih dulu."

Si anak hanya mengangguk paham dan duduk diam dalam mobil, ia mengernyit saat melihat sopirnya melepas sabuk pengaman lalu mengeluarkan sebuah senapan.

"Nona ~ tolong merunduklah ~" bisik si sopir sembari merundukan nona mudanya dengan sebelah tangannya. Nona kecil itu bergetar ,

"A-ada apa Riu-nii ? ke-kenapa riu-nii membaw-"

"Shtt !"

Sopir bernama Riu itu meletakkan telunjuknya dibibir si anak perempuan,

"Sepertinya terjadi sesuatu dirumah." Bisik Riu. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.

"Yuki – sepertinya terjadi sesuatu di rumah utama. Kirimkan 20 orang segera , dan kau bersiaplah di persimpangan didekat Jembatan 'Kembali'. Aku akan kesana mengirimkan nona muda."

Setelah mendengar kesanggupan , ia segera mengakhiri panggilan. Pemuda bersurai abu-abu itu membelalak saat matanya menatap sosok sang nona muda berlari keluar mobil , ia mendecih lalu segera berlari keluar

Dor !

Dor !

Ia segera berlari merunduk melindungi sang nona saat 2 tembakan dilepaskan kearahnya. Ia mengarahkan pistolnya kearah yang sama dan memberi tembakan balasan. Ia berlari cepat saat melihat sang Nona sudah didepan pintu,

Kriekk !

Slash !

Tepat saat pintu terbuka , sebuah tubuh terbelah menjadi dua bagian. Si gadis membelalakan mata. Ia terkejut – terlalu terkejut untuk bergerak atau bahkan bernafas. Ia terduduk, tangan nya terulur untuk mengusap darah yang mengalir deras di pipi sosok didepannya,

"Ma.. mama ~ ~ mama …."

Ia berucap dengan nafas tercekat, mata bening warna abu-abunya bergulir mendongak , bias seorang pria seusia ayahnya berdiri dengan katana berlumur darah. Pria itu tersenyum lebar padanya,

"Selamat datang nona muda ~"

Gadis itu mundur , ia menelan ludah ketakutan. Sejenak sebelum ia menyadari ada siluet pria lain dibelakangnya, siluet itu berbentuk seseorang yang tengah mengangkat tinggi katananya. Dia bukan gadis bodoh yang tidak tahu jika tinggal menunggu waktu sebelum katana itu juga membelah tubuhnya. Ia mencoba berdiri dengan kakinya yang seakan tak bertulang,

Tidak bisa

Dia terlalu takut,

"Papa ~ ~" ia menangis sambil memanggil pelan,

"Sampai jumpa nona muda~"

Crashh !

Bruk !

Anak perempuan itu menegang saat merasa sebelah bahunya basah dan terasa lebih berat. Ia membuka mata pelan, dibalik air matanya ia bisa melihat sosok lain yang amat familiar terbaring dengan keadaan mengenaskan,

"Papa … papa ! papa !"

Ia memekik keras, tangannya mengguncang tubuh itu sekuat tenaga. Menghiraukan baju putihnya yang ternoda , menghiraukan bagaimana salah satu butlernya menembak orang yang menebas ayahnya dan menariknya menjauh.

"Papa !"

Dor !

Dor !

"Tangkap mereka !"

"Papa !"

"Ken ! bawa nona pergi – biar aku yang mengurus mereka !"

Dor !

Dor !

Dor !

Mobil Porsche hitam tadi segera tancap gas meninggalkan rumah yang kini penuh suara tembakan dan pekikan orang.

Sang Nona Muda terisak didalam mobil sambil terus menatap kebelakang dari kursi samping kemudi. Ia menunduk dan melihat bagaimana baju putihnya ternoda banyak darah , menit berlalu , ia masih dalam ilusi bagaimana ia melihat dengan jelas ayah dan ibunya meninggal. Ia meremas dua tangannya yang berlumuran darah dengan erat , berharap semua ketakutannya lenyap dan ia punya kekuatan dan keberanian seperti butler-butler dan pengawal ayahnya.

