Title: Vanilla

Pairing(s): MuraKuro

Warning(s): OOC, drabble.

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

Enjoy!


.

.

Murasakibara berjanji untuk pulang bersama Kuroko sore ini. Ia pun memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Untungnya, hari ini sedang tidak ada latihan basket. Sepertinya captain mereka sedang ada urusan.

Masih dengan snack di tangannya, ia pun berjalan menelusuri koridor. Koridor terlihat sepi. Biarkanlah, toh itu bukan masalah bagi Murasakibara. Yang terpenting adalah, ia harus segera menemukan Kuroko—agar ia bisa pulang.

"Kurochin?"

Ia pun mengintip ke dalam kelas itu—kelas Kuroko. Ditemuinya Kuroko yang telah terlelap di mejanya.

Murasakibara menghela nafas. Ia memilih untuk duduk di bangku depan Kuroko lalu menunggunya, daripada membangunkannya. Setidaknya, ia akan menunggu sampai snack di tangannya habis ia makan. Entah kenapa, ia tak tega membangunkan Kuroko yang nampak begitu pulas.

30 menit telah berlalu. Murasakibara masih menunggu Kuroko yang tengah tertidur, tetapi bedanya, snack di tangannya sudah habis.

Kesabarannya mulai habis. Ia mulai mengguncang-guncangka tubuh mungil itu—setidaknya lebih mungil daripada tubuhnya. Tetapi hasilnya nihil. Kuroko tak kunjung terbangun.

"Nee, Kurochin~ bangun," gerutu Murasakibara. Ia masih mengguncang-guncangkan tubuh tersebut. Tetapi hasilnya tetap sama; nihil.

Murasakibara mendengus. Apa yang harus ia lakukan agar makhluk ini bangun dari alam mimpinya?

Secara tiba-tiba, ia mencium bau vanilla. Hidungnya terus mencari-cari arah bau tersebut—sampai ia ketahui, bahwa mulut Kuroko lah sumber baru tersebut. Ia menaikkan alis; penasaran.

Ia menatap lekat-lekat bibir mungil itu. Ia mulai mengulurkan tangannya—untuk menyentuh bibir itu. Ia pun menyentuhnya perlahan; menelusuri tiap sudut bibir tersebut. Soft.

Aha. Akhirnya ia mendapatkan cara agar Kuroko terbangun dari bunga tidurnya. Murasakibara menyeringai kecil.

Ia mulai menarik nafas—dan menghembuskannya perlahan. Tanpa ia sadari, tubuhnya bergerak perlahan. Mendekat, mendekat, mendekat—dan ia mulai menghapus jarak antara dirinya dan Kuroko.

Satu kecupan lembut berhasil mendarat dengan sukses di bibir mungil itu.

Sang empunya bibir itu mulai menerjapkan matanya perlahan, lalu mengusap-usap mata tersebut. Berhasil.

"Murasakibara.. kun?"

Murasakibara menyeringai. "Hmm, ya?"

Entah kenapa; Kuroko mulai menyentuh bibirnya. Murasakibara bisa melihat jelas ada sembrutan merah—walaupun sedikit—di pipi Kuroko.

"Tadi.. Apa terjadi sesuatu?" terdapat keraguan yang terpancar dari nada suara yang datar itu. Wajahnya terlihat sedikit panik.

Murasakibara mengangkat bahu acuh. "Memangnya kenapa?"

Kuroko menarik nafas lega. "Tidak, tidak apa-apa. Mungkin hanya perasaanku saja,"

Ia mulai beranjak dari tempat duduknya, sedikit memalingkan muka. Dan Murasakibara berani sumpah demi tumpukkan snacknya yang mendewa, ia melihat Kuroko yang sedikit malu dan blushing. Ini adalah kejadian yang cukup langka; mengingat wajahnya selalu datar-datar saja. Andai saja ia bisa mengabadikan adegan ini dengan sebuah kamera.

"Ayo pulang," gumam Kuroko. Murasakibara mulai beranjak dari tempat duduknya, dan sedikit berlari kecil menyusulnya karena Kuroko—entah mengapa—memutuskan untuj jalan terlebih dahulu.

Malamnya, Kuroko hampir tidak bisa tidur karena firasat buruk tentang kejadian tadi sore. Tapi ia berusaha untuk mengabaikannya, dan beranjak tidur.

Sungguh hari yang indah, bukan?

.

.

END

.

.


A/N: fanfic MuraKuro pertama di fandom Indonesia. Yay~ *bangga* akhirnya impian saya tercapai. Oke, sebenernya saya juga gatau kenapa malah nulis so-called fluff dalam keadaan despresi (?) 8') but well, once again, happy MuraKuro Day! *tebar cinta*

Lastly, mind to review?