Disclamer: Vocaloid belongs to Yamaha and Crypton Future Media
Warning: AU, OOC, Shounen-ai, Male Harem, Humor garing
My Harem?
Hari ini adalah hari baru bagi seorang pemuda berambut pirang, Kagamine Len. Hari ini ia masuk ke sebuah sekolah khusus para cowok, Voca Gakuen. Entah kenapa Len ingin berpisah dari kembarannya yang cerewet itu untuk masa SMA ini.
"Len-chan~ Kau benar-benar masuk sekolah ini ya?" tanya Rin ketika ia mengantarkan Len, saudara kembarnya ke sekolah barunya itu. Sekolah Rin hanyalah SMA biasa, tapi jaraknya lumayan dekat dengan sekolah Len.
"Iya. Kan aku sudah bilang padamu." ujar Len.
"Hmm... Iya deh..." Rin cuma bisa ngomel-ngomel gaje dalam hati. Sebenarnya ia tidak rela berpisah dengan Len karena satu hal, dia sedikit mengalami brother complex. "Hati-hati, Len-chan. Kamu tidak tahu ada berapa banyak pemuda pervert disini, apalagi kamu shota."
"AKU BUKAN SHOTA!" jerit Len cukup kencang hingga Rin harus memakai penutup telinga. Beruntung teriakan Len tidak menghancurkan(?) gedung sekolah itu.
"Baiklah! Shota, aku pergi dulu..." seru Rin sambil berlari meninggalkan Len dalam kondisi amarah yang memuncak setinggi puncak Monas(?).
"Huh! Kenapa Rin selalu membuatku gila?" keluh Len sambil berjalan perlahan memasuki gedung sekolahnya itu.
Tapi tanpa Len sadari, ada seorang pemuda berambut biru yang memperhatikan sosok Len dari tadi. Dan entah ada angin dan bunga sakura darimana yang menjadi latar belakang pemuda itu. Padahal sekarang sedang musim gugur.
"Cantiknya..." gumam pemuda itu.
Len berjalan menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua, sekarang ia kelas 1 SMA. Tepatnya ia berada di kelas 1-2 di lantai dua, ia melihat kertas kecil yang berisikan letak menuju kelasnya.
"Dimana ruangannya? Nanti nyasar lagi." gumam Len.
Ia melihat ke depan dan ketemu juga kelas 1-2. Tiba-tiba ada seorang guru yang berjalan mendekati Len. Len melirik ke arah guru itu, itu guru wanita. Padahal sekolah ini kan khusus cowok.
"Kamu Kagamine Len, murid baru kan?" tanya guru itu.
"I... iya..." jawab Len.
"Saya Meiko Sakine, wali kelasmu. Ayo kita masuk." Meiko langsung masuk ke kelas dan Len menunggu di luar.
Dan suasana kelas itu sedang ribut-ributnya. Ada murid yang bermain lempar-lemparan kertas, ada yang mukul-mukul meja(?) dan ada yang memecahkan kaca(?). Ibaratkan saja suasana kelas itu sangat ribut.
"DIAM!" teriak Meiko sambil menaruh buku-buku dengan kasar. Murid-murid itu langsung diam dan duduk di bangku masing-masing. Seribut apapun mereka, mereka akan langsung diam jika mendengar teriakan Meiko. Meiko terkenal sebagai guru yang termasuk sadis.
Meiko langsung saja berdehem dan membuat penampilannya terlihat baik, padahal semua murid-murid tahu itu aura membunuh wali kelas mereka.
"Selamat pagi, anak-anak." sapa Meiko.
"Pagi Sakine-sensei." ujar anak-anak yang diselimuti ketakutan(?).
"Hari ini kita kedatangan murid baru, memang cukup telat mengingat ia masuk di pertengahan semester. "Ayo masuk."
Lalu Len memasuki kelasnya. Entah apa yang merasuki pikiran teman-teman satu kelas Len itu, mereka melihat Len bagaikan melihat malaikat(?). Ada yang terpesona melihatnya, tampaknya masih mending karena ada yang sudah pingsan karena kehabisan darah(?).