Ia menunduk dan mengusap airmatanya serampangan , membuat wajahnya juga ternoda darah. Tubuhnya menegang saat sebuah tangan menangkup pipi kanannya, ia menoleh kekursi kemudi. Mendapati butler kepercayaan ayahnya – Ken – tersenyum padanya,

"Anda akan aman nona muda ~ tenang lah ~"

Ken terhenyak saat merasa tangannya digenggam erat oleh sang nona dan dipeluk,

"Ken-nii ~ aku takut ~ ~ aku takut ~"

Ken mengambil nafas panjang , ia kembali menatap kedepan. Mata tajamnya mendapati 2 mobil yang tak asing. Ia mendecih dan segera membanting setir ke kiri, ia menarik tangannya dari sang nona lalu menginjak gas penuh,

"Tenang nona ~ kami akan menjaga anda ~ kami tak akan membiarkan anda terluka sedikitpun."

Ken terus melewati jalanan asing bagi sang gadis kecil , ia tampak beberapa kali berbicara di telpon. Tak lama hingga ken menghentikan mobil disebuah gang sempit nan kumuh dan seorang gadis menghampirinya,

"Bawa nona pergi sejauh mungkin. Aku akan menyelesaikan mereka."

Nona muda itu hanya menurut saat ia dibawa seorang gadis berambut pirang memasuki mobil lain. Gadis bersurai pirang ini bukan seseorang yang ia tak kenal – ia familiar,

"Yuki-nee ~ kita akan pergi kemana ?"

Yuki tampak bergumam kecil sebelum ia melirik ke spionnya lalu mengumpat, membuat sang nona kecil menoleh kebelakang juga. Dibelakang mereka tampak 3 mobil mengejar dengan kecepatan penuh.

Yuki membelok tajam dan mempercepat laju mobilnya ,

"nona muda ~ tolong dengarkan aku karena aku hanya akan mengatakan ini sekali saja."

Nona muda itu kembali ketakutan,

"A-ada apa Yuki-nee ?"

Yuki melirik kebelakang , ia mendecih saat didepannya terdapat jalur kereta dan palang hitam kuning itu turun hingga setengah jalan. Yuki menghela nafas panjang sebelum akhirnya menginjak gas nya penuh dan menabrak plang kereta. Mobil sedikit terguncang – namun setidaknya mereka berhasil lolos dari orang-orang yang mengejar mereka dengan memanfaatkan kereta tadi.

Yuki berbelok ke gang sepi dan berhenti , ia hanya punya waktu sekitar 2 menit untuk bicara. Ia segera keluar dan pergi kebagasi belakang – mengundang pandangan tak mengerti dari Nona muda yang terdiam didalam mobil.

Yuki kembali dengan beberapa senjata, 4 revolver , satu walther ppk dan sebuah katana. Ia melepaskan jaketnya dan mengenakan itu ke sang nona muda , lalu ia menyelipkan walther ppk ke balik jaket itu. Ia menyelipkan revolver di sisi lain , lalu setelahnya memberikan satu revolver ke tangan kiri sang nona muda.

"Nona ~ saya yakin anda sedikit banyak tahu bagaimana menggunakan benda-benda ini. Jumlah semua pelurunya 24 , jadi anda punya kesempatan menembak sebanyak 24 kali. Itu sudah lebih dari cukup jika hanya untuk 2-3 orang musuh. 1 orang akan terbunuh dengan 2 tembakan , 1 dikepala dan 1 di dada. Anda harus berlari secepat mungkin dan berlindunglah ketempat ramai. Jangan pergi kekantor polisi atau menggunakan telpon apapun untuk menelpon salah satu dari kami. Anda harus pergi sejauh mungkin. Saya akan membawa anda keluar dari kota sejauh yang saya bisa"

