ノートメモリ [Catatan Kenangan] © BlueBubbleGum
Naruto © Masashi Kishimoto
Rating : T
Warning : AU! OOC, maybe Sho-ai
Pair : SasuNaru
.
.
.
~ ~ Nōtomemori ~~
.
.
.
" 'Temui aku untuk menulis semua kenanganku. Uzumaki Naruto, kau ingin tahu kenangan seorang Uchiha Sasuse?' "
Naruto, pemuda berusia 21 tahun, seumur hidupnya ia memang tidak pernah mempunyai seorang penggemar, secreat admirer, ataupun stalker. Ia mungkin akan sangat menghargai dan tentu saja senang jika ia mempunya seorang penggemar, tapi sayangnya, ia tidak.
Tapi sekarang, di hari Minggu yang cerah, dimana angin berhembus tenang sehingga menimbulkan bunyi gemersik dedaunan di pohon, kicauan burung-burung bagaikan nada pengantar kedamaian. Ah, indah, bukan?
Namun, entah kenapa sekalinya pemuda pirang itu mendapat damai yang sangat tenang, sekalinya juga ia mendapat kejutan yang sangat... gila.
"Uchiha Sasuke? Hei, kau baru saja mengirimkan karya tulismu kemarin. Dan kau sudah punya penggemar?!"
"Baka! Ini teror! Teror! Kau tidak menyimak surat yang ku baca tadi?! Dia sedang menantangku! Apa maksud orang gila itu dengan kalimat ' Uzumaki Naruto, kau ingin tahu kenangan seorang Uchiha Sasuke?' Bah! aku tidak ingin menulis tentang rumah sakit jiwa, Kiba!"
Naruto berteriak keras di depan ponsel flip orennya. Ia menyandarkan punggungnya pada batang besi balkon, yang langsung berhadapan dengan perkebunan serta lahan kosong yang luas. Suasana yang membuatnya merasa tenang untuk menulis, walaupun kadang karyanya belum tentu bisa di bukukan dengan 'layak'.
"Hah... aku tidak tahu Naruto, aku hanya manusia yang ingin bersantai sembil menikmati indahnya kicauan burung di hari Minggu. Kau tahu marga Uchiha?" seseorang di seberang sana berbicara dengan nada malas, namun pada akhir kalimat nadanya menjadi serius. Membuat Naruto bergidik.
Glub. Naruto menelan ludahnya dengan susah payah.
"K-klan itu... Kiba, kau masih cukup waras untuk tidak bilang bahwa aku... di teror seorang hantu?!"
Seseorang bernama Kiba itu menghela nafas berat.
"Aku tidak bilang seperti itu. Tapi, memang, klan Uchiha sudah...punah. Yah, apapun istilahnya, yang terpenting klan itu sudah tidak pernah terdengar desas- desusnya lagi setelah Uchiha Fugaku meninggal dan aset-aset yang di selola Uchiha Crop berpindah tangan kepada perusahaan lain. Aku tidak tahu apa itu. Aku dengar istri beserta anak-anak Fugaku hilang entah kemana. Yeah, siapa tahu."
Naruto meneguk ludah sekali lagi, ia langsung berdiri tegak layaknya patung. Perlahan, Naruto menengokan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sebelum ia mengambil langkah untuk masuk kedalam. Pintu balkon berdaun dua berwarna putih itu, di tutup perlahan.
Naruto mendudukkan dirinya di sofa single yang berada di ruang santai itu. Jantungnya berdebar tidak karuan.
"Dan... mungkin mereka sudah 'hilang'." Kiba membuat nada se horor mungkin.
Kriiingg!
"Huaaaaa! Kiba! Telepon rumahku berbunyi!" Naruto berteriak histeris dan langsung melompat, bertiarap di belakang kursi.
"Kenapa kau berteriak?! Cepat angkat bodoh!"
"Aku takut sialan! Mungkin itu panggilan kematian!"
"Kau ini! Baiklah! Cerita tadi, aku hanya mengarangnya! Sekarang cepat angkat telepon itu, atau aku yang akan mematikan ponselku!"
Kriiingg!
Naruto berjalan takut-takut ke arah telepon rumah tempel di dinding sebelah rak buku. Tangannya bergetar saat mengangkat gagang telepon putih itu.
Krii– "Mos-moshi-moshi."
"Moshi-moshi, Uzumaki Naruto, karyamu sangat menarik! Jadi sepertinya karya tulismu ini bisa kami–"
Naruto segera berseru dengan keras, lalu mematikan sambungan.
"Ya aku mengerti! Aku berubah pikiran, cepat segera kirimkan karya tulisku ke sini! Aku tidak bisa keluar rumah karena terkena virus ayam gila! Terima kasih!"
"Naruto...kau lah kegilaan dari semua kejadian gila ini."
"Tidak peduliiiiiii!"