"Nah, perkenalkan dirimu." ujar Meiko.
"Namaku Kagamine Len. Salam kenal." ujar Len.
"Salam kenal." jawab murid-murid serempak bagaikan paduan suara.
"Hmm... Kagamine-kun, kamu duduk di sebelah..." Meiko melihat-lihat dimana kursi yang cocok untuk Len tempati. "Ah, disana di bangku keempat. Disebelah Utatane Piko-kun."
"Iya." Len berjalan menuju tempat yang Meiko tunjuk tadi dan duduk di sebelah Utatane Piko.
"Salam kenal, Utatane-kun." ujar Len.
"Salam kenal." balas Piko.
"Baiklah. Kita mulai belajar." Meiko langsung saja memberikan pelajaran, dan murid-murid yang lain menyimak. Setidaknya berpura-pura menyimak, daripada dilempar botol sake.
.
.
.
Jam istirahat siang sudah tiba. Semua murid pergi ke kantin, kecuali beberapa murid dan termasuk Len dan Piko. Kebanyakan dari mereka lebih menghabiskan waktu di kelas saja.
"Ah, Piko-kun..." panggil teman yang berada di sebelahnya.
"Ada apa?" tanya Piko.
"Kau tidak mengajak Len-kun untuk melihat-lihat gedung sekolah? Kurasa itu perlu."
"Ah, iya juga ya," gumam Piko. "Bagaimana, Len? Kamu mau?"
"Baiklah..." ujar Len.
Mereka berdua keluar dari kelas dan mengelilingi gedung sekolah. Entah hanya perasaan Len atau apa, tapi beberapa anak-anak melihat ke arahnya. Apa karena ia murid baru? Len tidak mau memikirkannya lagi.
"Ini ruang musik," ujar Piko sambil menunjuk ke arah kiri. "Paling pojok adalah lab penelitian."
"Oh~" Len hanya ber-oh ria saja dan berkeliling melewati beberapa ruangan.
"Mau melihat-lihat lantai tiga?"
"Baiklah..."
Piko mengajak Len menuju lantai tiga, disana kelas para murid kelas dua dan ruang guru. Disana juga ada beberapa ruangan yang biasa dipakai untuk anak-anak dari club film dan perpustakaan. Len tetap mengikuti langkah Piko.
Beberapa senpai yang melihat Len langsung berbisik-bisik saja, sebenarnya Len bingung kenapa tiap murid melihatnya begitu. Apa ada yang salah dari dirinya? Tampaknya tidak.
Tanpa mereka berdua sadari ada seorang pemuda berambut biru yang memperhatikan mereka. Langkahnya langsung terhenti ketika melihat sosok Len yang manis itu.
'Oh... My sweet angel.' ujar pemuda itu tanpa mengedipkan matanya. Tampaknya pemuda itu tidak memperhatikan tempat dimana ia berdiri.
Meiko yang akan memasuki ruang guru merasa dihalangi oleh pemuda itu. Langsung saja Meiko mengeluarkan botol sake yang dia simpan di balik jasnya dan memukul kepala pemuda itu. Untung pemuda itu baik-baik saja.
"Kau jangan menghalangi jalan saja, Kaito Shion!" seru Meiko.
Pemuda yang bernama Kaito Shion itu cuma senyam-senyum gaje ke arah Meiko. Lagi-lagi Meiko memukulnya, untung kepala Kaito tidak terluka.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Meiko.
"Aku melihat bidadari, sensei." ujar Kaito.
"Hah? Kamu mabuk atau apa?" Meiko langsung saja menyeret Kaito ke ruang guru. Kaito yang masih berada dalam angan-angannya itu langsung mengikuti saja. "Daripada kamu menggila disini, lebih baik bantu aku."
"Ah... Bantu apa, sensei?" tanya Kaito.
Meiko langsung saja memberikan tumpukan kertas-kertas pada Kaito. Kaito memperhatikan tumpukan kertas yang ia pegang, sangat banyak dan tinggi. Kaito cuma bisa sweatdrop melihatnya.
"Apa ini?" tanya Kaito.