Setelah membenahi sang nona , Yuki segera kembali menghidupkan mesin lalu pergi menjauh. Ia menggigit bibirnya gugup. Ia beberapa kali melirik sang nona muda yang tertunduk ketakutan, Yuki menyerahkan katana yang sejak tadi ia pegang,

"Anda bisa membawa katana ini …. Ini adalah katana yang dipesan khusus oleh Tuan untuk anda … Tuan bilang … ini Special, ini khusus dibuat untuk anda"

Sang nona muda menerimanya dengan tangan bergetar,

"Ba- bagaimana jika aku tidak bisa … Yuki-nee …. Bag-"

"Anda pasti bisa ! jangan takut nona ! anda kuat !" Yuki memekik , ia melirik ke spion dan menyadari kembali ada 2 mobil mengejarnya.

"Sialan !" Yuki mengumpat , tangan kanannya meraih revolvernya dan menurunkan kaca dikanannya. Ia memutar akal , tak lama sebelum ia melihat sebuah Gas Station 300 meter didepannya. Ia pikir mengorbankan 1 sarana umum tak akan masalah , Yuki mengurangi sedikit kecepatan hingga jaraknya dengan 2 mobil penguntit itu hanya 200 meter . Lalu kembali menginjak gas ; Ia mengulurkan tangan kanannya keluar dari mobil, menarik pelatuk revolvernya dan ….

Dor

Dor

DUAAARRR

DUAAARR

BLOOMM !

DUAARR !

Yuki menginjak gas sekuat yang ia bisa , menghidari mobilnya terkena imbas ledakan. Ia tersenyum saat melihat 2 mobil dibelakangnya meledak terbakar bersama gas station itu.

Yuki mempercepat mobilnya saat melihat kota Tokyo tak jauh dari pandangannya,

"Nona ~ berdoalah semoga kita bisa pergi menjauh bersama-sama." Ucapan Yuki membuat sang nona muda itu kembali menunduk,

"Pasti … aku juga berharap Ken-nii dan Riu-nii juga datang menyusul." Yuki tersenyum kecut. Ia menghela nafas,

"Iya nona ~ saya juga berharap seperti itu."

Yuki memelankan laju mobilnya saat merasa ia sudah sampai di jalanan kota Tokyo, ia baru saja menurunkan kecepatan saat kaca mobilnya terkena tembakan dari samping kiri.

Dor !

Dor !

"Nona menunduk !"

Yuki mendecih dan sebisa mungkin berjalan melewati mobil-mobil lain , atau bahkan berlindung di balik sebuah truk besar.

Dor !

Yuki mendecih saat merasa darah merembes dari lengan kanannya,

"Sialan !"

Yuki mendecih lalu segera membanting setir kekiri. Berjalan melalui jalur yang sedikit lebar sehingga ia bisa menjauh. Ia menghidupkan GPS dan mencari jalur rapat merayap dengan beberapa belokan.

Dia menemukan jalur itu , sekitar 300 meter lagi. Terletak dikompleks club malam dan pusat-pusat hiburan Kota Tokyo. Yuki memegang kendali dengan tangan kirinya, sang nona muda menangis dalam diam.

"Maaf Yuki-nee …"

Yuki melirik dari sudut matanya , teriakannya tertahan ditenggorokan saat melihat sang nona muda membuka pintu penumpang dan langsung meloncat keluar. Yuki melihat dari spion depan jika Nona mudanya sudah hilang dibalik gang sempit. Yuki memutuskan untuk tak berhenti dan mempercepat lajunya ke sebuah tempat.

"Nona muda …. Tolong … tolong … Kumohon ~ tetaplah bertahan hidup untuk membalaskan kematian Tuan dan Nyonya."

.

.

.

Galaxy Building – New York , April 2020 (Now)

Dor !

.

"Sialan !"

.

"Dia sembunyi dibalik tong sampah !"

.

Dor !

Dor !

Crashh !

.

"Ke kanan ! di belakang club trump !"

.

Dor !

.

"aku berhasil menembak kaki kanan nya"

.

Dor !

Dor !

