.

.

.

.

.

.


I'm here for you


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pairing: HunHan

Genre: Angst, sad, shounen-ai

.

.

.

.

.

.

.

.

Summary:

Melihatmu tersiksa seperti ini sangat menyakitkan. Mereka sudah pergi, meninggalkan kita disini. Tapi jika kau ingin menyusul mereka, aku akan menemanimu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Gloomy Sunday the Series


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tubuh lelah itu berjalan dengan pelan di trotoar. Matanya yang indah menatap kosong jalan didepannya. Semua orang yang berpapasan dengannya menatapnya, tapi dia tidak peduli. Luhan sangat ingin bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukannya, tapi tubuhnya yang terlampau lelah tidak bisa diajak berlari.

Ia sampai di taman yang ramai dengan orang-orang berbaju sama, di sebuah bangku taman, ia melihat seseorang yang sangat di kenalnya. Lelaki bermata jernih itu mendekatinya. Luhan langsung memeluk orang itu dari belakang. Merasakan tubuh yang dipeluknya menegang, ia tersenyum tipis.

"Merindukanku?" Tanya Luhan.

"..."

"..." Yang di peluknya tidak menjawab.

"Aku merindukanmu Sehunnie."

"..."

"..." Sehun tetap diam, matanya menatap lurus ke depan.

"Sehun... Apakah kau merindukanku?" Suara Luhan bergetar.

"..."

"..." Sehun masih diam, matanya menatap kosong.

Setetes airmata mengalir dari sudut mata Luhan. Pelukannya pada tubuh ringkih itu mengerat.

"Sehun... Katakan sesuatu..." Bisik Luhan. Airmata yang sedari tadi ditahannya meluncur begitu saja. Tubuh Luhan bergetar. Ia merasakan hatinya di tusuk setiap melihat Sehun yang selalu seperti ini. Luhan tidak menyembunyikan emosinya. Ia sudah lelah berbohong.

"Aku..."

Luhan mengangkat kepalanya. Matanya melebar mendengar Sehun akhirnya mengucapkan sesuatu.

"Merindukan... Mereka..."

Hati Luhan semakin sakit mendengarnya. Luhan menangis semakin keras, menumpahkan emosinya.

"Aku... Ingin... Bertemu... Mereka..."

Luhan tidak tahan.

Mendengar kata-kata itu keluar dari bibir tipis Sehun membuatnya ingin bunuh diri.

Tidak. Tidak boleh.

Sehun tidak boleh menyusul mereka.

"Luhan hyung..."

Luhan mengusap airmatanya. Ia berjalan memutari bangku. Luhan berjongkok di depan Sehun. Sehun menatapnya dengan matanya yang kosong. "Ya Sehunnie?" Tanya Luhan dengan senyum manis.

"Mereka pergi kemana? Kenapa meninggalkan aku disini? Apa mereka tidak sayang padaku?"

Senyuman hilang dari wajah Luhan. Airmata kembali mengalir tanpa bisa ditahan. Luhan menggenggam tangan Sehun.

"Mereka menyayangimu Sehun. Mereka hanya pergi sebentar, mereka meninggalkanmu karena saat itu kau sakit. Mereka menitipkanmu padaku." Luhan menjawab dengan suaranya yang bergetar. Mengatakan kata-kata dusta yang manis rasanya sangat menyiksa.

Luhan mengutuk siapapun yang menabrak van mereka. Membuat mereka pergi jauh meninggalkan Sehun yang sekarat dirumah sakit setahun yang lalu.

"Memangnya mereka pergi kemana?"

Itu adalah pertanyaan paling mengerikan untuk dijawab.

"Ke... Surga..."

Dan itu adalah jawaban paling menyakitkan yang diucapkannya.

"Apa mereka akan menjemputku nanti?"

Luhan menangis, menatap mata Sehun yang tidak memiliki jiwa. Mata yang sudah selama satu tahun ini tidak memiliki kehidupan.

Luhan memeluk Sehun dengan erat, Sehun tidak membalasnya, ia diam masih dengan wajah tanpa ekspresi.

"Jika sudah waktunya, kita akan menyusul mereka..."

Sehun diam, tangannya perlahan terangkat. Tangan kurusnya memeluk tubuh ramping Luhan.

"Janji...?"

Luhan ingin mati saja rasanya. Melihat Sehun yang tersiksa batin seperti ini lebih menyakitkan daripada saat meninggalkannya.

Luhan menyesal.

"Iya... Janji..."

Luhan mengutuk dirinya sendiri.

Ia benci saat tidak bisa melakukan apa-apa. Melihat orang-orang yang berharga baginya pergi jauh membuatnya sangat tersiksa.

Apalagi melihat seseorang yang berada dihadapannya ini.

Luhan menatap Sehun, tangannya yang bergetar mengelus kedua sisi wajah Sehun. Ia akan menjaga Sehun. Luhan akan selalu berada disisi Sehun.

Tidak peduli apapun yang terjadi.

Ia tidak akan membiarkan Sehun menyusul mereka sendirian.

Kalau bisa Luhan akan membawa dua orang lainnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

~End Chapter one~