HYPERVENTILATION!
2017. CHRYSSANS289 PRESENT
CHANBAEK
T+
BOYS LOVE/YAOI/BL
DON'T LIKE DONT'T READ!
Hai... ada yang masih ingat sama saya? Setelah lama banget hiatus (sekitar 3 bulan-an lah) akhirnya saya comeback dengan bawa story baru (padahal story lama belum dilanjutin #ditabok) soalnya ide lagi mentok, maaf yang udah nungguin BINP, sedang dalam proses, mohon bersabar, ini ujian/?.
Oya, just info mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa Chrys lama ga update, ini Chrys baru bisa ngetik karena baru dibeliin new lappy #yeay! Laptop Chrys yang dulu udah rusak (padahal didalemnya ada sekitar 10 ribu foto EXO+Kpop+Anime+Kenangan) ditambah ratusan video. Dan tak terselamatkan akibat harddisknya yang rusak :") (curhat..)
Okay.. Enjoy guys...
.
.
.
.
Banyak orang bilang kekayaan adalah segalanya untuk hidup, tanpa uang, kau bukan siapa-siapa, tanpa uang, kau akan mati dengan cepat. Aku percaya itu, tak perlu kau berikan contoh, bahkan aku lelah melihat realitas itu selalu berlalu-lalang di sekelilingku. Tapi, kupikir aku punya pendapat yang berbeda soal materi. Mungkin uang dan kekuasaan adalah segalanya, tapi kedua hal itulah yang membuat seluruh hidupku menjadi rusak, penuh dengan aturan, tak ada yang namanya kebebasan. Aku, Park Chanyeol, sangat benci dikekang.
Kaki jenjangnya melangkah santai, sepatu kets keluaran brand ternama dengan harga fantastis melekat apik membalut kakinya. Berjalan santai di sepanjang koridor, mengabaikan puluhan pasang mata baik laki-laki maupun wanita yang nampak terkagum akan keindahan paras bak dewa yunani itu. Dengan rambut coklat bersinar, bibir sexy nan menggoda, dada bidang, perut sixpack yang tersembunyi dibalik seragam sekolah mahalnya, tak lupa, kaki jenjang yang mampu menaklukkan seluruh wanita manapun untuk ia gagahi. Park Chanyeol, adalah jelmaan dewa!
Ah, pandangan mereka sebenarnya tidak sepenuhnya terkagum, mereka juga sedikit penasaran akan murid baru nan tampan itu, dari mana asalnya dia? Kenapa dia mau-maunya bersekolah di sekolah biasa seperti ini?
Santa Maria adalah sekolah yang cukup bagus dalam sistem pendidikan dan penunjang fasilitasnya memenuhi target untuk taraf sekolah elite, namun dibanding dengan sekolah terkenal lainnya, Santa Maria masih berada beberapa tingkat dibawah.
"Hey Jongin, apa benar jawaban ulangan matematika nomor 3 kemarin itu sin 30? Kurasa sin 45?, jika kita menggunaka-.."
"Yak! Bukankah itu Park Chanyeol?!.." sosok mungil bermata owl yang sedari tadi fokus terhadap ocehannya mendadak berhenti, mengikuti arah pandang pria tan di sebelahnya yang tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Sebenarnya mereka berdua berniat ke rumah kaca di gedung E untuk melakukan tugas wajib mereka sebagai penjaga Rumah kaca, mumpung masih pagi. Namun sepertinya hal itu harus di tunda sesaat karena Jongin, pria di sebelahnya sepertinya memiliki urusan lain.
"Uhm, siapa itu Park Ch-..."
"YAK BASTARD CHANYEOL!" Jongin tanpa berpamitan langsung berlari seraya berteriak aneh meninggalkan pria mungil di sebelahnya.
Pria bermata owl itu (Kyungsoo) hanya bisa memasang wajah inosennya, "Jongin menyela perkataanku lagi, huh, sepertinya aku harus pergi ke gedung E sendirian.." gumamnya pelan seraya mengedikkan bahu dan kemudian melenggang pergi.
[KAIYEOL SIDE]
"Hoy bastard! Apa ada tsunami besar melanda Jepang sehingga kau pindah kesini ha?!" Jongin tanpa rasa malu merangkul pundak Park Chanyeol seolah pria tinggi itu adalah adiknya.
"Kim, kebiasaan berisikmu tak pernah hilang sejak kecil."
"Ya, kau tahu sendiri aku bagimana, but man, aku bertanya, dan kau harus menjawab oke!" Pria Kim itu mulai memaksa
"Aku menghamili anak rekan bisnis ayahku dan kemudian aku tidak mau bertanggung jawab. Pria tua bangka itu marah besar, dan aku mulai bosan mendengar ocehannya, lalu aku kabur ke Korea. Tamat."
Mata Jongin terbelalak, "what the hell are you fucking ass! Kau meng.. menghamili anak orang?! Apa otakmu sudah bergeser Park-bastard-Chanyeol?!"
"hm.."