"Itu nilai quiz murid-murid kelas satu. Tolong kamu bagikan ya?" pinta Meiko.
"He? Sebanyak ini?"
"Kenapa? Tidak mau?"
Merasakan aura membunuh milik Meiko, Kaito Cuma bisa nurut aja. Iya, cari aman istilahnya. Sudah cukup kepalanya dipukul pakai botol sake, jangan sampai badannya juga. Kaito langsung saja pergi dari ruang guru dan menuju lantai dua, ruangan murid-murid kelas satu.
"Haduh... Kenapa Meiko-sensei bisa jadi guru? Galak banget gitu..." keluh Kaito.
.
.
.
Setelah membagi kertas ulangan ke kelas 1-1-, sekarang giliran kelas 1-2. Para murid senang melihat senpai mereka datang ke kelas mereka. Beberapa ada yang berteriak dengan senang, Len dan Piko yang baru saja kembali bingung kenapa teman-teman mereka berteriak begitu.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Len.
"Ah~ Kaito-senpai ternyata." gumam Piko.
"Siapa itu?"
"Senpai yang cukup terkenal di sekolah ini. Sebenarnya masih ada tiga senpai lagi, dia salah satunya."
"Oh..."
Kaito langsung saja berdiri di meja guru, ia menaruh kertas-kertas ulangan itu di depan meja. Murid-murid yang lain langsung duduk tenang, tampaknya mereka lebih suka kedatangan Kaito daripada Meiko.
"Baiklah... Hmm, yang namanya aku panggil. Maju ke depan ambil ulangan kalian ya?" ujar Kaito sambil melihat-lihat kertas ulangan.
"Baik..." seru anak-anak.
Lalu Kaito membagikan kertas ulangan ke anak-anak kelas 1-2, Len hanya terdiam saja. Ini hari pertamanya masuk dan ia tidak tahu ada ulangan atau apa. Akhirnya Kaito sudah selesai membagikan semua kertasnya.
"Ada yang belum dapat?" tanya Kaito.
"Len-kun, senpai." ujar salah seorang teman mereka.
"Len-kun?"
"Hei, Len-kun kan murid baru. Tentu ia belum tahu." ujar Piko.
"Ano... Apa nilai ulangan ini penting?" tanya Len.
"Sebenarnya ini hanyalah nilai quiz saja. Tidak terlalu penting." ujar teman yang lain.
"Oh begitu..."
"Mana yang bernama Len-kun itu?" tanya Kaito.
Len langsung menoleh ke arah Kaito, ketika Kaito memanggilnya. Dan Kaito langsung saja membatu. Len, yang sedang menatapnya adalah orang yang menarik hatinya, bidadari-nya.
Kaito tidak mengedipkan mata ketika melihat Len. Jujur Len merasa risih diperhatikan seperti itu, ia langsung saja menghindari tatapan mata Kaito. Kaito segera mendekati Len dan berdiri di sampingnya.
"Kamu Len-kun? Aku Kaito Shion, salam kenal." ujar Kaito.
"Salam kenal." ujar Len pelan tanpa memperhatikan wajah Kaito.
"Ah~ Jangan menghindari kontak mata, Len-kun."
"Aku tidak..."
Tiba-tiba bel masuk berbunyi, Kaito sedikit merasa kesal karena ia harus keluar dari kelas ini. Kelas dimana bidadari-nya berada. Ah, Kaito memang sedang dimabuk asmara.
"Baiklah. Sampai jumpa Len-kun dan semuanya..." ujar Kaito yang langsung meninggalkan kelas itu dan menuju kelas lain.
"Sampai jumpa..."
"Wah, wah... Kamu harus hati-hati Len-kun." bisik Piko.
"Memangnya kenapa?" tanya Len.
"Ini baru gosip. Kaito-senpai itu katanya seorang gay. Apalagi tadi ia melihatmu seperti itu."
Len sedikit terkejut mendengarnya, baru hari pertama ia masuk sekolah sudah mendengar cerita yang tidak mengenakkan seperti itu. Len hanya menghela nafas saja.
