Al-Shira Aohoshi deviantArt
Proudly Presents
.
a 2011 NARUTO FanFiction
©Andromeda no Rei
.
.
太陽のMelody
[Senandung Sang Surya]
.
T-Rated
Family/Humor/Romance/Friendship/Drama
All Straight Pairings
.
Standard Disclaimer Applied
.
Warning :
Alternate Universe, (a little)OOC, Typo, (maybe)Fluffy, aneh-ngaco-abal
.
DON'T LIKE? Then get back to your world!
.
.
.
.
~prologue~
"NARUTOOOOO~!"
"Huaaa maaf, Inooo~! Aku nggak sengaja!"
"Cuci sampe bersih!"
"Apaan! Aku 'kan udah minta maaf!"
"Berisiiiiiikk~! Pagi-pagi sudah ribut!"
"Hoeee, Nee-chaaaannn~! Ino jahaatt!"
"Apa? Enak saja! Kau yang salah kok!"
"Tapi aku sudah minta maaf!"
"Tapi maaf aja nggak cukup!"
"Tapi yang penting ak—HIIIIII~! Nii-chan cepat cuci muka!"
"Aku masih ngantuk un~"
Eh? Apa-apaan ini? Starting with a mess? Ahh, maaf ya, semuanya. Perkenalkan, namaku Namikaze Ino—seorang gadis belia berusia 16 tahun yang cantik jelita sepanjang masa dan bakal jadi 17 tahun pada tanggal 6 Oktober nanti. Dan anak laki-laki berisik yang menumpahkan susu coklat pada piyama biru laut kesayanganku ini adik-lima-menitku, Namikaze Naruto.
Rambut pirang cemerlang dan mata biru menggoda. Bukankah kami dua bersaudara yang sempurna?
Ahh, hampir lupa. Kami sebenarnya adalah dua anak bungsu dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina—sepasang suami istri sempurna dengan paras yang—wow—luar biasa! Ayahku, Minato, memiliki rambut jabrik pirang dan sepasang iris biru yang indah. Tubuhnya tinggi tegap. Senyumnya—ah, bisa bikin semua wanita klepek-klepek! Aku yakin dulu ibu berjuang mati-matian untuk menjauhkan ayah dari gerombolan wanita pemakan pria tampan. Ew. Well, mungkin aku berlebihan. Tapi—hei! Ayah kami ini benar-benar tampan! Sekarang ia bekerja sebagai kepala sekolah sebuah sekolah dasar negeri yang cukup terkenal.
Hmm... lalu, ibu. Ya, Uzumaki Kushina adalah nama asli ibu kami—sebelum ia menikah dengan ayah dan menjadi Namikaze Kushina, dan melahirkan kami ke dunia. Seorang wanita tomboy yang cantik jelita, dengan rambut merah sepanjang pinggang rampingnya. Ne, pria mana yang bisa tahan dengan kedua mata violet ibu yang indah dan senyumnya yang menawan? Tapi di balik itu semua, nggak ada yang tahu kalau ibu adalah wanita yang super ganas! Waw, kuharap kau nggak macam-macam jika bertemu dengannya.
Lalu—hei, Naruto! Kau ngapain di situ?
Minggir, Ino! Sekarang giliranku, tahu! Oh, halo semuanya! Si tampan Namikaze Naruto sudah hadir di sini! Seperti yang sudah dijelaskan Ino tadi bahwa kami adalah saudara kembar! Yeah! Aku tampan—seperti ayah, dan Ino jelek. Ah, iya Ino, maaf deh—jangan men-deathglare-ku seperti itu. kakak-lima-menitku, Ino, adalah salah satu cewek populer di sekolah, meski nggak secantik dan sepintar Sakura-chan, sih.
Aa, ngomong-ngomong, kami belum memperkenalkan kakak-kakak kami, ya? Baiklah, akan kumulai dari si sulung—Deidara-niichan! Itu dia, di sebelah sana. Cowok berambut pirang sebahu, bermata biru, yang lagi menggosok gigi di westafel. Deidara-niichan usianya 22 tahun dan sekarang ia bekerja sebagai koki di sebuah bakery di pusat kota Konoha. Hmm... sepertinya Deidara-niichan mewarisi bakat memasak ibu. Masakannya selalu enak, lho! Hanya saja kadang nii-chan begitu pemalas.
Nah, kalau cewek bermuka sangar yang lagi merapihkan meja makan itu kakak perempuanku, Temari-neechan. Rambut jabrik yang dikuncir empat dan mata biru tajam, bukankah dengan itu nee-chan jadi cewek paling ganas di kampusnya? Ganas dan cerewet, persis seperti ibu. Nee-chan usianya 20 tahun dan kuliah di Konoha University jurusan teknik mesin. Benar-benar kelaki-lakian, ne.
Kami adalah empat bersaudara Namikaze yang beruntung. Kau tahu kenapa? Karena kami memiliki orangtua paling menyenangkan sedunia! Keluarga kami sederhana, layaknya keluarga bahagia pada umumnya. Paling nggak, sebelum peristiwa memilukan itu terjadi.
