Harry Potter adalah kepunyaan Bunda Rowling, saya hanya meminjamnya.
Cerita murni dari leppi saya, saya ketik dengan susah payah*ok ini lebeh
OOT - Banyak yang beda
gak suka gak usah dibaca, kritik saran I need it!
Albus' POV
Aku yang berjalan cepat tanpa memperhatikan jalan tanpa sengaja menabrak Rose, sepupuku sendiri. Aku masih diam begitu juga Rose, kami terdiam sampai Aku membuka suara,
"Maaf, Rose. Aku buru-buru. Hari ini ada latihan Quidditch" kataku
"Nope, aku juga buru-buru. Aku ada janji dengan Scorpius, bye!" Rose berlari
Sesak! Ya begitu mendengar Scorpius! Aku mencintai Rose, tapi pada kenyataannya Rose tidak pernah mencintaiku. Rose hanya mencintai Scorpius! Sahabatku sendiri.! Sudah lama aku menyukaimu Rose, tapi kenapa sedikit pun kau tak peduli padaku? Jangankan peduli, melirik saja kau harus berpikir dua kali. Merlin, begitu sakit jika cinta bertepuk sebelah tangan.
Latihanku hari ini kacau, tak ada seditik pun rasa cemburu dihatiku hilang, Snitch yang kukejar tak bisa kuraih dan kugenggam. Semua hancur tak sesuai harapan, semua ini karena mu Rose!.
Aku yang dari tadi hanya duduk di CR Slytherin, diam memandangi perapian sambil sesekali menghela nafas, dan akhirnya Aku berdiri dengan tegap dan berjalan keluar CR. Aku berjalan dengan gontai, pikiranku sedang tidak stabil. Melihat arah tujuanku, ya Aku ingin ke Great Hall, Aku terdiam walau suara sapaan dari teman-temanku bersahutan dikanan-kiriku, sampai akhirnya aku terhenti oleh suara seseorang yang dari tadi mengganggu pikiranku. Aku mendongak dan menatap nanar Rose, tak berselang lama seorang pemuda bersurai emas datang dan menghampiri Rose. Rose dengan sukarela mengalungkan tangannya dengan tangan pemuda itu ya dia adalah Scorpius Malfoy. Aku kembali menundukkan kepala sambil berjalan terus sampai seseorang menepuk pundakku.
"Albus, kau tidak sehat?" Tanya Lily
"Oh, Aku tidak apa-apa Lils!"
"Jangan bohong kak, aku tahu segalanya tentang kakak!"
"Benar aku tidak apa-apa, hanya kelelahan mungkin."
"ya, terserah apa katamu kak. "
Aku berbohong pada Lily karena aku tahu Lily adalah fans nomer satu pasangan Rose dan Scorp. Tak ada satu pun yang tahu dengan perasaanku semua lebih menyukai Scorp, lebih membanggakan Scorp. Apa yang bisa aku banggakan hanya seeker yang kalah saing dengan saudaranya sendiri,James Potter? Bukan seorang cerdas seperti Scorp! Bukan Ketua Murid seperti Scorp!
Aku terus memandangi mereka, mesra sekali. Sesak terasa di dada. Aku kembali menundukkan kepalaku, aku berpikir tak sepantasnya aku cemburu karena Scorp adalah sahabatku. Tapi disisi lain cintaku ke Rose lebih besar dari apapun, tapi apakah Rose akan bahagia bersamaku? Mungkin tidak,Rose hanya mencintai Scorp. Aku terus memandangi Puding leci yang dari tadi tidak kumakan hanya sesekali menusuknya dengan garpu, sampai seseorang duduk disampingku,
"Hei Al , Aku tidak melihatmu hari ini di CR?" kata Scorp
"Oh, yeah! Baru sejam yang lalu aku selesai latihan Quidditch" bohongku.
"Hm, apa kau sudah memberitahu sepupumu yang lain?"
"tentang apa?"
"Aku dan Rose resmi jadian!"
"Oh , Selamat mate, Long last ya!" kataku dengan senyum terpaksa
"Terima kasih, kumohon padamu untuk membantuku memperoleh restu dari sepupumu yang lain"
"Kau tenang saja, mereka sudah setuju sejak Rose menceritakan kedekatan mu dengannya musim panas lalu"
"O, Syukurlah kalau begitu. Aku bisa melewati waktu terakhir di Sekolah ini bersama Rose! Kau tak ingat minggu depan kita akan menjalani N.E.W.T, kau tak lupa kan?"