"Fuck man! Aku meminta setidaknya sepenggal kata, bukan gumaman!" Jongin masih bersikeras memaksa, mengabaikan mereka berdua yang sudah sampai di depan pintu sebuah ruang kelas.
"Nanti ku ceritakan. Datang ke apartementku malam ini, alamatnya akan ku kirim lewat E-mail."
"Oh, ya, oke..." Jongin menggosok tengkuknya pelan, "Eh, ngomong-ngomong kau sekelas denganku bro?"
"Entah, pria botak bermarga Shin itu berkata aku harus masuk ke kelas ini."
"You little shit, itu kepala sekolahmu bodoh.." gelak tawa ringan meluncur dari bibir tebal Jongin, kedua pria remaja itu bergegas masuk ke kelas saat bel masuk mulai berbunyi.
Langkah kaki jenjang Chanyeol terhenti saat baru beberapa langkah ia masuk ke dalam kelas tersebut, suasana riuh yang berpusat di sudut kelas hening secara perlahan ketika Chanyeol terlihat oleh mereka. Hening beberapa waktu, kemudian mulai kembali riuh akibat beberapa murid yang saling adu tanya, siapa gerangan murid baru berwajah tampan di depan kelas mereka. Gerombolan di pojok kelas yang nampak mengelilingi sesuatu itu mulai menyebar, kembali ke kursi mereka masing-masing dan menjadi sibuk akan diri sendiri. Menyisakan sosok kecil yang terlhat meringkuk lantai kelas yang dingin.
'Pembully-an eh?' Park Chanyeol membatin.
"Hey Kim, siapa pria itu?" salah satu siswa berwajah brandal menyela.
"Temanku. Namanya Park Chanyeol, pindahan dari Jepang."
Kelas kembali riuh, para wanita semakin sibuk merapikan diri mereka, berharap agar pria tampan di depan kelas tertarik kepada salah satunya.
"Oppa, duduklah bersamaku!"
"Tidak Oppa, duduk denganku saja!"
"Hey bitch! Dia cocoknya denganku tau!"
Sahut-sahutan itu kembali terdengar, namun kini dari kubu wanita, tetapi suasana itu akhirnya bisa kembali tenang ketika guru Song masuk ke dalam kelas, Jongin sudah kembali duduk di kursinya, sementara Chanyeol masih berdiri di depan kelas, dia berpikir jika dirinya butuh sedikit perkenalan.
"Oh, murid baru, kau bisa memperkenalkan dirimu." Guru Song memberi instruksi.
Chanyeol mengangguk singkat, kemudian mulai berbicara, "Perkenalkan, nama saya Park Chanyeol, pindahan dari Jepang. Mohon bantuannya semua."
"Baiklah, Chanyeol, kau bisa memilih untuk duduk di sebelah Baek-.. eh, Baekhyun?!" guru Song yang tadinya duduk di kursinya kini berdiri, menatap tajam ke sekeliling kelas.
"Sudah berapa kali ku katakan untuk menghentikan kebiasaan kalian terhadap Baekhyun? Kalian sudah dewasa, jadi kupikir kalian sehuarusnya tidak lagi melakukan hal kekanak-kanakan semacam penindasan seperti itu." Guru Song menghela nafas lelah, merasa miris melihat salah satu anak didik terbaik di kelasnya meringkuk lemah dengan tubuh bergetar. Bukannya tak ingin menolong, guru itu tahu, bahwa ada garis merah yang seharusnya tidak boleh dilewati oleh siapapun untuk mendekati seorang Byun Baekhyun, suatu hal yang sampai sekarang menjadi rahasia di kalangan para guru Santa Maria High School.
"Tapi, seongsangnim, pelacur itu bersikap sok pintar dengan menceramahi kami. Bagaimana kami bisa diam saja?" salah seorang siswa menyela, yang kemudian di sambut oleh siswa siswi lainnya, membuat suasana kelas menjadi kembali riuh.
"TENANG SEMUA! Jeohyun, jaga ucapanmu. Dan kalian semua, seharusnya kalian malu, ada murid baru disini. Tunjukkanlah attitude yang baik! Ehm, dan Park Chanyeol, kau bisa memilih duduk di sebelah Byun Baekhyun atau Song Nana."
"Tentu, terimakasih, seongsangnim." Chanyeol tersenyum simpul, kemudian melangkah pelan, terus berjalan, membuat seisi kelas mendadak hening.
Pria tinggi itu ternyata memilih melewati bangku Nana, dan itu berarti Chanyeol memutuskan untuk duduk bersama...
"Byun Baekhyun-ssi, butuh bantuan?..." bisik Chanyeol pada telinga pria bertubuh kecil yang masih setia meringkuk di lantai.
Dan entah untuk ke berapa kalinya, suasana kelas II-A menjadi kembali riuh.
.
.
.
[ ]
.
.
.
"Bro, tadi itu sangat keren.."
"Apanya?.."
"Saat kau mengangkat tubuh si Byun dan meletakkannya di kursi."