Dor !

.

SLASSHH !

.

BRAAAKK !

.

.

"SILVER !"

Slap !

"HELPP !"

Seorang gadis berkuncir ponytail yang sejak tadi meletakkan kepalanya dimeja langsung memekik kaget saat pundaknya ditepuk dan dipanggil keras.

"OMG ! Honey ! sorry ~ you ok ?" Gadis lain berpakaian serba hitam dan bersurai hitam sepunggung mendekat dan duduk disamping gadis tadi, ia menyeka dahi si gadis yang berkeringat.

"Silver, you ok ? you're so pale ~" Gadis yang dipanggil Silver hanya mengambil nafas panjang dan menyandarkan badan kebelakang.

"Its ok Luna , iam okay …"

Gadis lain berpakaian rapi ala business woman dan ber id-card "Shica R. Scharlotte" mendekat dengan satu gelas air putih.

"Silver ~ pulanglah… biar aku yang memberikan Mission Report mu ke Red setelah ini."

Silver hanya bergumam, dan meneguk airnya habis. Luna bersendekap,

"Jungkook bilang padaku jika kepalamu terbentur saat melakukan evakuasi. Kau yakin tak ingin kutelpon kan Miss. Li Yin ? mungkin terjadi sesuat-"

"No thanks" Silver mengibaskan tangan , lalu segera memakai mantelnya.

"Aku pulang sekarang. Shica , jika ada sesuatu soal Mission Report ku – minta Red langsung menelponku."

Shica tersenyum dan membuka pintu untuk Silver,

"Take care baby girl ~"

Silver melambaikan tangan ke Shica dan segera keluar dari Lantai 9. Ia hanya tersenyum lemah saat bertemu beberapa orang yang dikenalnya.

"Morning Silver ~"

Silver menoleh dan mendapati Mark – anggota Divisi 6 berdiri didepan mesin kopi otomatis. Mark mengambil 2 gelas kertas dan menyerahkan salah satunya ke Silver,

"Bagaimana ? Punya pengalaman menarik berkeliling Spanyol ?"

Mark berjalan bersampingan dengan Silver menuju Lift ,

"Hmmm, just so so … Terlalu sering ke Spanyol membuatku terkadang bosan. "

Mark terkekeh dan menekan angka 1 disamping lift, ia bersandar sambil menatap Silver,

"but their wine still makes you fall in love with that country , right ?" Silver tersenyum ,

"yeah ~ Aku membawa 3 botol White Wine kemarin ~ wanna drink it together ?" Mark langsung mengangguk menerima tawaran Silver. Lift berdenting dan terbuka dilantai 1. Mark memberi gesture pada Silver agar keluar lebih dulu.

"Bye Mark ~ thanks for the coffee !"

Silver melambaikan tangan yang dibalas senyuman Mark. Gadis itu keluar gedung dan mengernyit. Ia menoleh kekanan dan kirinya , matanya memindai setiap sisi lapangan parkir gedung yang lenggang

"Mana mobil Pak Shin …. ?"

Melihat Silver kebingungan , Mark kembali menghampirinya,

"Hey ~ something wrong ?"

Silver mengerjap beberapa kali , sebelum menepuk keras dahinya sendiri,

"Oh shit ! maaf ~ aku lupa jika aku berkendara sendiri hari ini dan meletakkan mobilku di basement ~ sorry ~"

Mark mendengus, "Sejak kapan kau jadi pelupa heh ?"

Silver hanya tersenyum kecil,

"Mau ku ambilkan dari basement ? kau terlihat sangat pucat dan berkeringat hari ini ~" tawar Mark , Silver menggeleng ,

"Oh no ! ~ you don't need to do that ~ i'll go by myself ~"

Baru saja Silver akan berlari ke basement saat ia melihat mobilnya keluar dari sana. Mobil GT-R Black-Blue itu berhenti tepat didepan Silver dan seorang Pria keluar dari sana

"Hello ~"

Silver tersenyum ,

"Hai Baekhyun …"

.