Ah, maaf, maaf! Sepertinya aku mulai ngaco.
.
.
.
Aku memutar tubuhku untuk yang ke sekian kalinya di depan cermin besar di sebuah kamar minimalis dan rapih di lantai dua rumah Namikaze, kamarku. Rambut pirang panjangku terikat ponytail tinggi dengan beberapa helai menutup sebagian wajah kananku. Seragam sailor-ku rapih dengan kaus kaki hitam setinggi beberapa senti di bawah lutut.
Sekali lagi aku menatap bayangan diriku di cermin dengan senyum puas. Aku siap mengawali pagi ini dengan senyum cerah mentari. Hari pertama sekolah setelah ujian memuakkan dan libur panjang, aku siap menjadi siswa kelas dua SMA Konoha!
Kudengar Naruto meneriakkan namaku dari bawah. Sepertinya kami memang harus segera berangkat atau terlambat dan berurusan dengan komite kedisiplinan sekolah.
Aku menuruni tangga menuju ruang tengah sedikit terburu-buru. Bisa kulihat seluruh anggota keluarga tengah bersiap menjalankan aktivitas harian masing-masing. Di depan westafel ayah sedang merapihkan dasi abu-abunya sambil bercermin, sedangkan Deidara-niichan sibuk membongkar rak dan bufet—mencari dompet kulit pemberian ibu yang sering ia tinggalkan hampir di setiap sudut rumah, dan melupakannya. Temari-neechan? Ah, sepertinya masih berdandan di kamarnya.
"Woi! Inooo~!" Naruto melambaikan tangan kirinya padaku dari halaman depan. Sebelah tangannya memegang setang sepeda, alat transportasi sederhana yang biasa aku dan naruto kendarai ke sekolah.
"Ayah, aku berangkaaatt~!" seruku seraya melambaikan tangan pada ayah yang hanya dibalas dengan sahutan 'hati-hati' pelan.
Tapi langkahku terhenti di genkan. Sebelum menyentuh sepatu, aku memperhatikan sebuah foto yang terletak di meja kecil di dekat getabako. Foto seorang wanita berambut merah yang sedang tertawa lepas. Aku tersenyum menatap foto itu, dan sedikit mengusap bingkainya.
"Ibu..." ujarku pelan. "...aku berangkat sekolah dulu, ya."
Dan tanpa berpaling lagi, aku berlari ke halaman depan—menghampiri Naruto yang sudah siap dengan sepeda kami.
"Lama sekali, sih," ujarnya kesal.
"Gomen ne, ini 'kan hari pertama kita jadi kelas dua," jawabku santai seraya duduk di boncengan belakang sepeda. "Jadi harus tampil maksimal."
"Nggak bakal ngefek apa-apa juga."
"Biarin."
"Huaah, Ino! Kau berat, tahu."
"Apa katamu?"
BLETAKK
.
.
.
Eh? Ino belum ngasitahu, ya? Ibu kami yang cantik itu—Namikaze Kushina—meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas tujuh tahun yang lalu.
Ne, Ibu. Apa kabarmu sekarang? Hari ini aku dan Ino resmi jadi siswa kelas dua. Itu artinya kami bakal punya junior! Ahh, nggak sabar ingin ketemu dengan Sasuke dan yang lainnya.
Ibu—ibu tahu nggak? Kami semua sangat menyayangimu.
Kami tahu ibu berada di tempat yang lebih indah sekarang.
.
.
Oh ya—hei, kalian! Ngomong-ngomong, kalian punya masalah dengan what so called cinta? Kalau iya, ayo cepat hubungi kami! Si kembar Namikaze dengan senyum bak matahari yang bisa mengatasi persoalan cinta anak remaja jenis apa pun!
Yosh! Client pertama kira-kira siapa, ya?
.
.
.
.
つづく
[to be continued]
Author's Note :
Genkan : tempat untuk melepas/memakai alas kaki yang terletak di depan pintu masuk sebelum masuk ke dalam rumah (umunya di rumah-rumah jepang).
Getabako : rak untuk menyimpan alas kaki di genkan.
Ahahahahahahhahahahaahha tiba-tiba kepikiran ide ini; eh, si naruto, ino, dei, dan temari itu kalo dipratiin mirip ya? Rambut pirang, mata biru. Cocok jadi sodara! Dan TARAAA~! Lahirlah fic ini ohohohoho...
Jenuh dengan semua persoalan yang ada, rei bikin fic santai dengan plot ringan juga ^^ nanti mungkin Cuma bakal jadi 4-5 chapter aja kok. Yosh, semoga reader suka~ dan tunggu aja kehadiran all straight pairings favorit kalian! siapa aja yaa xD
Read & Review, PLEASE? おねがい~
Salam,
Al-Shira Aohoshi
a.k.a Andromeda no Rei
