"Do know how to solve a riddle?"

Lelaki bersurai merah itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Yang ia lihat hanyalah warna merah dan merah. 'Di manakah ini?' tanyanya tidak mengingat apapun mengenai tempat ini. Tempat ini seperti kelas yang didalamnya ada meja guru dan meja siswa yang tersusun rapih. Di setiap meja ada vas yang masih berisi bunga segar kecuali meja yang sedang ia tempati sekarang. Ia hanya terdiam memandang keluar jendela menunggu jika ada hal apapun yang terjadi. Pemandangan luar jendela hanyalah matahari terbenam yang membuat warna langit menjadi merah ke oranye-an.

Tiba-tiba terdengar suara pintu bergeser membuat pandangannya melihat ke arah pintu kelas yang sekarang terbuka. Didapati disana ada seorang laki-laki berambut baby blue memasang wajah datar sambil melihat kearah si pemilik mata crisom. Mereka memandang satu sama lain tanpa menyadarinya.

Beberapa menit pun berlalu dengan dua pemuda saling bertatapan tanpa mengeluarkan suara apapun. Menyadari hal itu pun laki-laki yang baru saja masuk kelas tersebut memecahkan keheningan.

"Akashi Seijuro?" Ucapnya dengan nada datar. Suara lembutnya mengingatkan sang pemuda bersurai crisom akan ibunya yang sudah tiada.

"Bagaimana kau bisa tahu namaku? bahkan kita baru saja bertemu" Tanya pemuda yang berada pertama kali di kelas, mencoba menghilangkan bayang-bayang ibunya dalam pikirannya.

Nampak seketika laki-laki itu tersenyum sedih, hal tersebut makin membuat pertanyaan di kepala si rambut merah bertambah. Sambil berdiri di pintu kelas, ia mulai melangkah menuju meja paling belakang dekat jendela untuk memperpendek jarak diantara mereka tetapi tidak terlalu dekat.

"Sepertinya ingatanmu memang hilang karena kejadian itu" ujar sang rambut baby blue kepada seorang bertema merah didepannya- Akashi Seijuro.

Mata crisom Akashi bertemu pandang dengan mata sang rambut baby blue yang juga berwarna sama seperti rambutnya, bedanya biru dimatanya lebih muda.

Sang surai crisom pun mencoba menahan emosi karena hal yang terjadi tanpa mengetahui kejadian apa yang terjadi. 'Kejadian apa? ingatan apa yang hilang?' Pikiran sang pemilik julukan Emperor itu mulai mencoba mengingat hal apapun yang berhubungan dengan hal ini tetapi tidak muncul satupun tanda-tanda yang dapat menjadi Hint.

"Apa maksud Anda?" Tanya si rambut merah kepada laki-laki yang sedang menatapnnya. Tapi tidak muncul satupun jawaban. Sang laki-laki hanyalah merespon dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, menguji kesabaran Akashi Seijuro.

"Takan ada yang berubah jika Akashi-kun mengetahuinya sekarang. Kamu harus menemukan jawabannya dengan berusaha tanpa bantuan dari diriku. Pada saat itulah aku akan menemuimu lagi dan semua hal akan terungkap"jawabnya tanpa memberikan solusi yang mudah atas pertanyaan rambut merah. Akashi rasanya ingin marah tapi entah mengapa ia tidak bisa jika dengan pemuda bersurai baby blue ini.

"Jadi begitu ya..."

"Aku pastikan kau akan mengetahui keberadaanku saat kita akan bertemu selanjutnya"Lelaki misterius itu tersenyum sedih "perjuangkan aku seperti aku memperjuangkan kamu"

Detik selanjutnya, Laki-laki di depannya menghilang bersamaan dengan angin yang baru saja berhembus membuat tirai jendela bergoyang. Ia pun menutup matanya, berusaha membuat hal yang baru saja terjadi tidak menjadi beban tambahan di dalam hidupnya.

***
Inspired by Mekakucity Actor

Akakuro: Riddle

Sebelum berbunyi, Akashi telah mematikan alaramnya terlebih dahulu sebelum benda tersebut berbunyi. melihat waktu yang menunjukan jam 4 pagi membuat pemuda bersurai merah tersebut bersiap-siap untuk lari pagi. Ia membuka lemari lalu mengambil jaket berbahan diadora metalic dan memakainya. lalu ia menuju ke lantai bawah rumahnya untuk menuju ke taman yang ada di sekitar bangunan rumahnya. Ia menyelesaikan olahraganya tersebut pada jam 5 tepat dan melanjutkan rutinitas orang biasa pada saat pagi hari. Dengan memakai kemeja berwarna hitam dipadukan dengan jas abu-abu yang sama seperti celana bahannya serta sepatu kulit, Ia pergi dari rumahnya mengendarai mobil jaguar tipe terbaru.