'Apa aku salah masuk sekolah ini?' batin Len yang menangisi dirinya(?).
Hari sudah berganti sore, waktunya pulang sekolah. Semua murid sudah pulang menuju rumah masing-masing. Len juga ingin pulang menuju rumahnya, tapi tanpa ia sadari Kaito berada di belakangnya.
"Hai, Len-kun." sapa Kaito sambil menepuk bahu Len.
Len sedikit terkejut dan langsung mengambil langkah jauh dari Kaito. Kaito yang melihatnya hanya tertawa kecil saja.
"Sebegitu takutnya padaku, Len-kun?" tanya Kaito.
"Ah, tidak..." gumam Len.
Tiba-tiba Kaito langsung saja memeluk badan Len, Len sangat terkejut dibuatnya. Mungkin gosip itu memang benar. Len menjadi ngeri sendiri membayangkannya.
"Ah~ Kamu manis sekali, Len-kun~" goda Kaito.
"Senpai, lepaskan aku." ujar Len.
"Hmm~ Bagaimana ya?"
"Ckck... Kamu belum bisa menghilangkan kebiasaanmu itu, Kaito." ujar seseorang. Kaito dan Len menoleh ke arah orang itu, seorang pemuda berambut hijau tosca.
"Mikuo-kun?" gumam Kaito.
Pemuda bernama Mikuo itu berjalan mendekati mereka berdua, ia hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Kaito itu.
"Ah~ Rasanya aku mengerti kenapa Miku-chan memutuskan dirimu." ujar Mikuo.
"Kenapa?" tanya Kaito sok tidak berdosa.
"Iyalah. Kebiasaanmu yang suka memeluk orang, terutama cowok membuat dia shock."
"Ah~ Masalah itu ya?"
Len yang merasa dikacangin berusaha melepaskan diri dari pelukan Kaito. Dan akhirnya bisa lepas juga. Kaito yang merasa kehilangan seseorang yang ia peluk hanya bisa menghela nafas.
'Akhirnya aku lepas dari pelukan Shion-senpai.' batin Len.
Tapi kedamaian(?) belum datang bagi Len, buktinya ada seorang gadis berambut pirang dengan pita putih besar di kepalanya sedang berlari ke arah Len. Gadis itu, Rin langsung saja memeluk Len sampai mereka berdua jatuh.
"Waduh... Apa-apaan ini, Rin?" tanya Len heran.
"Len-chan~ Aku kangen~" seru Rin sambil memeluk Len. Wajah Len langsung saja memerah.
"Lepaskan aku, Rin!"
"Wah... Beruntung sekali gadis itu." gumam Kaito sambil manggut-manggut.
"Lupakan saja, Kaito." ujar Mikuo.
Lalu setelah Rin memeluk Len hingga nyawa Len meregang(?), Rin melepaskan pelukannya itu. Ia langsung saja menarik tangan Len. Len terkejut karena belum sepenuhnya dia hidup(?), Rin kembali menyeretnya.
"Kenapa buru-buru, Rin?" tanya Len.
"Aku mau cepat-cepat pulang. Sampai jumpa, minna!" seru Rin pada Kaito dan Mikuo. Mereka berdua hanya sedikit terkejut melihat sosok gadis itu.
"Mikuo, kau berpikir apa yang kupikirkan?" tanya Kaito.
"Memangnya kamu mikir apaan?" tanya Mikuo balik.
"Gadis itu mirip sama Len-kun."
"Ah, sama seperti aku yang mirip dengan Miku-chan. Baiklah, aku pulang dulu..."
"Iya..."
Karena sudah sepi, Kaito memutuskan untuk pulang. Tidak mungkin ia berlama-lama di sekolah. Ia harus melakukan sesuatu. Iya, demi mendapatkan hati Len. Pemuda yang berhasil mencuri hatinya.
Ia menjalani latihan, mulai dari sit up(?), push up(?) dan jogging(?). Padahal mau nyataian perasaan aja nyampe segitunya. Mana pesona Kaito Shion yang mampu menaklukan hati baik wanita atau pria?