"Apanya?..."
"Ck! Itu sejarah tau. Selama aku berada di kelas neraka itu, setaukku sih tidak akan ada yang sudi memegang tubuh si Byun itu kecuali untuk menyiksanya."
"Memangnya ada apa dengan anak itu?"
"Menurut rumor yang beredar, dia itu adalah seorang pelacur, ibunya juga, ada yang bilang dia ikut ibunya menjadi seorang pelacur di sebuah club malam."
"Lalu?"
"Dia adalah korban bully-ing semenjak dia bersekolah di sini, yang membuatku heran adalah kasus pembully-an itu tidak pernah di tindaklanjuti meski terkadang ada beberapa kasus yang cukup kelewatan."
"Well, rumor ya... kenapa kalian percaya rumor itu?"
"Yah, itu di perkuat dengan dirinya yang tidak pernah ikut tiap kali ada jadwal olahraga. Banyak yang bilang dia tidak mau ikut mengganti baju olahraga karena takut kissmark akibat pekerjaannya ketahuan oleh siswa lain."
"Ck.. lucu.." Chanyeol terkekeh pelan.
"Tapi ngomong-ngomong, tumben tadi kau baik kepadanya?"
"Well, Kim, kau tahu kan aku punya sifat seperti apa? Aku benci orang lemah yang tidak bisa membela diri mereka sendiri.."
"Yeol.. jangan bilang, kau..."
"Ya, anak itu.. aku akan membuat hari-harinya semakin 'indah'." Chanyeol menyeringai samar.
.
.
.
"Engh.." erangan halus meluncur dari bibir pinkis milik Baekhyun, telapak tangan kiri dengan jari-jemari lentik miliknya menutup belah bibirnya agar suara erangan sakitnya tak terdengar, sementara jemari tangan kanannya ia pakai untuk mengoleskan gel dingin pereda nyeri pada perut rata yang yang kini dihiasi beberapa memar lebam.
Mata cantiknya berkaca-kaca, mewakili betapa sakit luka yang ia dapat, tapi, tentu tak sebanding dengan luka hatinya yang terasa menganga semakin lebar.
"Sakit..." bisiknya pelan.
Jemari lentik Baekhyun kembali mengancingkan seragamnya, ia bangkit dari duduknya di closet, kemudian perlahan membuka pintu kamar mandi. Sebuah senyum tipis terulas di bibirnya,
"Kau harus tetap semangat Baekhyunie, kau pasti bisa.." bisiknya menyemangati diri sendiri.
Langkah lakinya terhenti saat ia melihat penampakan sepatu mahal ada di depan matanya, pandangannya naik ke atas, dan matanya sukses membulat saat melihat siapa sosok yang ada di depannya.
"Oh, Baekhyun? Kebetulan sekali kita bertemu, ternyata kau ada di toilet selama pelajaran berlangsung tadi?" Chanyeol tersenyum tipis, namun arti senyuman itu bukan seperti senyuman ramah, itu adalah senyum aneh dengan berjuta makna di dalamnya.
"C..chanyeol-ssi.." suara itu begitu lemah, hampir menyamai bisikan angin.
"Well, kau sangat manis," Jemari panjang Chanyeol mengangkat dagu Baekhyun hingga sejajar dengan wajahnya. Ibu jarinya ia gunakan untuk mengusap luka sobekan di sudut bibir milik pria mungil di depannya.
"Tapi sayang, tak ada yang menginginkan kehadiranmu.." Lagi, Chanyeol menyeringai, seolah hendak menjatuhkan mental lawan di depannya dari dalam.
.
.
Tak ada yang menginginkan kehadiranmu..
.
Tak ada yang menginginkan kehadiranmu...
.
Tak ada yang menginginkan kehadiranmu...
.
Kata-kata itu...
.
SRET!
Jemari baekhyun menepis tangan Chanyeol dengan kuat, secara tiba-tiba nafas anak itu memberat, matanya bergerak gelisah. Jemarinya meremas dadanya dengan erat, dan tanpa membiarkan Chanyeol mengucapkan sepenggal kata lagi, Baekhyun berlari kencang keluar dari toilet siswa.
"Anak itu... apakah dia...?" gumam Chanyeol seorang diri, pandangannya lurus menatap pintu toilet siswa yang terbuka.
.
.
.
TBChanyeol...
.
[INFO]
Hiperventilasi secara medis didefinisikan sebagai tindakan bernapas yang berlebihan, atau menghirup dan mengembuskan napas dengan cepat dan dangkal. Umumnya, serangan panik atau kecemasan akan mengakibatkan seseorang mengalami hiperventilasi. Namun ada beberapa masalah medis tambahan dan kemungkinan serius yang juga dapat menyebabkan seseorang mengalami hiperventilasi. Hiperventilasi dapat menyebabkan sejumlah efek yang mengganggu pada tubuh yang bahkan dapat meningkatkan rasa panik atau kecemasan, sehingga menyebabkan hiperventilasi lebih lanjut. (wikiHow)