Akashi Seijuro-CEO perusahaan ternama 'Akashi corp' di usianya yang masih 21 tahun. Menyelesaikan kuliah hanya dalam kurung waktu satu setengah tahun. Lelaki muda yang rupawan, tegas dan kaya raya, dambaan para wanita. Banyak perempuan mencoba untuk mendekatinya, namun sayangnya tak ada satupun dari kaum hawa yang dapat membuatnya tertarik. Bukan berarti sang Akashi itu tidak menyukai wanita, hanya saja ia terlalu malas untuk menambah beban hidupnya.

Setibanya di gedung tempatnya ia bekerja, ia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus yang memang di buat khusus ada di dekat lobby sehingga memudahkannya untuk pergi jika ada keperluan di luar kantornya. Keluar dari kursi pengemudi lalu mengunci mobil tersebut.

Sesaat ia melangkahkan kakinya ke gedung tersebut, semua orang yang berlalu lalang berhenti sejenak dan menundukkan kepala mereka. Akashi memberikan sinyal dengan menganggukan kepalanya supaya mereka kembali melanjutkan aktivitasnnya.

Tak lama kemudian Reo menghampiri Akashi dengan membawa beberapa dokumen "Selamat pagi Sei-chan"

"Aku tidak suka namaku diakhiri dengan chan, Reo" ujar Akashi. Reo adalah bawahan Akashi yang paling dekat dengannya sehingga Akashi tidak terlalu mempermasalahkan hal sepele tersebut.

"To the pointaja deh. Ada beberapa orang yang ingin bekerja di perusahaan ini dan seperti biasa, kau harus mewawancarai mereka~" ucap Reo sambil memberikan dokumen-dokumen orang yang melamar kerja ke Akashi.

Akashi lalu melihat sekilas data-data tersebut. "Kapan aku harus mewawancarai mereka?"

Reo memfokuskan pandangannya pada sudut kanan Akashi "Mereka siap kapanpun, bahkan sekarang" Akashi melihat kearah kanannya dan mendapati dirinya melihat beberapa orang sedang berdiri dan menyibukkan diri. Jumlah mereka ada empat orang, pas dengan data yang ia pegang sekarang.

"Panggil mereka ke ruang wawancara" perintah Akashi.

Akhirnya sesi wawancara pun selesai dengan hasil mereka semua diterima. Kise Ryota dan Aomine Daiki sebagai asistennya. Midorima Shintaro berkedudukan sama seperti Reo dan yang terakhir Murasakibara Atsushi sebagai marketing. hari kerja mereka akan dimulai esok hari.

Akashi lalu menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai paling atas gedung 'akashi corp' ini. Sambil menaiki lift ia mengecek ponselnya.

'Mereka semua berbakat dan mempunyai gelar yang cukup tinggi. Kenapa mereka mau menerima jabatan apa adanya?' Pikir Akashi agak bingung.

"YOSH AKASHI-SAMA!" pikiran Akashi terhenti oleh suara yang secara tiba-tiba muncul dari ponselnya. Dilihatnya sosok perempuan bergerak kesana-kemari di dalam ponselnya. wanita itu berambut merah mudah sakura sepunggung dan memakai jaket berwarna biru muda. Akashi yang agak kesal hanya menghela nafas.

"Bisakah kau tidak berteriak setiap kali aku mengecek ponselku?" Tanya Akashi dengan nada mengancam nyawa.

"ehe, aku hanya terlalu semangat bisa melihat Akashi-sama" jawab perempuan tersebut dengan nada meremehkan aura mengancam dari akashi.

Pasti beberapa orang yang melihat kejadian itu akan bertanya 'aplikasi apa itu?'. Itu bukanlah sebuah aplikasi, pada saat itu Akashi mendapatkan email misterius yang mengirimkan suatu data. saat ia membuka data tersebut, perempuan ini keluar dari data tersebut. Saat itu Akashi kira itu sebuah virus, tapi anehnya program antivirusnya tidak mendeteksi adanya virus yang masuk. malah perempuan itu bisa seenaknya berganti-ganti device tergantung kemauannya. Ia seperti manusia yang terperangkap di dalam dunia komputer. Akashi awalnya tidak suka dengan kehadiran sang perempuan-Momoi Satsuki di perangkatnya, tapi lama-kelamaan ia pun terbiasa.