.

.

Kris meletakkan gelas plastic bertuliskan sebuah merk minuman itu diatas meja – ia tersenyum kecil pada Silver,

"Cappuccino Latte Ice. Kesukaanmu…"

Silver langsung menerimanya dan menyesapnya sedikit,

"Thanks Kris ~"

Baekhyun mendengus saat Kris kembali duduk didepannya,

"Sialan ! Kau bahkan tak memesankan minuman untuk ku" Silver terkikik saat mendengar gerutuan Baekhyun.

Kris bersendekap - menumpukan 2 tangannya di meja dan menatap Silver lekat, sebelum akhirnya ia melempar pandangannya ke Baekhyun yang duduk tepat dikiri Silver,

"Tuan Putri kita sedang sakit ~ bagaimana bisa aku menyuruhnya memesan minuman sendiri heh ? Kau punya kaki , Ketua Byun ku yang terhormat ~ jadi kau pasti bisa berjalan kesana sendiri."

Silver segera menahan pundak Baekhyun saat pria itu berdiri akan memukul Kris, si pria tinggi berambut blonde yang jadi sasaran itu malah tertawa,

"Lihat Silver ! Saat ia marah ia terlihat seperti kucing yang mehrong karena tak diberi makan ! Ahahahahaha !"

"YAA !" Pekikan Baekhyun menjadi tanda bagi Silver agar kembali menahan pundak Baekhyun. Ia berdiri lalu segera memukul lengan Kris ,

"Kris cukup ! Ini tempat umum ~ jangan berisik." Ucap Silver , Kris menunjukan OK sign lalu menutup mulutnya. Baekhyun mendengus sebal dan berdiri,

"Sialan kau ! Dasar tower bergigi naga"

Silver tersedak Cappuccino Ice nya mendengar ledekan Baekhyun, ia melirik Kris yang mengumpat.

"Jadi Kris ~ apa semua baik-baik saja ?"

Silver menyandarkan tubuhnya kebelakang sambil memberi tatapan serius ke Kris, yang ditanyai mengambil nafas panjang lalu melirik Baekhyun yang berada di Counter pemesanan. Kris menyondongkan tubuhnya kedepan , sedikit berbisik,

"Baekhyun pernah cerita padaku jika ia merasa diikuti beberapa waktu terakhir ini …. Dan .. dia sedikit .. lebih suka melamun, if you want to know …"

Silver ikut menyondongkan tubuhnya , ia menatap Kris heran,

"Serius ?"

Kris mengangguk,

"Sejak kami ke Barcelona 3 bulan lalu. Sejak itu Baekhyun sering melamun dan terkadang selalu memandang kesekeliling seolah mencari seseorang. Untungnya sikap ini tak menganggu jalannya misi. Tapi buruknya …." Kris menghela nafas lelah ,

Silver mengerjap saat Kris malah diam dan menyesap coffeenya . Silver menepuk lengan Kris,

"Teruskan ceritamu tuan naga !" Desis Silver, Kris memutar mata sebal,

"Kau tahu ? Dia jadi sangat overprotective pada kami." Silver mengangkat satu alisnya heran. Sedikit berpikir –

Sebelum akhirnya ia mengambil nafas panjang saat kepalanya kembali sedikit terasa pusing, ia menyandar kebelakang dan mengambil satu sesapan lagi dari minumannya,

"Alasannya karena dia takut orang yang 'seperti' mengikutinya itu akan melukai kalian ?" Silver membentuk tanda kutip diudara lalu menatap Kris, pria didepannya mengangguk membenarkan.

Silver meminum Cappuccino nya tenang saat Kris memberitahunya dengan tatapan mata ketika Baekhyun mendekati mereka,

"Silver, come with me! there are your favourite bread."

Silver meletakkan minumannya, dan menatap Baekhyun,

"my fav bread ?"

Baekhyun mengangguk, "Chocolate …." Silver menelengkan kepala sebelum tersenyum lebar.