"Huh... Aku akan mendapatkan Len-kun. Lihat saja! Wahaha..." seru Kaito sambil tertawa ala pahlawan bertopeng(?).
Keesokan paginya Len dan Rin berangkat sekolah bersama. Sebenarnya Rin tidak tega membiarkan saudara kembarnya yang shota itu berada di sekolah seperti itu. Kumpulan para cowok. Membuat dirinya khawatir memikirkan Len siang dan malam(?).
'Bagaimana kalau Len-chan di...' batin Rin sambil memikirkan yang iya-iya(?). "Kyaa!"
Len yang berada di samping Rin langsung sakit telinga mendengar teriakan Rin yang terdengar ke Kutub Utara(?). Ok Rin, pemikiranmu cukup berlebihan. Kau tidak lihat Len-chan menderita.*author ikut-ikutan Rin manggil Len-chan*.
"Rin, kamu jangan teriak-teriak gitu dong? Lama-lama aku ke dokter THT." keluh Len.
"Kyaa! Maaf Len-chan." gumam Rin.
Tidak lama mereka berdua telah sampai di Voca Gakuen, Len berpamitan pada Rin dan segera masuk ke gedung sekolahnya. Sedangkan Rin, ia hanya menatap kepergian saudara kembarnya itu.
"Huwee, Len-chan~ Aku tidak bisa melindungimu..." ujar Rin dengan tangis bawang bombay(?) miliknya. Dan ia menjadi perhatian beberapa murid Voca Gakuen, dikiranya ada cewek gila*dilindes road roller punya Rin*
.
.
.
Lain lagi situasinya dengan Kaito, sekarang ia berada di dekat tangga menuju kelas Len. Ia memperhatikan penampilannya lagi.
"Wajah tampan, cek. Baju rapi, cek. Ucapan selamat pagi, cek." gumam Kaito sambil bernarsis-narsis ria.
Niatnya sih mau menyambut kedatangan sweet angel a.k.a Len. Maka dari itu Kaito sudah bersiap-siap di dekat tangga. Memperkirakan kapan Len akan datang.
'Tap, tap'
Terdengar langkah kaki yang sedang berjalan menaiki tangga, Kaito langsung saja muncul di depan anak tangga terakhir sambil meregangkan tangannya lebar-lebar. Berharap bisa membuat Len berada di dalam pelukannya.
"Selamat pagi..." sapa Kaito.
"Huwaa!" jerit orang itu, Len sambil memukul wajah Kaito dengan tasnya.
Dan dengan sangat tidak elitnya, Kaito jatuh dari tangga dengan wajah yang babak belur(?). Begitu Len mengetahui orang yang ia pukul adalah Kaito, Len merasa bersalah. Ia langsung saja menghampiri Kaito.
"Wah... Senpai, maaf. Aku tidak tahu itu kau." ujar Len.
"Ah, tidak apa-apa," ujar Kaito yang berusaha bangkit dengan sok keren. Ia langsung mengibaskan rambut birunya dan kembali berpose sok keren. "Kalau kamu yang melukaiku, dicambuk pun tidak apa. Karena aku-"
"Kalau begitu aku duluan ya?"
Len langsung saja meninggalkan Kaito yang mulai asyik ngoceh sendiri. Kaito yang sedang bicara (baca: merayu) itu melirik ke sebelahnya. Dan betapa terkejutnya dia, Len sudah tidak ada di sampingnya.
"Huwaa! Kemana my sweet honey?" jerit Kaito frustasi(?).
Ia mencari-cari ke sekelilingnya, tapi tidak ada siapa-siapa. Kaito langsung saja bangkit tertarih-tatih(?) menuju tangga tadi. Ia beruasah agar tidak jatuh seperti tadi.
"Huhu... Bukan Kaito Shion namanya kalau tidak bisa mendapatkan yang ia inginkan. Wahaha..." ujar Kaito sambil ketawa gaje. Beberapa murid Voca Gakuen yang melihat Kaito cuma bisa sweatdrop di tempat.
TBC
A/N: Fic humor pertama di akun ini. Dibutuhkan saran lewat review...^^
Arigato...