"Apakah ada email baru datang atau apapun?" Tanya akashi.

"Sebentar ah, 24 pesan dari beberapa rekan bisnis dan 1 pesan dari Akashi-sama Otou-san" Akashi agak terkejut mendengar ayahnya mengirimkan pesan, tetapi ia tetap memasang muka normal kembali.

"Buka yang menyangkut pekerjaan terlebih dahulu baru Otou-san"

"heee, inilah Akashi si worcaholic" Momoi tertawa terbahak-bahak.

Setelah lift terbuka Akashi langsung menuju ke ruang kerjannya. dibukanya pintu yang terbuat dari kayu pilihan. Pada saat pintu dibuka orang bisa melihat tempat tersebut adalah tempat kerja impian. Mulai dari keramik lantai yang memantulkan bayangan secara sempurna, Dinding-dindingnya bernuansakan merah dan ada beberapa lukisan karya pelukis terkenal. Ada tempat untuk menyambut tamu di sisi kanan pintu, terdapat satu set sofa dengan meja yang menampung banyak cemilan. Dan dari meja bekerjanya, orang bisa melihat pemandangan kota yang luarbiasa di karenakan satu sisi ruang kerjanya adalah kaca.

Tanpa pikir panjang, ia pun mulai bekerja.

Matahari mulai menurun, terlihat dari tempat kerja Akashi yang mulai menggelap. Sedangkan pekerjaannya sudah selesai. Biasanya pekerjaannya selesai sekitar jam 9-10 malam, tapi hari ini sanagtlah cepat. Akashi pun mulai membereskan barang-barang kerjanya untuk dibawa pulang. Serta membawa data-data orang baru agar ia bisa menliti bakat yang ada dalam diri mereka demi kemajuan akashi corp.

Karna tidak ada kerjaan, Akashi pun merilekskan diri sejenak. Duduk berjam-jam memang membuatnya agak pegal. Ia pun berdiri sambil memandangi langit sore hari. Matahari mulai bersembunyi.

Pemandangan luar jendela hanyalah matahari terbenam yang membuat warna langit menjadi merah ke oranye-an.

Seketika mata crisomnya membulat sempurna. Memori yang tak bisa dibilang asing terkilas dipikirannya. Rasanya seperti Deja vu, tetapi serasa memori itu penting. Padahal Ia sudah biasa melihat pemandangan ini setiap kali ia ke kantor, tetapi kenapa baru sekarang ia merasa ada memori yang penting dari pemandangan ini?

"Akashi-sama!" suara teriakan momoi menyadarkan Akashi dari lamunannya. segera ia mengambil ponselnya yang ternyata terjatuh dan terlihat perempuan tersebut menggembungkan pipinya kesal. Akashi langsung membenarkan perasaannya.

"Kenapa Satsuki? ada yang salah?" Tanya akashi.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu! Akashi-sama tiba-tiba terkejut dan karna itupun ponsel Akashi-sama jatuh! Dan Akashi-sama baru menyadari panggilanku pada saat aku sudah berteriak empat kali! Kutekan kan, Empat kali! Ada apa sih?" Tanya Satsuki marah-marah.

"Kuperingatkan Satsuki, aku tidak suka di bentak" peringatan Akashi cukup untuk membuat Momoi tutup mulut, walaupun menggerutu.

"Kenapa mau memperjuangkan orang menyebalkan seperti ini...?" bisik si perempuan. walaupun hanya bisikan, berterimakasihlah kepada pendengaran sang emperor yang sangat tajam.

"memperjuangkan? siapa? siapa yang memperjuangkanku?" tanya Akashi lagi dengan muka beri-tahu-atau-kuputar-lagu-ultrasonik.

"itu..."

"siapa?"

"Te... ARRGGHH! Aku tidak mau memberitahumu!" Momoi lalu pergi dari ponsel Akashi, entah ke komputernya atau yang lain. Akashi mulai pusing akan semua hal ini sampai-sampai ia jatuh karena otaknya tidak dapat mengendalikan kerja otot kakinya dengan benar.

"perjuangkan aku seperti aku memperjuangkan kamu"

Pemuda bersurai merah tersebut kembali menemukan sekilas ingatan. Ia ingat seseorang ingin memperjuangkannya, tetapi siapa orang itu masih menjadi misteri yang harus dicari dalam ingatannya.