"CHESSEE !" Silver langsung berdiri excited dan berlari menuju counter dengan senyum lebar, Kris tersenyum ke Baekhyun.

"Duduklah Baek ~ biar aku yang menemaninya." Kris menepuk pundak Baekhyun agar sang Ketua Team itu duduk kembali ketempatnya. Kris segera menuju Counter dan mengeluarkan credit cardnya. Terlihat oleh mata bening Baekhyun jika Silver langsung memeluk Kris dan tertawa manis. Baekhyun tersenyum dan menggelengkan kepala ,

"Dasar anak kecil"

Deg !

Baekhyun meletakkan minumannya pelan, ia menelan ludah sulit saat kembali merasa seorang menatapnya lekat. Onyx Baekhyun memindai sekelilingnya dan tatapannya terpaku pada seseorang yang mengenakan jaket kulit hitam dan bertopi hitam disamping pintu masuk.

Orang itu langsung menunduk dalam dan pergi saat Baekhyun menatapnya, melihat si orang tak dikenal itu pergi , Baekhyun segera berlari keluar mengejarnya.

"Excuse me ~ sorry ~ ~" Baekhyun berlari dan mengucapkan beberapa kata maaf saat ia menabrak beberapa orang di jalan. Baekhyun mendecih saat melihat orang itu berbelok kesebuah gang kecil disela-sela pertokoan besar di 'Third Street'. Ketua team Q itu meraba pinggangnya dan bersyukur menyadari jika setidaknya dia membawa 1 pistol.

Langkah Baekhyun terhenti saat ia mendapati orang tadi berdiri menghadap ke jalan buntu. Baekhyun terengah dan berpegang pada sebuah box sampah , bibir tipisnya melepas satu seringai.

"Dead end buddy ~" ucap Baekhyun. Sosok itu diam tak berbalik, terlihat tangannya meraba sesuatu dari sakunya. Baekhyun langsung mengarahkan pistolnya ke arah orang itu sambil berteriak,

"Don't move ! Put your hands up ! Go to your knees ! NOW !" Baekhyun mendekat saat si pria yang ternyata lebih tinggi darinya itu mengangkat tangannya, semakin ia dekat dengan si pria – semakin ia bisa membaui sebuah aroma manis dan dingin.

Sesuatu yang sepertinya …

Familiar ….

Dor !

Dor !

Baekhyun reflex merunduk saat 2 tembakan dilepas ke sisi kanannya, ia segera menjauh dan bersembunyi di balik box sampah. Baekhyun mengumpat dan melihat ke atas,

"Shit ! What the hell with that helicopter ?!"

Baekhyun mengarahkan senapannya , dan

Dor !

Dor !

Ia menembakan tembakan balasan.

Dor !

Dor !

Dor !

Dor !

Ia merapatkan diri ke balik Box saat merasa helicopter itu menembakinya lagi. Baekhyun meraih ponselnya – baru saja ia akan menekan Dial , ia merasa seseorang berdiri beberapa langkah didepannya.

"Dead end ? No …. It's the beginning of our way sweet heart ~"

Baekhyun menatap horror pria tadi – dia mengarahkan revolver warna peraknya tepat ke arah kepala Baekhyun.

Dor !

Baekhyun semakin membulatkan mata saat mendapati pria tadi tertembak tepat dibagian tangan yang memegang senapan, Baekhyun menoleh ke arah ujung gang dia mendapati Silver dan Kris berdiri disana.

"Shit !" Baekhyun mendengar pria itu mengumpat dan mundur hingga bersandar ke tembok. Tangannya mengucurkan darah segar ,

"Don't Move !" teriak Silver sambil tetap mengarahkan senapannya ke arah si pria yang terhuyung kebelakang. Tiba-tiba pria itu terkekeh kecil – kemudian ia mengangkat tangannya , Silver dan Kris mendekat – namun…

Slash !

