.
Disclaimer: All of the characters and NARUTO itself are Masashi Kishimoto's but the story is purely mine.
Warning: AU, plot rush, many undeteccable typo(s), OoC, garing, jauh dari kata sempurna, etc.
.
.
.
First Meeting: Strange Fate
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Langit menggelap didominasi hitam. Manusia-manusia telah melepas penat, dalam selimut mereka meredam. Uchiha Sasuke, lawyer usia matang baru saja menyelesaikan pekerjaannya sehingga di sini ia berdiam. Menunggu lift untuk mengangkut tubuhnya menuju apartemennya di lantai dua puluh enam.
Ting!
Lift sampai di lantai dua, rupanya ada yang menekan tombol agar lift berhenti. Hadirlah perempuan bersurai gulali. Di pelupuk mata, likuid bening berurai. Ia menangis, menumpahkan segala kegundahan hati. Memuntahkan segala sakit yang kian diratapi. Matanya sudah membengkak dengan napas yang tak terkendali. Namun, perempuan itu masih mengubur segala sakit hari demi hari.
Sasuke hanya bisa diam karena tidak tahu. Bukan tak peduli, ia tak tahu. Ekspresi perempuan itu nampak sendu. Wajahnya menggambarkan kesedihan di samping parasnya yang ayu.
Pria itu menghela napas, satu cup coffee tergenggam dalam tangan kanan. Minuman hangat yang belum tersentuh itu ia julurkan. Bermaksud untuk membuat perempuan itu agar merasa lebih nyaman. Emerald wanita yang namanya masih belum diketahui itu menatap Sasuke dengan air mata yang beruraian. Ia hanya berusaha menarik kedua sudut bibirnya kemudian menggeleng pelan.
Namun, kemudian hal aneh ini terjadi. Sebenarnya memang hal janggal terjadi sejak tadi. Lantas kenapa Sasuke baru benar-benar menyadari?
Perempuan itu menarik simpul bibirnya. Ia memamerkan senyuman lebarnya. Kalau diteliti lebih dekat, wajahnya merah merona. Nah, 'kan, bau alkohol mulai terasa.
"Nona, daijoubu ka?" tanya Sasuke dengan nada datar khasnya.
"Kuda …," lalu satu kata itu terlantun dari bibir mungilnya.
Ha?
Dia bilang apa?
Kuda …?
Pria berambut raven itu mengerutkan kening. Firasat buruk menyambangi, membuat kepala mulai pening, "Hn?"
"Aku mau naik kuda, hiks, hiks …," perempuan itu mulai merengek bak anak kecil. Bibirnya cemberut menyebalkan minta disentil.
Ajaib, perempuan itu mulai melingkarkan tangan ke lengan Sasuke dengan erat. Tak mau lepas bagai lem pekat ia merekat. Kedua emerald jernih berkaca milik perempuan itu menatap Sasuke lekat-lekat. Ia mengandalkan jurus puppy eyes yang di mata Sasuke malah seperti anjing nekat.
Sebentar lagi lift sampai di lantai dua puluh enam dan Sasuke masih bingung harus apa. Masalahnya, lawyer ini tak tahu tujuan perempuan di sebelahnya lantai berapa. Jadi, ia harus bertanya pada siapa?
"Kuda, aku mau naik kuda, huaaaaa," air mata perempuan itu semakin deras. Goncangan yang ia lancarkan pada tubuh Sasuke semakin keras. Demi Tuhan, Uchiha Sasuke ingin melemparnya dengan kopi panas.
"Kenapa? Kau tak mau membiarkanku naik kuda? Aku ingin kuda!" tangan mungil perempuan itu mulai meraih helaian surai kelam milik Sasuke dengan satu cengkraman.
Ting!
Lalu, benda balok yang tadi membawanya dan perempuan itu berhenti. Sasuke bernapas lega dalam hati. Namun ternyata mimpi buruk lain menanti. Lift terbuka dan menampilkan sesosok wanita usia setengah abad yang sangat Sasuke hormati dan sayangi. Uchiha Mikoto, ibunya yang hanya mampu memberikan tatapan heran tersirat berarti.
"Kuda …, ini 'kan keinginan anak kita, juga, Anata."
Krik.
Krik.
Krik.
Rasanya pasokan udara menjadi mencekik dengan atmosfer yang aneh. Lengan si merah muda yang melingkari tangannya membuat semuanya semakin keruh. Diam-diam Sasuke berpeluh. Kenapa juga telapak tangan perempuan itu sekarang berpindah, mengelus perut ratanya, sih? Ia melirik nametag yang melingkari baju perempuan itu, bagian kerah.
Mikoto membulatkan mata, ia memekik terkejut, "Astaga!"
Hei, Haruno Sakura, pertemuan pertama macam apa ini? Terkadang takdir memang selucu ini. Lantas bagaimana dengan kehidupannya setelah ini?
.
.
.
.
.
end
.
.
.
a/n: Inspired by Akagami no Shirayuki Hime ep 9, yang Shirayuki mabok terus menggumam dia gabisa naik kuda lol x') ini humor-nya soft, semi garing. Garing banget sih. Mana pendek pula, semoga aja ngerti sama keabsurdanku, ya. Jujur, susah juga ngetik ini fic :")
Terima kasih untuk yang sudah baca sampai sini :) jangan lupa tinggalkan jejak, ya! :D