"ya, sama sekali lupa! Thanks sudah mengingatkan!"
"Al, lulus nanti apa kau mau jadi Auror seperti Ayahmu dan James?"
"Entahlah Scorp, aku belum memikirkan apa pekerjaan yang akan aku ambil. Bagaimana dengnmu?"
"Aku akan magang di Daprtemen Dad!"
"Pilihan yang menjanjikan, mate! Oh mate, kurasa kita harus berpisah. Makan malam sudah selesai, dan aku tahu kau harus menjalankan tugasmu bersama Rose!"
"Ok, Thanks Al. Sampaikan salamku pada teman yang lain, katakana aku akan ke asrama saat akhir pekan.!"
"Sip, sampaikan juga salamku pada Rose!"
Aku berdiri dan berjalan mejauhi meja makan keluar melewati pintu dan menyusuri koridor dalam diam. Aku tak bisa apa-apa lagi mereka sudah jadian dan kurasa mereka serasi dan pantas mendapatkannya. Oh, Merlin hilangkan perasaan ini!
Author's POV
Albus seperti biasa bersiap lebih pagi dari biasanya, Jubah hitam menutupi kemeja putih yang diikat seutas dasi hijau dilehernya. Albus yang memang senang bepergian dipagi hari selalu menuju Danau Hitam untuk sekedar menghirup udara pagi dan menyaksikan terbitnya fajar dari ufuknya. Albus kini tiba tepat dibawah sebuah Pohon Ek yang rindang ramai dengan kicauan burung yang bersahut-sahutan, Albus menghela nafas dan mulai menurunkan tubuhnya, duduk dan bersandar di pohon itu. Albus menatap lurus ke Danau yang mengalir dengan lembut,riaknya yang begitu halus membentuk sebuah harmoni dengan kicauan burung yang beterbangan kesana-kemari. Albus masih tetap menatap kedepan, kini Fajar telah tampak sebagian, megah oranye kontras dengan birunya air danau menjadi degradasi warna yang begitu indah membingkai lukisan alam yang ada dihadapannya. Albus yang sudah merasa cukup untuk sekedar duduk menikmati sunrise mulai berdiri dan beranjak meninggalkan tempatnya tadi, Albus berjalan dengan kepala tegak dan sesekali menolehkan kepalanya ke kanan kiri jalan, sampai matanya tertuju ke satu arah tepat disamping Pondok Hagrid. Albus terdiam, dia mengepalkan tangannya sambil menggigit bibirnya,ada luapan kemarahan disana, tergambar dimatanya. Sudut matanya yang tadinya bercahaya kini berkilat marah dan terlihat terluka. Dia melangkah maju sedikit dari posisinya melihat dari dekat apa yang membuat dia marah. Dibalik semak Albus bersembunyi, matanya tak lepas memandang lurus, Albus melihat Rose bersama Scorp tengah berjalan berdua sambil bergandengan tangan, dan mereka kini berhenti tepat disamping pondok Hagrid menikmati "morning kiss" yang begitu menjijikan menurut Albus. Albus yang sudah diluapi rasa kemarahan memutuskan mundur dan mencoba beralih haluan ke arah kastil, tapi belum sempat dia berbalik Rose sudah berteriak dan memanggilnya,
"Al, Kau mendengarku? Ayo ke sini!" Panggil Rose
Albus yang sudah diluapi rasa kemarahan terdiam sebentar, benar-benar hening. Kemudian melangkah mendekati dua orang yang tadi dia pergoki bermesra-ria dihadapannya,
"Rosie, Iya ada apa? Dan sebelumnya Good Morning Rosie dan Scorp"
"Apa yang kau lakukan berkeliaran sepagi ini diluar kastil?"
"Apa itu adalah sebuah tuduhan?"
"Bukan begitu maksud Rosie, Al" Scorp berbicara
"Jadi apakah harus ada ijin jika kau harus menikmati udara pagi"
"Tidak ada, tapi maksud pertanyaanku-"
"Sudahlah, bukan urusan kalian. Aku disini atau pun tidak disini apa peduli kalian?"
"Kami hanya bertanya Al,!" teriak Rose
"dan aku sudah berusaha menjawab, dan maaf sudah mengganggu Pagi yang indah kalian!"
"Kau melihatnya?" Tanya Scorp
"Menurutmu? Aku pergi! Lanjutkan apa yang ingin kalian lakukan!"