Si Pria tertarik keatas , mata abu-abu Silver mendapati jika ditangan lain pria tadi terikat tali yang terhubung dengan helicopter diatas mereka. Kris segera mengarahkan senapannya kearah si pria tadi,

Dor !

Dor !

Dor !

Bukan—itu bukan tembakan Kris melainkan itu tembakan si pria tak dikenal. Pria itu menembaki atap disekitar Baekhyun. Kurang dari 30 detik helicopter tadi sudah terbang tinggi dan pergi , saat itu juga Silver membulatkan mulutnya tak percaya – begitu juga Baekhyun dan Kris.

"What the hell ?!" Silver mengumpat dan berlari menaiki sebuah tangga menuju atap bangunan disampingnya. Gadis berusia 19 tahun itu semakin menganga.

Kini … dilangit pagi New York terbang ribuan balon berbentuk hati warna putih dan pink. Balon-balon itu sebelumnya terikat diatas atap dimana Baekhyun mengejar si pria. Silver menaiki atap dan menangkap 8 balon yang berwarna merah terang. Ia mengernyit mendapati tulisan dibalon-balon itu , setelah beberapa saat ia segera melompat turun dengan wajah merengut sebal,

"That man …." Ucap Silver sambil memberikan balon berwarna merah darah itu ke Baekhyun. Kris mengernyit,

"Kau mengenalnya ?" Tanya Baekhyun dan Kris bersamaan. Silver menggeleng lalu ia bersandar ke dinding sambil memasang wajah sebal,

"Isn't he your boyfriend Baek ?"

Baekhyun tersedak ludahnya mendengar kata Boyfriend . Ia menjawab Silver dengan gelengan sebelum ia melihat balon-balon tadi. Kris membaca salah satunya dan tertawa kaku ,

"Wow …. That's … s… sweet …"

Silver mengangguk, "Something between sweet and Crazy , actually" tambahnya. Baekhyun mengernyit dan semakin mengernyit saat membaca tulisan-tulisan disana,

'You know that i'll always love you right ?'

'I Love You Baby … I Love You FOREVER'

'You're the best thing that i ever had'

'I'll find you and choose you …. Even in a hundred lifetimes"

'I Miss you so bad honey ~'

'You're mine'

'I never let anyone take you away from me'

'I love you with all my heart and blood'

"something creepy too…" Baekhyun berucap sambil menghela nafas panjang. Silver mengedikkan bahu lalu segera berlalu pergi.

"Siapapun itu Baek … dia bukan orang biasa" Kris berbisik sebelum berlari mengikuti Silver.

.

.

.

Baekhyun , Kris dan Silver kembali ke Galaxy Building untuk mencari tahu siapa pria tadi. Mereka memasuki gedung dengan menarik perhatian banyak orang karena balon yang dibawa Baekhyun.

Silver menelan Roti Coklat-kejunya lalu berbisik, "Why you still bring that fucking baloons ?!" Baekhyun langsung mendelik ke arah si gadis.

"Language miss ~ ~" Baekhyun memelototinya, Silver merengut dan berjalan mendahului – tiba-tiba didepannya berdiri seorang Wanita yang familiar,

"Oh ?! Miss Jia ?"

"Silver follow me ~ we need to talk …" Jia memasang wajah datar andalannya. Ia baru saja akan berlalu sebelum kembali berbalik dan menatap Baekhyun dengan alis terangkat,

"What the hell with that Baloons Baekhyun-ssi ?"

.

.

.

Baekhyun tak pernah menyangka …. Sekuat ini takdir mengikatnya dengan pria itu …

Silver tak pernah menyangka …. Sekuat ini takdir menjauhkannya dengan pria itu …

Chanyeol tak pernah menyangka … sekuat ini takdir memihak padanya ….

Dalam sebuah edisi kehidupan dimana darah dan membunuh adalah kewajaran , Chanyeol dan Silver berusaha menggenggam serta mempertahankan kehidupan cinta mereka masing-masing …


A/N :
New Story :D

CHanBaek and OC pairing :D

YAOI feat Straight :DD

Please RnR :D