Ia merasa melupakan ingatan yang amat penting, rasa sangat bersalah yang menyerang dirinya tidak karu-karuan membebani pikirannya. Bahakan pekerjaan dan ayahnya tak pernah membuatnya separah ini.

Suara ketukan dari pintu masuk ruang kerja Akashi "Permisi Akashi, saya punya kaba-SEI-CHAN!"Reo yang melihat Akashi tergeletak tak sadarkan diri langsung menghampirinya dan membawanya ke rumah sakit.

Ditemukan dirinya berada di dunia bertemakan merah sama seperti waktu 'itu'. Sang Surai merah berlari kearah matahari terbenam, berharap menemukan tempat yang sama. Berlari di jalan turunan tanpa mengerti bagaimana cara memperlambat langkah. Sayangnya sejauh-jauhnya dia berlari, tak ada tanda-tanda tempat 'itu'. Kakinya tersengkak oleh kerikil dan hampir terjatuh. refleksnya yang cepat menghindarinya dari jatuh sampai berguling-guling.

Di saat dia mencoba hanya untuk melihat kedepannya. Didapatinya ada 4 orang yang masing-masing memakai pakaian bertemakan satu warna pekat.

Hijau

Ungu

Kuning

Biru Tua

Keemempat orang tersebut juga memandangi matahari yang sedang terbenam. Akashi tak dapat melihat muka keempat orang tersebut karena ia dibelakangi ditambah sinar matahari yang membuatnya hanya terfokus pada sang bintang tata surya tersebut.

Tak lama kemudian salah satu dari antara mereka menghela nafas.

"Aku merindukannya" ucap pemuda yang bertemakan warna kuning.

"Aku juga" sahut biru tua.

"Tak ada cemilan yang enak selain buatannya" tambah pemuda bertema ungu, orang yang paling besar diantara mereka.

"Pada akhirnya, kita semua akan mengiginkan dia agar kembali lagi. Walaupun hal tersebut tidak mungkin terjadi" pemuda bertema hijau menyimpulkan.

Akashi hanya dapat berdiam diri mendengar omongan mereka. Dirinya bisa merasakan bahwa seorang yang mereka bicarakan itu sama seperti yang telah menghantui pikirannya.

"Nama"

Keempat orang tersebut mengahlikan pandangan mereka ke asal suara yang yaitu di belakang mereka. Mereka bertanya-tanya dalam pikiran madsud perkataan pemuda bersurai crisom tersebut.

Akashi mulai menajamkan matanya memandang keempat orang tersebut.

"Beritahu Aku siapa nama orang yang kalian madsud!" Perintah Akashi. Pupil mata sebelah kiri Akashi menajam membuat nya seakan hanya dengan menatapnnya saja, bisa membunuh orang.

"J-jangan marah ssu!" Ucap salah seorang dari mereka yang ternyata bersurai kuning.

"Nama orang itu..."

To be continued

Author's gaje-ness
1945 kata •_•)/ merdekaaa! #plakk
Maaf ya klo nggak ngerti alur ceritanya. Saya udah buat supaya nggak rumit-rumit amet kayak anime Mekakucity nya. Bener dah, itu anime nge ganjel banget •_•.

Cliffhanger is da best✧٩()۶

Dan juga awalnya chapter ini mw jadi prolog, tapi keterusan... Yaudah jadi chapter I aj sekalian.

Ini fanfic paling saya Update sebulan sekali, (woi udh cuman serebuan kata, masa satu bulan?)
1. saya jelek jadi klo bikin cerita kosakata suka ambrul adul
2. Alesan mainstream tapi beneran : sekolah menghantui
3. Mikirin adengan supaya chara nggak OOC bgt.

Promosi untuk LFMH021 karena ceritanya yang sangat menyentuh...

Oh iya, jadi style nulis saya kyk gini (ceritanya bertele-tele) tapi klo sabar. Nanti klo udh ampe tengah- tengah cerita seru kok...(kata temen)

Maafkan saya klo nantinya :
1. Pas kagami ada, dia akan menderita (karena saya benci dia nempel" ama kuroko, kuroko kan sama akashi!)
2. Kayaknya supaya nggak ad yg marah saya nggak masukin kagami deh... Eh, masukin deh. Tapi kagami's lover akan kecewa #teehee
3. Akakuro for laifu

See you next time~