~ ~ Nōtomemori ~~
Hari Minggu yang kacau. Itulah kata yang sekarang terus berputar-putar di kepala pirang itu. Malam sudah menjelang, tapi Naruto masih kekeuh memandangi secarik kertas putih di tangannya.
Kejadian tadi pagi benar-benar membuat otaknya migrain. Apalagi tentang ucapan-ucapan Kiba. Memang, yang Kiba katakan itu bohong. Tapi ayolah, siapa itu Uchiha Sasuke? Ia hanya tahu bahwa klan Uchiha memang sudah tidak terdengar desas-desusnya lagi, ia akui perkataan Kiba yang ini adalah benar.
Terakhir berita ini menjadi heboh dan marak di masyarakat adalah saat dirinya masih duduk di bangku sma, umurnya masih 17 tahun. Saat itu ia lagi gencar-gencarnya membeli bertumpuk-tumpuk novel sebagai media inspirasi, ia tidak terlalu memikirkan berita itu karena ia sedang fokus untuk menulis.
4 tahun setelahnya, pamannya, Iruka membelikannya sebuah rumah. Katanya, untuk membuatnya lebih tenang dalam menulis dan juga karena Iruka pindah ke luar negeri untuk meneruskan pekerjaannya. Ia tidak ingin jika membawa Naruto ikut bersamanya, karena pasti sulit bagi Naruto untuk bersosialisasi di lingkungan baru.
Naruto sangat berhutang budi kepada Iruka, karena bagaimana pun Iruka sudah seperti ayahnya sendiri. Jadi ia berjanji jika suatu hari nanti, ia akan mewujudkan mimpinya sebagai seorang penulis.
Namun, mimpi yang akan tercapai hilang sudah semenjak kejadian pagi tadi.
"Hah... aku tidak mungkin bisa membahagiakan paman Iruka jika seperti ini. Sialan! Sialan kau Uchiha Sasuke! Kau... kau menantangku?! Baiklah akan ku temui kau!"
Naruto meninju-ninju boneka rubah merahnya. Ia bahkan menendang-nendang guling, bantal dan berguling-guling layaknya cacing kepanasan di kasurnya. Naruto sangat kesal!
Bayangkan saja, ia mengambil kembali karyanya hanya karena takut jika si Uchiha Sasuke itu semakin menguntitnya. Apalagi jika namanya sudah tercetak, tersebar dimana-mana. Mungkin yang selanjutnya adalah, buku-buku karyanya nanti akan di jadikan sebagai bahan santet-menyantet. Hii!
Tapi...
"Arrrghhh! Kau tinggal dimana Uchiha Sasukeeee?! Mengapa tidak kau sertai alamat rumahmu?!"
"Kau renggut karyaku, impianku... juga kewarasanku!"
Tek! Tek!
Hening.
Naruto mematung. Suara itu berasal dari pagar rumahnya, seperti ada yang membenturkan benda keras ke besi pagar. Keringat dingin meluncur keluar.
Tek! Tek!
Suara itu terdengar sekali lagi. Naruto tersadar, ia segera bangkit perlahan, turun dari kasurnya. Naruto reflex menggenggam sebatang sapu yang berada di sudut kamar . Ia berjalan menuju balkon di kamarnya yang langsung menampilkan pemandangan halaman depan rumah dan... seseorang berbaju hitam yang berdiri di depan pagar putih tinggi rumahnya. Seseorang itu mengetuk-ngetukkan gembok yang tergantung pada besi pagar, sehingga membuat suara yang nyaring.
Naruto menjatuhkan sapunya saat dilihat seseorang itu menunjukan secarik kertas di tangannya, lalu, dengan tindakan sengaja–agar Naruto dapat melihatnya– seseorang itu memasukan secarik kertas ke dalam kotak surat di sampingnya, dengan perlahan.
"Na-nani?" Naruto mangap dengan bola mata sewarnau laut itu membola.
Setelahnya, seseorang berpakaian serba hitam itu membalikan badannya dan segera pergi meninggalkan kediaman Naruto.
.
.
Ke esokan harinya, saat Kiba mengunjungi rumah Naruto, yang ia lihat adalah... Naruto duduk bersimpuh sambil memegang secarik kertas.
" 'Uzumaki Naruto, aku Uchiha Sasuke, yang selalu kau jadikan tokoh dalam ceritamu. Ingatkah kau?' "
Kiba yang membacanya, terdiam. Pandangannya ia alihkan untuk melihat Naruto yang sekarang tengah menjambak rambutnya, dengan ekspresi muka seperti orang stres.
"Kiba... siapa tokoh yang selalu ku tulis dalam ceritaku?"
.
.
TBC
.
.
.
O.O apa yang saya tulis ini?! Hm.. yoroshiku minna~~ Apakah kalian menikmati cerita abal abal saya? '-' jika ia mohon bantuannya untuk menyumbangkat 1 review anda xD
Dan, apakah ada yang bisa menebak jalan cerita ini? x3