Albus pergi meninggalkan Rose dan Scorp yang berdiri dalam diam, mereka tak menyangka kalau akan dipergoki oleh Al. Albus yang masih penuh kemarahan masuk kedalam kastil sambil memainkan tongkat sihirnya, dia memantrai setiap benda yang dia temui, sampai Filch menegur dan memperingatinya,
" jangan katakan bahwa kau bisa berbuat apa saja karena ayahmu adalah seorang Kepala Dapartemen Auror dan Dia mengalahkan Voldemort!"
"Oh, . Thanks sudah mengingatkan. Bahkan aku lupa bahwa aku adalah seorang Potter" balas Albus dengan sinis.
Albus melangkah dengan angkuh memasuki Great Hall menuju meja Slytherin, baru beberapa langkah Albus berjalan, jubahnya ditarik oleh seseorang. Dia berbalik dan melihat Lily berdiri bertolak pinggang di depannya. Lily tampak curiga dan sedikit marah kepada Albus,
"Al, kau kenapa? Kau bertengkar dengan Rosie?" Tanya Lily
"Oh Lils, Dia memberitahumu? Aku tidak bertengkar" kata Albus datar
"Tapi dia menangis dan mengatakan semua karenamu."
"Karenaku? Oh aku lupa aku sudah merusak paginya bersama Scorp, katakan padanya bahwa Albus Severus Potter meminta maaf kepada Rose Weasley."
"Bersama Scorp? Sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian?"
"Lils, kau kesini tidak untuk mengintrogasi kan? Dan kumohon hentikan pertanyaan bodohmu dan segera kembali ke mejamu, aku ingin ke mejaku sekarang!" kata Albus dingin
"Baiklah, jangan harap aku akan tinggal diam Al, ingat aku Lily Potter. Aku tidak akan melepaskan kalian!"
"Terserah, Lils" Albus pergi meninggalkan Lily yang terdiam ditempatnya.
Albus duduk menikmati Pie apelnya dengan malas. Sesekali garpunya dilempar keatas dengan lemparan rendah sambil bersiul pelan. Albus masih menikmati siulannya sambil menghentakan kedua tangannya ke meja berirama lagu "Lucky" yang pernah didengarnya saat ke rumah Uncle Dudley yang seorang muggle. Iramanya begitu merdu, semua temannya ikut menikmati musik yang dimainkan Albus, sampai semua terhenti ketika Theresia Bulstrode masuk dan menyetop aksi Albus,
"Potter, Aku mengantar surat dari seoarang untukmu,!" Kata There
"Siapa? Dan maunya kamu disuruh. Tidak biasanya kan, Bulstrode?"
"Entah siapa namanya, tapi rasanya aku mengenalnya. Dan aku mengantarkan ini karena sedang berbaik hati,"
"Oh, begitu Bulstrode? Atau karena itu untukku jadi kau suka rela untuk mengantarkannya untukku?" serigai Al
"Bu..Bukan begitu Pot..ter!" There gugup
"Oh, tapi lihat mukamu kenapa begitu merah, There love" goda
"Al, sudahlah aku pergi!" teriak There
Semua orang tertawa melihat tingkah There yang tak lain adalah murid Hufflepuff yang sudah naksir dengan Albus sejak tahun ke 3, semua teman Albus berseru,
"Al, Siapa yang mengirimu surat dipagi hari yang begitu cerah ini?" Tanya Vya Parkinson
"Entahlah Vya, kau tahu kan aku banyak penggemar jadi beginilah resiko jadi selebriti!"
"Kempeskan kepalamu,Al. Siapa tahu dari Prof. Trelawney yang menyampaikan kematianmu" tawa Jeremy Nott
"Lucu sekali, Jer. Tunggu aku membukanya dan kita akan mengetahui isinya.!"
"Aku harap kau mendapat Undian hadiah Galleon yang berlimpah" timpal Cassandra Thomas
"Sandra, aku akan membukanya! Jadi kalian diam Ok!"
Perlahan Albus membuka surat berwarna cokelat yang dilabeli dengan tulisan berbunyi "Dear Albus Potter". Albus membuka lipatan surat itu dan mulai membentangkannya dan seketika matanya terbelalak kaget dan terdiam, teman-temanya yang tadi tidak sabar menjadi ikut terdiam melihat ekspresi Albus. Sampa salah seorang dari mereka bertanya,
"Al, surat dari siapa?" Tanya Vya
"Surat ini dari_"
Tbc
Reviewnya ditunggu ya :)
